Menggusur Buku

Tuesday, July 25, 2006

Saya baru membawa pulang beberapa buku.

Sebagian adalah buku yang baru saya beli di toko buku bekas. Sebagian lagi merupakan hasil fotokopian [baca: bajakan!] dari perpustakaan kampus atau dari buku milik teman-teman.

Maklum. Saya masih belum mampu membeli buku teks atau literatur versi aslinya.

Harga bukunya mungkin tidak seberapa. Ongkos kirimnya... itu yang benar-benar mencekik leher. Kalau buku yang hendak saya beli harganya sekitar US$ 20, saya harus menambahkan sekitar US$ 9 hanya untuk ongkos kirim. Lalu dengan ongkos kirim semahal itu, saya harus menunggu selama tiga sampai empat minggu sampai sebuah buku tiba di tangan saya?

Mmm... I’ll take the first option: fotokopi, membajak, atau apalah itu.

Lalu saya kebingungan sendiri saat menurunkan buku-buku itu dari mobil ke dalam kamar saya.

Mau diletakkan di mana lagi?

Lemari kaca dengan empat rak susun sudah jelas penuh. Lemari di bawahnya juga penuh. Lemari di sudut sana juga sudah penuh dengan kertas, binder, dan berbagai fotokopian lain. Rak kecil di atas meja belajar juga sudah dipenuhi dengan koleksi novel Sidney Sheldon saya. Bahkan rak lain di sebelah lemari pakaian sudah penuh dengan koleksi CD saya.

Maka mulailah saya membongkar lemari dan rak itu satu-persatu.

Saya harus mulai memilah mana saja yang masih akan saya gunakan, dan mana yang sudah expired, sudah waktunya dipensiunkan.

Okay... rak CD.

Hmm... yang satu ini jelas tidak mungkin saya kutak-katik. Tidak ada satupun yang masuk dalam kategori kadaluwarsa di rak ini. Tidak ada yang akan dipensiunkan. Jelas.

I’ll pass this one.

Lalu rak di atas meja belajar.

Mmm... Sidney Sheldon? Wah... jelas tidak mungkin. Saya sudah mengumpulkan semua judul novel karyanya sejak saya duduk di bangku SMA. Bahkan saat cover-nya pun masih berupa gambar wanita jaman dahulu, bak lukisan yang sering saya lihat di majalah-majalah milik Ibu saat saya masih kecil.

I’m going to pass this either.

Dua buah lemari skripsi?

Hmm... kelihatannya tidak mungkin juga. Saya tidak mungkin akan merelakan ‘sejarah’ saya dibuang begitu saja. Satu jilid skripsi, satu jilid intisarinya, dan berlembar-lembar fotokopian jurnal, chapters dari beberapa buku, juga beberapa buku tulis yang saya gunakan untuk mencatat pun masih saya simpan. Karena semuanya merupakan ‘sejarah’ yang tidak akan saya lupakan, jadi membuang mereka pun jelas tidak mungkin saya lakukan.

Lagipula, siapa tahu saya akan membutuhkannya lagi sebagai materi kuliah. Atau sebagai bahan acuan saat saya melanjutkan studi nantinya.

Okay, next...

Tampaknya tinggal satu itu yang paling mungkin akan saya bongkar isinya.

Lemari besar dengan pintu terbuat dari kaca. Bahkan dari luar pun sudah tampak jelas bahwa isinya sudah penuh sesak. Buku-buku itu sudah saling berdesakan.

Rak teratas bagian dalam diisi dengan jilidan-jilidan berlakban. Bahan kuliah jaman dulu sepertinya. Sementara bagian luarnya berjajar buku-buku design: untuk membuat kartu ucapan, membuat package hadiah, merajut, dan berbagai panduan praktis lain yang akan membiarkan tangan dan jari-jari saya mengerjakan sesuatu. Buku berbahasa Inggris dengan ketebalan sekian sentimeter itu jelas sudah cukup memenuhi rak.

Rak selanjutnya berisi buku-buku bacaan Psikologi populer yang biasa saya temukan di toko-toko buku. Personality Plus, trilogi Dave Pelzer, beberapa buku Torey Hayden, dan lainnya. Juga ada buku-buku lain dari Paulo Coelho, Ayu Utami, Romo Mangun, dan Pramoedya.

Di bawahnya, ada buku-buku Dan Brown, Ken Follett, dan novel thriller lainnya. Sementara di bagian luar berjajar buku-buku tulis yang dijilid dengan ring, yang berisikan tulisan-tulisan saya. Ada juga beberapa jilid draft novel dan script film yang sempat saya tulis.

Rak paling bawah, berisi buku-buku [fotokopian maupun asli] teks dan literatur tebal berbahasa Inggris. Segala macam buku ‘berharga’ saya ada di sana.

Lalu bagian mana yang harus saya bongkar? Bagian mana yang harus saya keluarkan dan saya pilah-pilah isinya?

Mmm... coba dimulai dari rak paling bawah.

Buku Psikologi dasar. Psikologi Perkembangan. Psikologi Organisasi. ‘Buku sakti’ Psikologi Klinis. Statistik. Buku-buku tentang skala. Rasanya tidak ada satupun yang lolos ke dalam kategori expired. Semua masih akan saya gunakan. Apalagi yang terakhir. Jelas masih akan saya gunakan untuk mengajar.

Okay, kembalikan lagi buku-buku tebal itu. Coba lagi di rak atasnya.

Dan Brown dan Ken Follett jelas tidak akan disingkirkan. Saya masih menyukai buku-buku itu. Novel-novel thriller yang sangat menyenangkan untuk dinikmati.

Tulisan-tulisan saya? Oh no!!! Big no-no!! Forbidden. Period.

Kembalikan lagi.

Rak berikutnya.

Okay, mungkin yang satu ini bisa mulai saya pilah-pilah. Pass those Pramoedya’s, pass the Ayu Utami’s, pass the Coelho’s and Romo Mangun’s and Pelzer’s. I’ll keep them. Sudah sepertiga berkurang. Torey Hayden...? Mmm... Keep the Sheila. Yang lain bisa masuk ke dalam lemari eliminasi.

Yang ini jangan, ini jangan, ini juga. Yang ini bisa masuk lemari eliminasi. Ini jangan, ini juga. Yang ini dan ini juga jangan. Ini dieliminasi. Ini juga jangan.

Rak ini selesai. Lanjut ke rak terakhir, rak paling atas.

Buku-buku kerajinan? Mmm... no! I’ll keep them over there.

Jilidan-jilidan ini mungkin bisa dipilih. Okay... let’s start... Ini dan ini dieliminasi. Yang ini jangan. Ini juga. Ini juga jangan. Ini dan ini juga jangan. Ini dieliminasi. Ini juga. Ini, ini, ini, ini, lho... ini juga jangan. Ini dieliminasi. Ini dan ini juga. Ini jangan. Ini, ini, dan ini juga jangan.

Selesai!

Saya bisa mulai memasukkan buku-buku baru ke...

Lho?! Masih tidak cukup juga?!

Waduh...

Padahal beberapa sudah dipindahkan ke lemari di sudut sana itu, ke lemari eliminasi.

Ooohhh... ya jelas tidak cukup!

Wong buku yang dikeluarkan lebih sedikit daripada buku yang akan dimasukkan ke dalam lemari?! Jelas saja!

Wah, kalau begini apa saya harus kembali membongkar lemari itu satu-persatu?

Saya sih jelas tidak mau membiarkan buku-buku baru itu tergeletak saja di luar. Kan sayang?! Tapi kalau saya tetap berkeras memasukkan buku-buku baru ke dalam lemari, juga tidak mungkin. Bisa berdesak-desakan dan rusak kemudian.

Waduh... pegimana ini?

Mmm... mungkin saya memang harus membongkar dan memindahkan beberapa buku lagi ke dalam lemari eliminasi.

Sayang sih memang. Tapi bagaimana lagi?

Lagipula beberapa buku itu memang sudah cukup lama. Sudah jarang saya baca pula. Akan lebih sayang kalau membiarkannya tetap di sana tanpa dibaca.

Pilihan yang [sedikit!] lebih baik daripada harus membiarkan buku-buku baru itu di luar.

Tapi...

Kalau nantinya saya beli buku baru lagi, apa berarti saya lagi-lagi harus kembali membongkar lemari dan mengeliminasi buku-buku lama?

Bagaimana kalau lemari eliminasi sudah penuh dan saya tidak bisa lagi menyimpan buku-buku lama di sana?

Yah... dilihat bagaimana nanti saja lah...

website page counter

ADA 12 KOMENTAR:

» Blogger Selftitled:

Lemari masih muat tuh kayaknya, boleh kok dititipin disaya, mmm.gimana ya Bu..tipsnya biar suka membaca n gak bosan??

July 25, 2006 8:44 AM  
» Blogger Unknown:

Buku-buku itu ada dikamar? kenapa tidak coba untuk nyari satu lemari lagi? kalo enggak, taruh aja sebagian di luar kamar. misalnya di ruang keluarga.

setiap buku ada masa dan ceritanya sendiri. Dalam istilah perpustakaan adalah "weeding", penyiangan. buku yang dipilah dan dirasa memungkinkan untuk "disingkirkan". ini dengan pertimbangan intensitas user dalam menggunakan buku itu sudah berkurang. Jadi, sebaiknya sih --in my opinion--, buku-buku itu jangan disingkirkan ahhh...


salam,

July 25, 2006 8:24 PM  
» Blogger mutiara nauli pohan:

udah coba di bawah tempat tidur ??

July 26, 2006 3:24 PM  
» Blogger konnyaku:

bikin kamar yang isinya buku semuaaaaa

July 26, 2006 4:16 PM  
» Anonymous Anonymous:

lha terus ben aku kawin karo kowe ngono tah? ahahhaha

July 26, 2006 4:53 PM  
» Blogger thornandes james:

hahahaha, buku gw malah udah numpuk sana sini di luar lemarinya. . udah overloaded. .

July 26, 2006 6:04 PM  
» Anonymous Anonymous:

Just don't forget to keep buku mengenai riwayat hidup dan wejangan pak tua ya nduk ... (jangan dimasukkan ke lemari eliminasi)

Taruhlah di rak yang paling mudah dijangkau sehingga mudah dibaca-baca untuk menghilangkan kerinduan... :D

July 26, 2006 11:03 PM  
» Blogger mbakDos:

kalong:
wah, makasih ya tawarannya... tapi kok jauh banget ya kalok harus ke pondok gede cuma untuk bisa baca buku?! ;D
biar betah baca... cari aja buku yang memang menarik dan memang diminati.
selamat membaca ya...

hartanto:
iya sih mas... kalok ngikutin kepengen, ya kepengennya buku2 itu gak usah disingkirin. tapi kalok dibiarin tetep di sana, kan menuh2in lemari jadinya bukankah?! atau beli lemari baru, trus penuh lagi, beli lemari, penuh lagi...
habis itu saya minta ijin buka [cabangnya] perpustakaan nasional aja kali ya?! ;D

uli:
wah... itu sih jelas udah. wong sidney sheldon itu letaknya justru di bawah tempat tidur. bersama dengan meja belajarnya.
*fyi, tempat tidur saya itu tempat tidur gadang ;p

stella:
lha, trus saya tidur di mana?

dork:
kenalan ngono lho mas... kok kawin?! hahahaha

james:
saya segera menyusul ;D

gop:
wah, kalok buku pak tua berjanggut putih itu sih memang ditaro di tempat yang istimewa! ;-)

July 26, 2006 11:34 PM  
» Blogger Desperate Houseboy:

Belilah lemari baru! ^^; BTW, yay, saya dilink!!



GASH.
I HATE word verification. --;

July 30, 2006 5:23 PM  
» Blogger mbakDos:

andrew:
beli lemari baru?! hmm... mendingan beli buku baru kali ya?!

andrew wrote:
...GASH.
I HATE word verification...

agatha wrote:
ironically... you still LOVE visiting me here, don't you?! hahahaha ;D

July 30, 2006 9:15 PM  
» Blogger nuno:

beli atau bikin rak buku baru lagi aja, sayang sekali kalo buku2 dieliminasi........taruh di rak saya saja, masih banyak yg kosong nih :) hehehehe

August 06, 2006 6:07 PM  
» Blogger mbakDos:

naga:
waduh... kok agak jauh ya kalo harus ke sana?! ;D

August 08, 2006 9:45 AM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS