Meludah Sembarang Tempat

Saturday, January 19, 2008

Tha, aku udh kirim email lg ya. Tlg dicek.

Setengah melempar, saya kembalikan handphone ke atas meja sebelum berbunyi tadi. Menimbulkan suara kluthuk dan membuat seseorang di samping saya pun menengok.

“Kenapa?” tanyanya.

“Gak pa-pa,” sahut saya, berbohong.

Hhh... kenapa lagi sih? Bukankah urusannya dengan saya sudah selesai?!

Toh sudah hampir satu bulan lamanya saya tidak mendengar berita apapun darinya mengenai pekerjaan yang tengah dilakukan. Tidak ada SMS, percakapan di telepon, bahkan e-mail. Tidak ada satupun kabar yang tiba di telinga saya. Entah apakah dia memang mengirimkannya atau tidak.

Dan secara sepihak, saya pun membuat kesimpulan bahwa (bantuan) saya sudah tidak lagi dibutuhkan untuk menangani pekerjaan yang semula katanya adalah merupakan pekerjaan kami berdua. Kesimpulan yang bahkan sudah dibuat sejak beberapa minggu sebelumnya.

Saya tidak menyangka bahwa akhirnya akan seperti ini.

Kalaupun akan mengecewakan, saya sama sekali tidak pernah menduga bahwa kekecewaannya akan mampu membuat saya lebih rela melihat handphone saya hancur berkeping-keping akibat terlalu sering terbanting setelah membaca SMS ataupun menerima telepon darinya.

Kesepakatan saya untuk ikut serta dalam penelitian yang tengah dilakukannya di sebuah perusahaan ternama ternyata pada akhirnya memaksa untuk melihat sendiri bagaimana prosesi tercorengnya wajah saya, perlahan tapi pasti.

Oleh seseorang yang semula saya anggap teman.

Kecurigaan sama sekali tidak muncul ketika ia meminta bantuan saya untuk membantu penelitian tersebut. Karena menurutnya saya merupakan salah satu 'pengangguran' yang cukup menguasai metode penelitian semacam itu. Sama halnya juga menurut teman-teman yang dihubunginya, begitu katanya.

Ya sudahlah, apa ruginya sih membantu, begitu pikir saya.

Maka dimulailah segala proses merancang sebuah penelitian, sebagaimana yang sudah beberapa kali saya lakukan sebelumnya. Yang kemudian seolah menjadi awal dari petaka yang berkelanjutan.

Usulan yang saya ajukan, ditolak oleh pihak perusahaan tanpa alasan yang jelas. Bahkan teknik statistik yang digunakan pun dipertanyakan habis-habisan, juga tanpa kejelasan alasan mengapa mereka perlu mempertanyakan sampai sedetil itu. Juga hasil dari pengambilan data yang telah dilakukan sampai tiga tahap.

Teman saya...?!

Dia justru ikut berada di pihak yang mempertanyakan hasil kerja saya.

Bahkan ketika pihak perusahaan mempertanyakan mengenai hasil penelitian, yang sebelumnya sudah didiskusikan antara saya dengan teman saya itu, dan ia menyetujuinya, kali itu ia malahan menyorongkan saya ke hadapan wajah mereka.

Ready to be eaten, begitu mungkin tulisan yang terpampang di dahi saya.

“Ibu Agatha, bisa tolong diberikan penjelasan mengenai statistiknya ya, mengapa hasilnya bisa demikian,” begitu katanya, di hadapan para petinggi perusahaan. Dan ia pun seolah mlipir keluar ruang rapat atau mengisut ke bawah meja agar tidak terlihat, paling tidak sampai seluruh keraguan mereka tertumpah pada saya.

Setelah hari itu, tidak ada lagi kabar yang mampir ke telinga saya.

Karena ternyata, nama saya memang tidak lagi disebutkan, bahkan sebagai imbuhan yang juga terlibat dalam keseluruhan proses penelitian. Semuanya merupakan hasil kerja si teman saya itu, begitu akunya.

Dan kamu pun tidak perlu bertanya apa yang saya rasakan setelah mendengar berita itu.

Saya tidak lagi mengirimkan SMS, menghubungi melalui telepon atau bahkan e-mail untuk menanyakan mengenai kelanjutan dari penelitian itu. Ia juga tidak lagi menghubungi saya.

Sehingga datangnya kembali kabar dari teman saya itu cukup mengejutkan saya. Karena ternyata ia masih tetap menanyakan hal yang sama sebagaimana yang pernah ditanyakannya selama proses penelitian berlangsung dulu.

Juga masih menyebutkan nama saya sebagai orang yang bisa dimintai pertanggungjawaban perihal statistik, dalam beberapa e-mail yang ditujukan kepada pihak perusahaan dan di-forward kepada saya.

Seperti e-mail yang barusan saya baca.

Karena ia telah menyampaikan sesuatu kepada pihak perusahaan, dan baru kemudian menyadari bahwa terjadi kesalahan di sana, ia meminta saya datang untuk membantunya membereskan semua kekacauan itu. Dan lagi-lagi menyebutkan nama saya di dalam e-mail tersebut, seperti yang sudah-sudah.

Hebat! *tertawa sinis nan getir*

Pantas saja dia mengirimkan SMS mengenai e-mail yang sudah dikirimnya.

Bermaksud meminta saya ikut menjilat ludah yang sudah terlanjur ia keluarkan?!

You wish!

website page counter

ADA 8 KOMENTAR:

» Anonymous Anonymous:

so what are you going to do about this now? chin up girl!

January 19, 2008 9:07 AM  
» Blogger Ancilla:

dukiiiiiiiiiii..
mau donk kalau ada freelance untuk pengangguran seperti saya.... :)

January 19, 2008 3:12 PM  
» Anonymous Anonymous:

hehe.. selamat datang di dunia..
take it easy mba.. penyesalan juga sebuah pengalaman kan.. :D

January 19, 2008 10:11 PM  
» Anonymous Anonymous:

bagus sekali handphone nya . .
ini satu2nya yang anti banting . . ;)

January 20, 2008 12:31 AM  
» Blogger L. Pralangga:

Deception and unfair competition are one of ingredient to make a reliant-agile-business warrior. It is what the world has been turning up for the past few decades, I am sure that you are now a fool-proof personality out of all this ;-)

Hang in there.., keep moving further, hope for the best and plan for the worst.

January 24, 2008 3:42 PM  
» Blogger -ndutyke:

trus piye? ditunggu crita lanjutan'e. duh nggemesno tenan yo nduwe konco model gitu...

pengen urun njitak pala'ne bocah kuwi...

January 25, 2008 12:48 PM  
» Anonymous Anonymous:

woghh..tulisannya bagus
penceritaannya runtut dan mengasyikkan(halah)untuk dibacanya..

salam hormat

ipungmbuh SH

January 27, 2008 2:14 PM  
» Blogger mbakDos:

anima:
by the time i wrote this comment, semua sudah terselesaikan kok ;-)

ancilla:
menemani gue praktek aja pegimana, bek?! :D

endikz:
itulah... makanya saya tidak pernah kapok menyesal! *pelajaran moral yang salah* ;D

ebess:
iya lho, limited edition ;D

kang-pret:
thank you :-)

tyka:
yaahhh jangan, bu! udah bukan bocah soalnya :P

ipungmbuh:
terima kasih atas pujian dan kunjungannya :-)

January 30, 2008 1:50 PM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS