P.S. I Like You

Tuesday, February 26, 2008

Setelah sekian lama sempat lupa kalau masih memiliki account di Friendster, tiba-tiba saja saya merasa berkewajiban untuk membukanya. Walau sudah hilang rasanya ketertarikan dan keriaan yang ditimbulkan dari sana. Sebagaimana yang juga terjadi pada account Facebook saya, yang rasanya sudah tidak ada lagi menggairahkan seperti awal mula saya memilikinya.

New messages.

Oke, pasti dari pria-pria yang entah siapa itu mereka.

Sejak memajang foto aduhai sebagai primary picture, tiba-tiba saja inbox saya di sana langsung membludak. Mulai dari teman-teman lama yang berkomentar dan bertanya mengapa saya jadi berminat untuk mengenakan riasan, teman-teman baru yang merasa tidak pernah melihat saya berpenampilan demikian, bahkan juga dari entah siapa yang katanya merasa tertarik melihat foto itu. Baik tertarik untuk mengajak saya berkenalan dan memberikan pujian, maupun untuk mencela dan memaki-maki saya lantaran menurut mereka foto semacam itu tidak pantas dipampangkan di tempat umum.

Kalau memang foto itu tidak selayaknya dilihat, kok ya mereka menonton juga *hush! Sudahlah...*

Dan benar, pria ini memang mengomentari foto yang sama. Mengatakan bahwa sudah sekian lama tak bersua, dan bahkan untuk sekedar menjenguk profile Friendster saya, membuatnya sedikit terkejut menemukan foto itu.

Tapi bukan namanya yang saya harapkan muncul di inbox. Sama sekali bukan.

Memang tidak seperti biasanya, saya tidak menemukan kiriman pesan singkatnya mampir di handphone saya pada hari Natal lalu. Karena memang moment seperti itulah yang membuat saya dan dia tetap berkomunikasi dan saling bertukar kabar. Lalu karena tiba-tiba saja saya tidak menerimanya lagi, jadi saya pikir dia lupa.

Ternyata tidak.

Menjelang malam Natal, tiba-tiba handphone-nya rusak akibat tercebur ke dalam ember yang penuh berisi air. Dan nomor saya pun ikut menjadi korban, sebagaimana nomor-nomor handphone lain yang ikut hilang.

Saya hanya bisa tersenyum membaca pesan yang terpampang di inbox Friendster saya itu. Rasanya seperti déjà vu. Seperti tengah mengalami sesuatu yang sebelumnya dirasa pernah terjadi.

Perjumpaan saya dengannya jelas tidak pernah terencana. Saya memutuskan untuk ikut serta dalam sebuah kegiatan bermusik, di mana ternyata ia adalah salah seorang pemusik di dalamnya. Kegiatan yang semula hanya ditujukan untuk mengisi waktu luang di sela perkuliahan, pada akhirnya menjadi sebuah rutinitas yang selalu dinantikan. Karena kehadirannya, tentu saja.

Perbincangan yang semula hanya berkisar pada dunia musik yang kami tekuni, menjadi pembukanya. Yang kemudian dilanjutkan dengan kehidupan perkuliahan saya, kehidupannya sebagai musisi, dan bahkan kisah mengenai keluarga masing-masing. Waktu di mana kegiatan bermusik itu dilangsungkan, tidak lagi menjadi tempat kami mengumbar percakapan. Sekian jam rasanya masih sangat kurang. Saya yang semula nyaris bisu, bisa menjadi demikian bawel tak terkendali saat berhadapan dengannya. Alhasil, pertukaran nomor telepon pun terjadi.

Dan percakapan dilanjutkan hampir tiap tengah malam sampai salah satu dari kami mulai mengantuk.

I really enjoyed our conversations. As I do enjoyed those butterflies around my stomach in everytime I was going to meet him.

Rasanya saya sudah tidak lagi membutuhkan kegiatan bermusik itu sebagai alasan untuk menemuinya. Dan ia juga tahu betul akan hal itu. Yang kami lakukan hanyalah menunggu sampai waktu bermusik usai, lalu kesenangan kami baru akan dimulai.

Sekian bulan berlalu, dan tanpa saya sadari, telah terjadi sesuatu yang berbeda pada hubungan ini.

Tidak ada lagi percakapan seru usai bermusik. Tidak ada lagi perbincangan tengah malam yang membuat saya tetap terjaga. Tidak ada lagi pesan singkat berisikan satu atau dua kata konyol yang datang tanpa diduga.

Tidak ada lagi yang sama seperti semula.

Lalu seorang teman memberikan kabar, “Tha, lo tau kalo Andrew mau married?”

Saya hanya menggeleng.

“Iya, dia mau married bulan depan sama Chika, temen kita juga kok. Inget ‘kan?!”

“He-eh...”

Teman saya itu pun mulai menyerocos tentang percakapannya dengan Chika. Bagaimana ia merasa sangat bahagia dan tidak pernah menduga semuanya akan terjadi demikian cepat. Baru beberapa bulan mereka menjalin cinta. Ia tidak pernah merencanakannya, bahkan belum sempat memikirkannya, lalu tiba-tiba saja pria ini meminta untuk menikahinya. Jelas Chika girang bukan main. Rasanya tidak ada alasan baginya untuk menolak permintaan itu.

Dan sepertinya saya juga tidak lagi membutuhkan alasan untuk menangis.

Tapi nyatanya tidak demikian.

Tidak ada tangisan, tidak ada kesedihan yang memaksa saya untuk mengunci diri di dalam kamar sepanjang hari. Tidak ada juga yang saya pikirkan dan mencoba mencari alasan mengapa hal ini bisa terjadi. Saya hanya tahu bahwa saya akan menghadiri pernikahan itu.

Teman-teman yang saya kenal pun menolehkan kepala ketika saya menginjakkan kaki di aula besar yang dipadati dengan pengunjung. Semua tersenyum kepada saya, lalu dari sudut mata saya bisa melihat mereka segera menolehkan kepala ke arah pelaminan, sesaat kemudian. Seperti tak sabar menantikan apa yang akan terjadi kemudian. Si penyanyi, si drummer, si gitaris, semuanya. Tidak ada yang tidak saya kenal gara-gara kegiatan bermusik bersama. Dan akibatnya, tidak ada juga yang tidak mengetahui kedekatan saya dengan pria di depan sana itu. Dulu.

Salah seorang di antaranya kemudian menghampiri saya. Menawarkan diri untuk menemani saya memberikan selamat kepada kedua mempelai dan orangtua mereka di pelaminan.

Saya mengucapkan terima kasih padanya. Tapi rasanya, saya sedang tidak ingin ditemani. Ia pun berdiri saja menunggu saya di sisi pelaminan yang satu lagi. Mungkin berjaga-jaga agar bisa dengan sigap menangkap saya kalau tiba-tiba saya tidak sadarkan diri.

Satu-persatu saya berikan ucapan selamat. Kedua orangtuanya, yang pernah beberapa kali saya temui dan berbincang-bincang juga. Lalu Chika, memberikan ciuman di kedua pipi dan ucapan selamat yang disambutnya dengan sumringah dan mata berbinar. Dan kemudian pria ini.

Selama sepersekian detik, rasanya waktu berhenti berdetak. Uluran tangan saya diacuhkannya begitu saja. Ia malahan meraih kedua bahu saya, lalu memberikan ciuman di kedua pipi, dan tidak segera melepaskannya.

“Thank you,” bisiknya.

For what?

Saya menatapnya, mencoba mencari jawaban di dalam matanya. Namun belum juga ditemukan hingga saya sudah harus turun dari pelaminan. Bahkan sampai saat ini.

Keingintahuan mencari jawaban itu memang sudah mulai pudar perlahan. Sekalipun pertanyaannya tetap saja tidak pernah hilang dari kepala saya.

Pesan singkat terus dikirimkan di hari-hari raya, diikuti dengan saling menanyakan kabar dan kehidupan masing-masing. Layaknya sebuah basa-basi yang rasanya harus dilakukan. Karena memang itu yang kami punya. Atau mungkin, hanya saya saja. Hanya itulah yang tersisa setelah semua yang pernah terjadi lima tahun yang silam.

Dia dengan istri, anak perempuan mereka, dan semua kehidupannya.

Saya, dengan kehidupan saya.

Sekalipun tidak mau menyanggah adanya rasa sesal teramat sangat yang muncul saat berjalan di pelaminan hari itu. Karena saya tidak ingin lagi menyangkal segala perasaan yang membuat jantung saya bergejolak tak karuan. Sebagaimana dulu saya tidak pernah menyampaikan kepadanya mengenai semua keindahan yang telah dihadirkannya dalam hidup saya, sebelum semuanya terlambat.

As I told you, it’s just like a déjà vu, isn’t it?!

Saat apa yang semula dirasa masih ada di tempatnya, tiba-tiba tanpa sadar, sudah hilang begitu saja. Sebelum sempat melakukan sesuatu, atau bahkan mengucapkan apapun.

website page counter

ADA 38 KOMENTAR:

» Blogger iway disini:

u don't know what u got till it's gone?
itu kejadian waktu bapak saya meninggal, sampe sekarang masih nyesel tapi ya sudahlah :( *salam kenal mbak**

February 26, 2008 4:38 PM  
» Anonymous Anonymous:

ah, jadi pengen denger lagu ini, "For awhile to love was all we could do
We were young and we knew
And our eyes were alive
Deep inside we knew our love was true
For awhile we paid no mind to the past
We knew love would last
Evry night somethin right
Would invite us to begin the dance ... "

February 26, 2008 5:15 PM  
» Anonymous Anonymous:

hidup terlalu pendek untuk selalu kuatir dengan hal hal masa lalu sepertinya.
But life must goes on eventually..

February 26, 2008 5:27 PM  
» Anonymous Anonymous:

sebenernya no comment tapi rasanya harus komentar sih. Hmm fotonya bagus, lebih tepatnya posenya. Eh ga mutu komentarnya ya. Komentar satu lagii.. classic, seureal but un nice...

February 26, 2008 7:57 PM  
» Blogger Archangela:

kesibukan LAPORAN bikin gue sempet absen cukup lama dari blog loe yang selalu inspiratif. I wish I knew sooner about this story... I won't hesitate to share mine...

remember "the musician" once I told you about?!? ... the love of my life... he's gonna be married this weekend!!!

kalo kita ketemu, nanti kuceritakan lengkap deh... beserta coping2 "ajaib" yang sudah berusaha gue lakukan.. hehe..

btw, tak kusangka elo juga penggila musisi:)

February 26, 2008 11:30 PM  
» Blogger Rufina Anastasia Rosarini:

Hmmm...melangkah menuju pelaminan saat pernikahan seseorang yang sempat menorehkan cinta di hati memang tak pernah mudah...segala tanda tanya...rasa benci...bahkan rasa cinta yang sempat ada, bagai terpampang di depan mata...

Namun kaki ini harus terus melangkah...hingga hamparan cinta lain kembali hadir di depan mata...

February 27, 2008 2:01 AM  
» Anonymous Anonymous:

Kalo aku, jadi inget lagunya Andy Abraham - December brings me back to you

Snow on my window, fire's burning brightly
Why do I feel so cold inside?
Carol they're singing, but Santa won't be bringing you home tonight
Just when I think I'm gonna be alright
Then I remember
December brings me back to you

February 27, 2008 2:18 AM  
» Anonymous Anonymous:

Paragraf ini :

"Karena saya tidak ingin lagi menyangkal segala perasaan yang membuat jantung saya bergejolak tak karuan. Sebagaimana dulu saya tidak pernah menyampaikan kepadanya mengenai semua keindahan yang telah dihadirkannya dalam hidup saya, sebelum semuanya terlambat."


i feel u.

February 27, 2008 2:39 AM  
» Blogger Devi Girsang, MD:

Halo Agatha,

Pas baca posting ini gw langsung inget surat cinta pertama yg dikasih sahabat gw pas SMP. Disitu dia jg bilang, "better said than feeling regret forever". Ga happy ending sih ceritanya. Tapi gara2 hal itu gw jadi belajar 1 hal dari dia; jgn pernah memendam perasaan. Stay strong ya! :)

February 27, 2008 3:33 AM  
» Anonymous Anonymous:

"jadi saya pikir dia lupa."

lha .... manabisa

February 27, 2008 7:25 AM  
» Blogger yanie:

Love is complicated...jadi inget quote: when u love someone..means that u are ready to get hurt! hehee

Salam kenal ya Mba Agatha..saya link boleh blognya? :)

February 27, 2008 5:14 PM  
» Blogger mbakDos:

iway:
yah... sama2 tau lah ya rasanya ;-)
salam kenal juga...

ndoro kakung:
ndoro, sungguh! saya tak sanggup menahan kecurigaan pada panjenengan! coba hayo disebut nama aselinya panjenengan itu sapa... pasti bukan wicaksono kan?! kok bisa dapet lagu begituan????

mas iman:
logically, ya jelas saya tau banget apa yang harus dilakukan sih mas... tapi apa daya :P

jonijontor:
hahaha... ini jadi komen tentang potonya atau tulisannya? hayooo dibaca gak tulisannya hayoooo ;D
anyway, makasih sudah berkunjung...

archangela aka. rejayna:
ah kau! tadi siyang kita berjumpa tapi tak kau sebut tentang si musisimu itu. baiklah, pasti akan kunantikan kisahnya...
or you need another session at brew & co with that tiramisu exotic?! but no alcohol this time, sweetheart ;-)

ocha:
nah ya itu dia... tau banget kok apa yang harusnya dilakukan. tapi kok ya... agak enggan menjalaninya :P

gage:
memangnya saya sudah bilang kalo hendak ke balinya bulan desember ya?! hahahaha ;D

tikabanget:
i do too.

devi:
pake pitnes gak?! ;D

mbilung:
kalo itu kan panjenengan yang gak bisaaa *pisss sir, piss... ;D

yanie:
complicated yet addictive *uhuy! ;D
salam kenal juga... wah makasih banget lho kalo mau ngelink blog ini... tapi kok dirimu tak bisa tertampakkan ya blognya?!

February 27, 2008 11:03 PM  
» Anonymous Anonymous:

segala sesuatu ada waktunya... ada waktunya untuk merasakan semua keindahan yang telah dihadirkannya dalam hidup... ada waktunya pula untuk melupakan semua keindahan yang telah dihadirkannya dalam hidup...

February 28, 2008 8:46 AM  
» Blogger Arip:

Waah mbak dosen ya nulisnya banyak. Aku tadinya penasaran ama namanya, kok mirip temen saya si agatha christie..

February 28, 2008 8:48 AM  
» Anonymous Anonymous:

Haiyah..dudulnya dirikuh..dulu pernah punya blogspot tp terlantar n skrg dah diapus...skrg pake wordpress..dudulnya kl ngasih komen di blogspot suka lupa ganti link nya..ehhe

http://sisblue.wordpress.com

Monggo...silakan mampir... :)

February 28, 2008 4:03 PM  
» Anonymous Anonymous:

yang berlalu biar berlalu..
cukup dikenang..
sekarang ya sekarang..

life must go on!

[mbak kapan2 ikutan nunkrung di BHI dunk.. heuheuheuhe]

ditunggu yha..

February 28, 2008 6:25 PM  
» Anonymous Anonymous:

menuju TKP ajah...
liat potonya!

February 28, 2008 8:15 PM  
» Blogger Parta Suwanda:

Memang cinta itu harus bicara, tidak bisa diam... karena dengan bicara jelas bahwa cinta itu benar adanya

ah... postingan yang bagus banget, sayang kalo dilewatkan dan gak di baca, beneran deh... :) salam kenal mbak boleh saya link ?

February 29, 2008 2:07 PM  
» Anonymous Anonymous:

"Cinta tidak harus memiliki"

Yang nulis kalimat itu pasti gak pernah merasakannya...

Saya numpang sebentar duduk di sini sambil baca-baca ya...

February 29, 2008 5:24 PM  
» Anonymous Anonymous:

hai hai! kunjungan balasan :)

account lo gue add yak! tapi diaccept yah? hehe

sering sering nulis donk, gue seneng bacanya...

February 29, 2008 6:47 PM  
» Blogger mbakDos:

sigit:
tapi saya memang memilih untuk tidak melupakan apapun. karena semua yang terjadi, justru yang membuat saya bisa jadi seperti sekarang. bukankah?! ;-)

arip:
lhoo... baru tau?! wong dulu memang tetanggaan, sama2 buka kios di pasar baru!

yanie:
hehehe makasyih...

omith:
life must go on... dengan menongkrong di BHI gitu maksudnya?! ;D

mas slamet:
lhaaa... mana komennya????

parta:
bicara gak bicara, buat saya sih ya tetep aja cinta hikhikhik ;D
eh iya, makasih banget lho kalo bersedia memampangkan linknya :-)

rangga:
saya sih jelas... cinta ya pengennya memiliki ;D
silakeun lho... duduk lama2 juga gak papa, apalagi sampe ketiduran ;D

bubba:
terima kasih sudah dibalas kunjungannya.
account apa nih? friendster gitu maksudnya? waahh... untuk sementara lagi ditutup perkenalan melalui media yang satu itu. jadi... ya melalui sini aja ya...
tapi kok gak ninggalin komen ya?! dudududu... ;D

February 29, 2008 8:51 PM  
» Anonymous Anonymous:

kok malah saya yg tiba2 sedih gitu baca ini, yak? argghhhhhh siyaaaalllll....:((

eh, jumat depan mau ngopi2 di cibubur, ga? join us? kabar2i ya, jeng...

March 01, 2008 7:35 PM  
» Blogger L. Pralangga:

As things are filed under: The Past. may all those roller coaster-ride within can take you more risilient and durable to contend another series of surprises in life. :-)

You are a strong personality, and continously contending challenges. I bet within this week or so, you'd gonna be as tough as before and perhaps shielding both self and heart better.

Hugs and kisses from West Africa, as always!

March 02, 2008 12:13 AM  
» Anonymous Anonymous:

mengenang atau terkenang?
kadang urusan imbuhan me- dan ter- bisa bikin artinya jadi beda :p

March 02, 2008 8:20 AM  
» Blogger mbakDos:

simbok:
*peluk* biar gak sedih :-)
baiklah... doakeun biyar bisa ikutan ya mbok...

kang-pret:
thank you. as usual :-)

leksa:
yah, saya gak mempermasalahkan ketidak- atau kesengajaannya kok ;-)

March 03, 2008 4:29 PM  
» Anonymous Anonymous:

dejavu yang perih

March 04, 2008 9:10 AM  
» Anonymous Anonymous:

yaaa... ngga diapprove :(
iya deh nih ninggalin komen, hihihi...

membaca cerita embakdos saya jadi teringat pelaminan saya sendiri, ketika itu ada seorang wanita dulunya terkenal dekat sekali dengan saya, nekad naik ke panggung untuk mengucapkan selamat, diiringi dengan tepuk tangan riuh rendah para bajingan-bajingan yang menjadi tamu undangan pernikahan saya waktu itu.

kini saya masih dekat dengan wanita itu. walaupun tidak pernah ketemu tapi kami masih sering berbincang bincang dari hati kehati. tidak saling mengganggu tapi saling mengisi. selayaknya hubungan mantan dengan mantan yang sehat.

intinya apa sih? jadi kalo kata gue: walaupun life goes on, saling sayang itu harus tetap dipelihara donk, asal jangan saling merusak hidup masing masing aja gitchu loh!

sekarang boleh diapprove donk frensterna? hehe.. emang yang diapprove tu yang udah pernah ketemu elo aja ya? kalo gitu kita ketemuan aja dulu, gue kerja diseberang kantor lo koq... gimana?

March 04, 2008 8:39 PM  
» Anonymous Anonymous:

penuturan yang baik..
turut berduka atas dejavu-nya yang kurang menyenangkan..
get well soon =)

March 05, 2008 11:13 AM  
» Anonymous Anonymous:

Tulisan yang cantik,
blog yang cantik,
secantik yang empunya.

Sebuah perpaduan yang sempurna.

March 05, 2008 6:09 PM  
» Blogger Ancilla:

kegiatan bermusik? err... di kampus mana duk? huehehe.. penasaran mode ON.

March 05, 2008 9:27 PM  
» Blogger wku:

jujur saja, saya kesasar ke sini juga karena foto sampeyan... hehe...

March 06, 2008 5:51 PM  
» Blogger mbakDos:

gita:
tapi indah! *piwith!* ;D

bubba:
waduh... komen atau curhat skaliyan nih?! ;D

cinthya:
tengkyu... tapi gak perlu berduka kok, wong sayanya juga (udah) enggak ;-)

raja rental:
weitss... tentunya! ;D
hehehe makasih anyway...

ancilla:
hahaha dasar lo, bek! teteup aja pengen tau yang begituan ;D lagiyan, emang gue bilang kalo kegiatannya itu di kampus mana gitu?! hahaha *biyar tambah penasaran!*

wkurniawan:
berhasil dong menjaring peminat kalo gitu potonya?! ;D

March 06, 2008 9:11 PM  
» Blogger Ancilla:

huhuhu... ia juga siy...
hmph, uda berbakat duk jadi artis. mulai melakukan management gosip. huikikiki...

dukiiiiiiiiii, skarang sibuk opo to?

March 10, 2008 10:40 PM  
» Blogger mbakDos:

ancilla:
berbakat jadi artis? lho, memang udah artis, bukankah?! *hahaha piss bek!*
sedang sibuk apa? ya sibuk jadi artis! *halah! ;D

March 11, 2008 10:43 PM  
» Anonymous Anonymous:

ahh lagi-lagi cinta.. ^_^

March 15, 2008 1:25 PM  
» Blogger mbakDos:

ipung:
ah, iya nih...

March 19, 2008 10:02 AM  
» Blogger RavE:

This comment has been removed by the author.

March 28, 2008 12:05 AM  
» Blogger RavE:

man... they're the truest "drama queen" [or "drama king" :P]
thx 4 d story, mbak... gw jd de javu jg ni... :D

March 28, 2008 12:08 AM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS