Menyantap Cheese Cake

Friday, August 04, 2006

DION.

Saya tidak menduga akan bertemu lagi dengannya. Dalam kondisi seperti ini, tentu saja.

Saya masih berkeringat, terengah-engah, sedang berusaha mengatur kembali alur napas saya. Masih berdiri di samping treadmill dan meneguk air putih dalam botol yang saya bawa, saat tiba-tiba saya merasa ada seseorang yang tengah melihat ke arah saya.

Menatap, mungkin lebih tepat.

Dan yang membuat saya lebih tidak nyaman, saat saya tahu bahwa pria itu adalah Dion.

“Shrivas...?!” Ia mengerutkan dahi, seperti berusaha mengingat sesuatu. Masih dengan tatapannya yang membuat saya risih itu.

“Dion ya?!”

Ia mengulurkan tangannya kepada saya.

Serta-merta saya memeluknya. Mengacuhkan uluran tangan itu.

Dion membalas pelukan saya, lebih erat.

Lalu saya menyadari bahwa saya telah melakukan kesalahan. Seketika itu saya merasa ada sesuatu yang mengganjal di antara kami berdua.

Tonjolan yang tiba-tiba muncul dan membuat saya semakin risih.

“Dasar gila!!” seru saya sambil segera melepaskan diri dari pelukannya.

Dion tertawa, “Siapa yang gila coba? Udah tau lagi keringetan, tuh baju lepek ke mana-mana, trus main peluk-peluk aja?”

Memang setan teman saya yang satu itu!

Tapi mungkin justru itulah yang membuat kami dekat. Kegilaan seperti itulah yang mengikrarkan kami berdua sebagai sahabat.

Padahal yang saya ingat, Dion yang dulu bukanlah Dion yang bisa berbicara seperti itu. Seenaknya saja mengucapkan apa yang ada di kepalanya.

Seorang remaja, sepintas tidak ada bedanya dengan remaja pria berseragam putih abu-abu seusianya. Cara berpakaian, cara berbicara, guyonan yang dilontarkan, tidak ada yang berbeda. Sama saja dengan teman-teman yang lain.

Karena itulah mengapa saya kemudian terkejut ketika ia tiba-tiba menghampiri saya, mengajak saya makan di kantin pada jam istirahat siang, seusai pelajaran musik Ibu Mustika. Tidak pernah sekalipun ia melakukannya.

Namun kemudian, acara makan siang itu berlanjut sebagai kegiatan rutin yang kami lakukan bersama di hampir setiap harinya.

Ia juga menjadi rajin meminjam catatan saya. Lebih sering lagi mendiskusikan Matematika dan Kimia. Saya pun banyak bertanya tentang Fisika kepadanya.

Lalu terbongkarlah kemudian.

Alasan sebenarnya mengapa ia mendekatkan diri kepada saya.

Sederhana.

Hanya karena ia mendengar lagu yang saya nyanyikan di depan kelas, saat pelajaran Ibu Mustika.

Siang itu beliau memang bermaksud mengadakan seleksi untuk anggota paduan suara sekolah, yang kebetulan memang dipimpinnya. Setiap jam pelajaran beliau yang berlangsung di masing-masing kelas pada minggu itu, digunakan untuk melakukan seleksi tersebut. Dan setiap murid akan mendapat kesempatan untuk maju ke depan kelas dan menyanyikan sebuah lagu.

Menyadari keterbatasan suara yang saya miliki, saya tidak memilih lagu yang terlalu rumit. Lagu dengan melodi sederhana, dengan nada sedang, tidak membutuhkan suara kepala, tidak membutuhkan vibrato pula.

Asal suara saya enak didengar, tidak fals, lagu itu akan cukup menyenangkan untuk dinikmati.

Mungkin kamu tahu lagu yang saya maksud:

Angkasa tanpa pesan / Merengkuh semakin dalam / Berselimut debu waktu / Ku menanti cemas

Kau datang dengan sederhana / Satu bintang di langit kelam / Sinarmu rimba pesona / Dan ku tahu telah tersesat

Ku kejar kau takkan bertepi / Menggapaimu takkan bersambut / Sendiri membendung rasa ini / Sementara kau membeku

Khayalku terbuai jauh / Pelita kecilmu mengalir pelan / Dan aku terbenam

Redup kilaumu tak mengarah / Jadilah diriku Selatan / Namun tak kau sadari / Hingga kini dan nanti...

Lalu karena inilah Dion menghampiri saya.

Bukan karena suara saya bagus, tentu saja.

Tapi justru membuat saya lebih tersanjung. Karena menurutnya, saya bisa membawakan lagu itu dengan sangat bagus, seperti seseorang yang hanya menceritakan apa yang dialaminya.

Dan mulailah ia bercerita.

Tentang perempuan yang sudah diburunya selama hampir tiga tahun.

Perempuan yang selalu mengisi siang harinya dengan senyuman, dan malam harinya dengan kerinduan. Perempuan yang seringkali mengacaukan isi kepalanya dan membuatnya tidak berfungsi. Yang tidak bisa membuatnya berhenti untuk mengisi kehidupannya dengan lagu-lagu romantis nan mendayu.

Perempuan yang adalah seorang teman saya juga.

Perempuan yang tidak kunjung mengatakan “tidak” padanya, namun juga tidak pernah memberikan sinyal bahwa ia memiliki ketertarikan sebagaimana Dion kepadanya.

Perempuan yang berhasil membuatnya benar-benar putus asa.

Dan berhasil membuat saya melihat mata Dion tergenang.

Karena cheese cake yang sudah ada di atas sendok dan dalam genggamannya ternyata tidak kunjung masuk ke mulutnya. Bahkan tidak juga membiarkan lidahnya mengecap sedikit saja. Sementara ia tahu bahwa sekalipun ujung sendok itu hanya berada sepersekian sentimeter dari bibirnya, ia belum juga bisa menikmati rasa strawberry yang demikian lezat dari cheese cake itu.

Dion sadar bahwa ia masih memegang sendoknya. Ia juga tahu bahwa cheese cake-nya masih ada di atas piring di dekatnya.

Tapi mungkin ia lupa bahwa cheese cake itu akan meleleh jika terlalu lama dibiarkan di udara terbuka, tanpa segera dimakan. Atau potongan kecil yang ada di atas sendoknya bisa terjatuh tiba-tiba.

Atau mungkin, sederetan semut justru telah berhasil mendahuluinya untuk menikmati, bahkan menghabiskan isi piring di depannya itu.

Dan hanya meninggalkan Dion dengan sendoknya.

Saya tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan. Saya bahkan tidak mengerti bagaimana bisa perasaan itu demikian menyakitkan baginya.

Yang saya tahu, melihat cheese cake yang seharusnya punya saya, tapi ternyata tidak bisa saya nikmati, jelas sangat-sangat-sangat tidak menyenangkan. Cheese cake yang ada di hadapan saya tidak bisa masuk sedikitpun ke dalam mulut saya. Bahkan mungkin saya harus melihat serombongan semut itu menghabiskannya, tanpa saya bisa melakukan apa-apa.

Saya tahu apa rasanya memegang sendok dan menghadapi piring itu selama bertahun-tahun. Dan menyaksikan cheese cake saya perlahan-lahan berkurang. Semakin sedikit. Dan habis.

Saya paham betul apa rasanya.

Sekalipun kemudian saya tidak bisa menyediakan cheese cake baru untuk Dion.

Saya terlalu malas untuk pergi ke toko kue khusus yang memang menyediakan cheese cake. Selain karena saya tidak memiliki banyak informasi, di mana saja saya bisa membeli cheese cake yang enak, saya benar-benar malas kalau saya harus pergi ke toko kue itu hanya untuk membeli sepotong cheese cake.

Yang bisa saya lakukan kala itu adalah menggandeng tangannya, mengajaknya berjalan-jalan ke toko lain, dan melihat-lihat kue yang dijual di sana. Mengajaknya makan roti pisang keju dan coklat, dan melihatnya mengunyah habis roti-roti itu.

Membiarkannya menikmati risoles, pastel, atau lemper yang ternyata seringkali membuatnya tidak ingin berhenti untuk menikmatinya.

Masih banyak kue lain yang lebih mudah untuk diperoleh. Masih banyak kue lain yang tidak menghalangi keinginan untuk menikmati makanan enak. Bahwa keasyikan menikmati makanan tidak harus berasal dari cheese cake.

Dan Dion pun tampaknya telah menemukannya. Dan menikmatinya pula.

Ia tampak menikmati setiap ledekan dan celaan yang saya lontarkan kepadanya. Ia membalas ledekan itu saat saya melontarkan lawakan yang ternyata tidak lucu.

Ia mulai menimpali guyonan saru nan porno yang meluncur dari mulut saya.

Ia mulai menikmati hidupnya, tanpa saya harus terus menggandeng tangannya.

Ya jelas sekarang saya tidak bisa lagi menggandeng tangannya. Karena kalau sekarang saya masih berani-berani menggandeng Dion kala berjalan, bisa-bisa kekasihnya datang menghampiri saya dan membunuh saya sesegera itu juga.

website page counter

ADA 13 KOMENTAR:

» Anonymous Anonymous:

Kisah yang menarik.. dan, lagu yang juga menarik, serta - kalau gak salah ditulis Dewi Lestari - begitu menyentuhku delapan tahun lalu..

August 04, 2006 9:21 AM  
» Blogger .:nien:.:

been there! Kejadian almost similar, tp agak kebablasan dan harus dihentikan *sigh*

Btw, ke van rabbit cari lakik ... bener kok hahahah ...

August 04, 2006 11:03 AM  
» Blogger Desperate Houseboy:

Tonjolan yang tiba-tiba muncul dan membuat saya semakin risih.

Aku bahkan tidak mau tahu tonjolan-macam-apa-yang-membuatmu-risih. --;;

Well,
Tunggu.

In fact, saya penasaran. --; Tonjolan macam apa itu? --;

August 04, 2006 7:12 PM  
» Blogger konnyaku:

*ikut2an droo penasaran ah*

bon weekend :D

August 04, 2006 10:39 PM  
» Blogger mbakDos:

mas tugi:
he-eh, itu lagunya RSD jaman album pertama dulu... saya suka sekali dengannya...
*dengan RSD atau lagunya ya?!

mbak nien:
yah, emang kadang2 harus berhenti kalok lagi kena lampu merah kok mbak... tapi di van rabbit gak ada lampu merah kan?! ;D

droo & stella:
yakin ingin tau?! nanti deh saya tunjukin... ;D

August 05, 2006 8:36 AM  
» Blogger -ndutyke:

Klao sekrang saya lagi suka ama lagu lamanya RSD yang Tak Harus Memiliki...

Nendang bo! HIyaaatttt..... *wink*

By the way, tonjolan apa yg sedang kau bicarakan itu? Tadinya kupikir kau mau cerita kalo DION sudah operasi ganti kelamin dan menambanh sepasang p*yud*r* ...wkakakaka...

http://tyka82.tk

August 05, 2006 11:51 AM  
» Anonymous Anonymous:

Lain kali sentil aja sekeras-kerasnya biar tonjolan itu muncul di belakang sebagai buntut... =))

August 05, 2006 11:13 PM  
» Blogger mbakDos:

tyka:
waduw... kesiyan juga kalok temen saya itu ditendang... entar tonjolannya naik ke atas trus membelah jadi dua lagi?!

japro:
hahahaha boleh dicoba tuh!

August 06, 2006 11:00 AM  
» Blogger thornandes james:

cheese cake bikin mulut asem abis makan trus kalorinya juga gila! mendingan risoles. . hahahahaha! :p

August 07, 2006 1:49 AM  
» Blogger -ndutyke:

update woi *wink*

August 07, 2006 8:43 AM  
» Anonymous Anonymous:

Mmmmmmmmmm...
Bahasanya novel sekalski Vas ?
Mmmmmmmmmm.... lagiiii...

August 07, 2006 9:10 PM  
» Blogger Selftitled:

Apapun makanannya minumnya???... ^_^

August 07, 2006 11:51 PM  
» Blogger mbakDos:

james:
stujuuuu!!!

tyka:
sabar, mbakyu... sedang dalam proses nih...
*proses apa tapi maksudnya ya?!

arma:
akibat kali ma... akibat sedang dalam penyelesaian menulis novel tapi tak jadi2...
setelah hampir dua tahun ;D

kalong:
...minumnya teh botol cokro...
*lho?! aahh apa sih???

August 08, 2006 7:45 AM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS