Es Teh Tawar Manis

Saturday, July 01, 2006

Aahh... akhirnya lidah saya berhasil mengecap rasa manis dari teh yang sedang saya nikmati ini. Entah mengapa, terasa begitu nikmatnya di mulut saya.

Minuman yang sama, yang biasa saya nikmati sebenarnya.

Tapi sepertinya terasa jauh lebih nikmat, setelah tadi saya sempat mengecap rasa tawar dari minuman berjenis sama.

Teh hijau aka. Green Tea.

Saya tidak ingat kapan pastinya saya menjadi demikian addict pada minuman instan yang satu ini. Hingga akhirnya hampir setiap hari saya selalu menyertakan sebotol besar minuman ini menjadi bawaan wajib dalam tas saya.

Yang saya sadar, saya sudah lama sekali jatuh cinta pada minuman bernama es teh manis. Dan mungkin kamu tahu, bahwa saya hampir selalu menjadikan minuman yang satu ini sebagai default minuman saya setiap kali mengunjungi tempat-tempat makan.

Kopi?

Oh, masih... Saya masih menjadi penikmat kopi.

Tapi kalau untuk minuman berkafein ini, saya cenderung sangat choosy. Ramuan kopi, gula, krim atau susu, harus sangat pas. Sehingga pada akhirnya saya memang cenderung menyukai kopi dengan brandtertentu. Maaf ya... Untuk yang satu ini saya memang menjadi sangat rewel...

Lain halnya dengan es teh manis...

Bagaimanapun racikan sampai dihasilkannya minuman ini, saya biasanya cenderung menyukainya. Dan biasanya pula saya cenderung memilih es teh manis yang dibuat langsung oleh pembuat minuman di tempat makan itu, dibandingkan teh manis instan dingin yang sudah tersedia dalam kemasan botol atau kotak.

Sama choosy-nya ya ternyata?!

Anyway, ketika saya pertama kali menemukan ada produk teh manis instan yang dijual dalam kemasan botol plastik, saya langsung tertarik.

Pertama, jelas karena produk itu menawarkan minuman yang saya sukai setengah mati. Yah... walaupun pada kemasan tertulis bahwa minuman di dalamnya adalah teh hijau, yang buat saya itu adalah nilai tambah yang saya dapat, walaupun sampai sekarang saya tidak tahu sebenarnya apa perbedaan antara teh hijau dan teh yang biasa saya minum.

Okay, menurut bahan-bahan bacaan yang saya dapat, teh hijau memiliki beberapa keuntungan. Teh yang berasal dari daerah Cina sana ini dipercaya dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan kadar gula darah, mencegah karang gigi, memperlambat proses penuaan, dan seterusnya-dan seterusnya. Berdasarkan beberapa penelitian pula, minuman ini cenderung menurunkan resiko seseorang akan terkena kanker, karena zat yang terkandung di dalam teh hijau memang berfungsi mencegah penyebaran sel kanker itu.

Tapi apapun kelebihan yang mungkin saya peroleh dengan mengkonsumsi teh hijau, sebenarnya saya belum sedemikian menghiraukan kelebihan-kelebihan itu. Karena itu minuman teh, manis, dan rasanya memang pas dengan lidah saya, okay... I’ll take it. Just as simple as that.

Yah, mungkin saya memang masih sampai pada taraf penginderaan saja sih...

Kembali kepada alasan mengapa saya tertarik pada produk teh hijau kemasan botol plastik, alasan keduanya juga jelas, karena kemasannya botol plastik.

Saya sebenarnya membutuhkan cukup banyak asupan cairan dalam tubuh saya. Sehingga, saya membutuhkan minuman berukuran besar yang memang bisa saya bawa kapanpun tanpa saya khawatir akan tumpah jika saya menyimpannya di dalam tas.

Ketiga, beberapa merk teh hijau berkemasan botol plastik yang pernah saya coba, biasanya menyediakan secara spesifik rasa yang memang kemudian saya sukai. Tapi, mereka juga menyediakan rasa yang jelas tidak saya sukai: original aka. rasa asli, which is tanpa gula sama sekali. Yang artinya... tidak manis.

Nah, teh hijau [tanpa] rasa inilah yang tadi sempat melewati lidah saya.

Sore tadi, dalam sebuah pameran yang kami hadiri, Ibu membeli satu pack minuman teh hijau instan. Di dalam pack itu, terdapat semua rasa yang memang ditawarkan oleh produk tersebut. Rasa asli itulah salah satunya.

Tanpa meneliti lebih jauh, tadi saya mengambilnya begitu saja. Tanpa saya tahu bahwa yang saya ambil adalah teh hijau dengan rasa asli.

Dan saya baru mengetahuinya setelah saya mulai meminumnya.

Duh... mengapa rasanya seperti itu??

Baru di tegukan pertama, saya segera meletakkannya di atas meja. Bukan... bukan saya tidak menyukainya. Hanya... rasanya berbeda dari yang biasa saya minum.

Saya coba tegukan kedua.

Hmm... not bad.

Yah... berhubung sudah dibuka, saya jadi punya kewajiban untuk menghabiskannya. Maka, berlalulah tegukan-tegukan berikutnya. Memaksa lidah saya merasakan minuman itu.

Enak juga ternyata.

Tidak manis, sedikit pahit bahkan. Terasa agak sepet juga.

Jelas berbeda dari jenis teh kegemaran saya.

Dan kamu tahu??

Ketika saya meneguk teh hijau dengan rasa manis yang barusan, entah mengapa menjadi sangat enak! Teh yang saya minum sebagai teman saya bekerja tengah malam ini kemudian menjadi luar biasa nikmatnya!

Padahal, saya sadar sesadar-sadarnya bahwa ini adalah minuman teh yang sama seperti yang biasa saya nikmati. Tidak ada yang berbeda. Merk-nya, rasanya, sebenarnya sama saja.

Tapi mengapa tiba-tiba menjadi sangat-sangat nikmat?

Mungkin... karena lidah saya sudah mengecap teh hijau rasa tawar tadi ya?!

Karena ada rasa pahit, rasa yang berbeda dari rasa yang biasa dikecap oleh lidah saya, rasa manis yang biasa saya nikmati pun terasa lebih enak.

Coba lo liat seorang Shrivas yang sekarang... Gimana ceritanya lo bisa pacaran lagi sama cowok yang sama segitu lamanya, kalo bukan gara-gara elo pernah ngerasa dibuang sama tuh cowok??

Ah, kupret memang teman saya yang satu itu.

Mencoreng wajah saya saja!

Hey...!

Sudah! Jangan ikut-ikutan tersenyum-senyum sambil mengangguk-angguk sok tahu begitu!

Kita sedang membahas es teh manis bukan?!

Dipikir-pikir... iya juga sih...

Rasa manis bisa sangat terasa kepekatan manisnya di lidah saya setelah saya pernah mengecap rasa tawar. Lalu ketika lidah saya sedang mengecap es teh tawar, saya menjadi demikian merindukan rasa manis dari minuman yang sama.

Alhasil... saya kemudian mencoba merasakan setiap tetes rasa manis es teh, dan berusaha untuk menikmati setiap tetes yang melewati lidah saya. Karena mungkin saja kan pada suatu hari saat saya begitu inginnya menikmati es teh manis dan berniat membuatnya sendiri di rumah, saya ternyata kehabisan gula pasir?!

Ah, si kupret!

Saya selalu sebal ketika harus mengakui bahwa apa yang dikatakannya itu memang benar.

website page counter

ADA 10 KOMENTAR:

» Blogger thornandes james:

wah klo gw malah sukanya es teh tawar, klo minum yg manis malah jadi eneg. . huhuhuhu. .

July 02, 2006 4:35 AM  
» Blogger konnyaku:

iya, saya juga lebih suka teh tawar. apalagi teh jepang yang jenis maccha. gyaa, suka banget :D

and green tea dari cina itu beneren loh lebih enak tanpa gula. hoho

July 04, 2006 8:49 AM  
» Blogger mbakDos:

james, konnyaku, bantal:
hmm... penyuka teh tawar semua ya?! kalok gitu mungkin harus ketemu saya sesekali, biar berasa manis sedikit ;D

July 08, 2006 8:46 AM  
» Anonymous Anonymous:

bolehkah saya minum es teh tawar sambil duduk di depanmu....

mari...

July 08, 2006 4:56 PM  
» Blogger mbakDos:

t1:
mari ;-)

July 09, 2006 9:28 AM  
» Anonymous Anonymous:

just name the place and I'll be there...

July 10, 2006 12:44 AM  
» Blogger mbakDos:

t1:
i've already mentioned it, aight?! or do you forget?! ;-)

July 10, 2006 7:55 AM  
» Anonymous Anonymous:

Mmm Teh Hijau bukannya dari Jepang yang pake upacara segala macem itu ?
[walaupun Chinajuga memproduksinya]

Rasa original bukan tawar [tanpa rasa apapun a.k.a hambar] lagiii... tapi pait2 sepet dikit gitu kaan?

Sluurp minum teh itu bikin seger... **criiing

July 10, 2006 10:13 PM  
» Blogger mbakDos:

arma:
gimana kalok kamu nemenin t1 untuk minum teh tawar sambil ketemu saya?! pasti rasanya tambah seger ;D

July 15, 2006 8:10 PM  
» Anonymous Anonymous:

Hem, hidup teh tawar.
Soalnya lebih murah..
Trus kalo mau isi ulang, kadang2 boleh gratis...
Ya maklum lah, nasib anak kos...
...
Abis kalo es teh manis, trus yg bikin org jawa
manisnya ga kira2...
Ngajakin diabetes apa ya...
...
Lagian, ngapain sih gw mesen teh manis?
Cukep mesen teh tawar trus gw minum sambil ngaca,
jadi manis deh...
...
*adeknya shrivas yg ga lucu*

August 10, 2006 8:01 PM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS