Shrivas Meranggas

Sunday, August 20, 2006

Suara saya tampaknya benar-benar habis.

Terkuras setelah mengajar selama hampir lima jam.

Yah, memang tidak selama itu saya berbicara terus-menerus. Karena sempat diselingi istirahat selama satu jam.

Memang sengaja dihentikan.

Setelah tiga jam pertama memberikan materi terus-menerus, mengajak mahasiswa berdiskusi, saya memutuskan untuk mengistirahatkan tenggorokan yang mulai perih.

Tugas yang saya berikan memang membuat mereka harus berdiskusi satu dengan yang lainnya. Dalam waktu yang cukup lama pula. Mereka pun bisa memilih sendiri tempat pengerjannya: di dalam atau di luar kelas, di perpustakaan, di hall gedung kuliah kami, atau di manapun yang mereka inginkan.

Maka di saat itulah saya turun ke kantin untuk membeli sebotol air mineral.

Namun yang ada, badan saya benar-benar sudah terlanjur kering nan garing saat dalam perjalanan menuju ke sana.

Penjual minuman itu letaknya di sudut kantin bagian dalam. Untuk mencapainya, saya harus masuk dari sisi yang satu lagi, sisi yang letaknya berseberangan dengan si penjual minuman... and it means... harus melintas sepanjang kantin dengan terik matahari dan udara panas yang luar biasa menyengat.

Hanya demi sebotol air mineral.

Dan mendadak saja suhu udara di dalam kepala meningkat. Rambut saya kaku seketika.

Tiba-tiba saya bisa memahami perasaan si pohon-pohon besar di lapangan parkir kampus kalau sedang diserang sengatan matahari seperti ini.

Dengan ranting dan dahan yang berjatuhan. Dengan daun-daun yang menjadi coklat dan berguguran. Dengan kulit yang pecah, terkelupas, lalu jatuh bergelimpangan begitu saja di atas tanah.

Paling tidak, saya masih memiliki tangan yang bisa digunakan untuk menutupi kepala, juga bisa memicingkan mata, dan terus berjalan menyongsong si penjual minuman [dengan penuh harap?!].

Lalu saat ke dalam kelas, botol plastik itu hanya menyisakan kurang dari setengah isinya.

Tapi saya bahkan belum sempat merasakan air yang sempat melintasi tenggorokan. Rasanya hanya sekedar lewat, lalu langsung masuk menuju lambung.

Benar-benar gila!

Rasanya kekeringan tidak akan separah ini kalau saja kuliah tidak harus diadakan selama itu.

Lima jam?!

Mengadakan kuliah sedemikian lamanya?!

Terbayang sedikit pun tidak pernah.

Tapi biar bagaimanapun juga, saya tetap harus melakukannya. Karena minggu lalu kuliah sudah ditiadakan.

Yang membuat saya akhirnya terpaksa memadatkan materi kuliah.

Apa yang semestinya bisa diberikan dalam waktu dua pertemuan, harus digabung menjadi satu kali pertemuan. Tanpa kehilangan tujuan utamanya: bahwa para mahasiswa harus tetap bisa menangkap dan memahami semua materi yang diberikan.

Mereka harus bisa memahami materi sebanyak itu hanya dalam satu kali pertemuan??

Saya rasa saya memang sudah sinting.

Membiarkan mereka kelelahan karena harus membiarkan isi kepala berpacu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan.

Bukan sih...

Saya mungkin hanya sekedar ingin membagikan kesintingan itu kepada mereka.

Setelah sempat memutar otak untuk menemukan cara agar semua materi itu bisa disampaikan dan bisa dipahami.

Dalam satu kali pertemuan.

SATU KALI PERTEMUAN??

Terlebih jika mengingat bahwa dua minggu mendatang saya tidak bisa hadir dan mengajar. Saya harus ke luar kota untuk mengerjakan ‘the other job’ selama tiga hari.

Yang artinya... lagi-lagi jadwal pertemuan kuliah harus ditiadakan satu kali lagi.

Yang artinya juga, memampatkan materi kuliah semacam ini akan harus saya lakukan.

LAGI?!

Gawat! Gawat!

Untung saja hanya perkuliahan macam ini yang bisa dipadatkan ke sana-kemari.

Tidak terbayang apa jadinya kalau hidup saya yang direkap seenak-enaknya begitu.

Kalau sedang tidak bisa bersenang-senang dalam dua minggu ini, saya bisa menundanya sampai minggu yang akan datang. Karena dalam dua minggu ini saya harus mengunci diri di dalam kamar dan melanjutkan proses penulisan novel [yang belum kunjung selesai juga!!]. Alur cerita itu terlalu sayang untuk ditinggalkan begitu saja. Apalagi mereka memang menunggu untuk dipindahkan isinya ke dalam available format.

Setelah sebagian besar dipindahkan, barulah saya bisa bersenang-senang.

Saya akan mencari satu hari di mana saya akan menyulut kembali api hedonisme yang sudah cukup lama sempat meredup.

Berkeliling Jakarta bersama si hitam, bahkan melalui jalan-jalan yang hampir tidak pernah dilewati.

Dimulai dari tol Cawang-Tanjung Priok, ke arah Grogol melewati Ancol, lalu turun di Semanggi. Si hitam dibelokkan ke kiri, melintasi jembatan Semanggi, berputar kembali ke jalan Sudirman. Menyusur sampai ke arah Kemang, lalu berhenti di jalan Antasari. Mengunjungi MASGEDE dan memintanya mengantarkan saya pulang ke rumah.

...atau pergi ke Mangga Dua.

Berangkat dari rumah pagi-pagi sekali, agar bisa tiba di sana tidak lebih dari saat para pedagang baru mulai membuka tokonya. Mula-mula mengelilingi Mal Mangga Dua, berjalan-jalan di sepanjang toko elektronik, mencari i-pod yang [mungkin!] akan saya beli. Menjelang siang, menyeberang menuju ke Pasar Pagi atau ITC-nya. Tentunya mencoba menemukan pakaian, sandal, sepatu, atau apapun yang menarik di sana. Dan baru akan kembali ke rumah pada sore menjelang malam, saat pemilik toko sudah akan membereskan dagangannya.

...atau menghabiskan waktu dengan duduk sepanjang hari di RUANG KERJA saya. Menikmati segelas besar caramel macchiato dengan mango chicken salad sandwich. Membuka notebook, membiarkan isi kepala ini kembali berlarian ke sana-kemari.

Atau...

Hhh... Itupun baru KALAU.

Kalau saja penundaan acara bersenang-senang itu benar bisa terbayar dengan penyitaan satu hari secara khusus untuk berhedon.

Kalau saja benar hidup bisa dipepatkan semudah itu, sesuka-suka saya...

Kalau saja semua bisa terjadi tanpa harus membuat saya kekeringan...

...lalu kemudian meranggas...

website page counter

ADA 12 KOMENTAR:

» Blogger budibadabadu:

halo ibu dosen. boleh saya (well, kami) ikut kelas ibu?

August 20, 2006 2:14 AM  
» Blogger konnyaku:

menerima kuliah via messenger ga bu dosen :D

jgn lupa minum air yang banyak :)

August 20, 2006 4:32 PM  
» Blogger iin:

mbak agatha.. aku mau ikutt doong..
tapi bukan ke mangga duanya. melainkan kalo mbak agatha tiba2 mau dianterin pulang ke rumahnya..
kalo cuma berdua ama temennya kan kena 3-1.. aku mau bantuin jadi joki kapan2.. hehehe..
salam ya buat temennya.. wakakakakak..
*memicuapipergodaan*

August 20, 2006 10:09 PM  
» Blogger Desperate Houseboy:

Sabar, sabar, Bu.. ^^;

August 20, 2006 10:15 PM  
» Blogger mbakDos:

budibadabadu:
jangan lupa tanda tangan absen tapinya ya...

stella:
messenger?!
tentu!
mau yang versi apa? yahu? msn? gugel?

iin:
tau deh yang abis nostalgia...

droo:
makasyih... bantu mijetin aja gimana?! ;D

August 21, 2006 12:34 AM  
» Blogger thornandes james:

wah pas musimnya dong. .

August 21, 2006 2:24 AM  
» Anonymous Anonymous:

mata baru tahu kalo ternyata shrivas itu seorang dosen...

ya ampun....***bangga dikelilingi orang orang hebat***

lain kali bawa aqua sendiri yah...yang 1 literan...jadi ngga perlu berpanas panas ke kantin :)

August 21, 2006 7:41 AM  
» Blogger mbakDos:

james:
musim apa nih? meranggas maksutnya? ;D

mata:
*jadi maluw ;p
waduw kalok bawa sendiri sih... emang sayanya yang males. berat euy ;D

August 23, 2006 9:36 AM  
» Blogger mutiara nauli pohan:

jangan males non.. ntar dehidrasi loh
ga baik juga buat kulit

August 23, 2006 1:11 PM  
» Blogger thornandes james:

he eh kan lagi fall sekarang. . hihihi

August 25, 2006 2:14 AM  
» Blogger mbakDos:

uli:
iya sih, tapi... ;p

james:
fall in...... hahahaha ;D

August 25, 2006 2:23 AM  
» Blogger -ndutyke:

oh DOSEN ya?
DOLIK = Dosen Cilik...

qiqiqi...

August 25, 2006 10:38 AM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS