Dulunya Suster

Friday, January 25, 2008

“Kalo Tante Api, emang dulu waktu kecil mau jadi apa?”

Siyal!

Kenapa pertanyaan itu jadi berbalik ke saya?

Mau dijawab apa, coba?!

Jawaban ‘penulis’ jelas tidak termasuk hitungan ‘kan?!

Selain karena kurang tenarnya profesi itu di telinga Moncil, dan juga akan sulit menjelaskan pertanyaan berikutnya mengenai apa itu penulis, yang jelas... saya memang tidak pernah memasukkan ‘penulis’ di dalam daftar cita-cita saya.

Sumpah!

Saya bahkan tidak pernah membayangkan akan bisa merasa betah duduk selama berjam-jam dengan mata terus menatap ke arah komputer. Atau juga berbaring telungkup di atas tempat tidur sambil menekuri buku tulis tebal berukuran folio dan menulisi lembar-lembarnya sampai habis. Entah halamannya, atau tinta pulpennya terlebih dulu yang kandas.

Iya, sejak masih berseragam putih-merah dulu, rupanya saya sangat menikmati kegiatan menulis.

Buku catatan pelajaran yang bersampul coklat dan dilapisi plastik punya saya pun, sudah dikenal sebagai yang paling lengkap dan rapi di antara teman-teman. Juga menjadi sasaran utama untuk dipinjam. Jabatan sekretaris kelas yang tugasnya (hanya) mencatat pelajaran atau tugas di papan tulis pun saya jalani dengan sepenuh hati. Bahkan pengumuman bahwa akan diadakan ulangan di keesokan hari, yang sebenarnya bisa langsung disampaikan secara lisan kepada teman-teman, malahan saya tulis besar-besar di papan tulis itu dengan menggunakan kapur.

Dan saya kemudian menjadi sangat kecewa saat Ibu Guru justru mengangkat saya menjadi ketua kelas.

Akibat kekecewaan itu, sepertinya, saya mulai mengalihkan ketidak-mampuan untuk mengendalikan keinginan untuk menulis dengan membeli buku diari (*entah perbuatan siapa, tapi dulu pengejaannya sungguh seperti ini). Mengumpulkan buku tulis tebal bergaris di mana terdapat hiasan gambar-gambar di tiap halaman dan sampulnya, merupakan kesenangan baru buat saya. Acara bepergian ke Gramedia pun menjadi kegiatan akhir minggu yang selalu dinantikan.

Lemari di atas meja belajar pun dipenuhi dengan buku-buku yang berisikan tulisan tangan saya.

Saya sudah tidak ingat apa tulisan yang pertama dibuat di sana. Tapi yang jelas, merupakan sebuah catatan harian, diari dalam arti yang sesungguhnya, yang menceritakan kegiatan saya di hari itu. Catatan itulah yang kemudian mengawali penulisan catatan di hari-hari selanjutnya.

Setiap harinya, saya selalu menuliskan kejadian menarik yang ditemukan. Si teman yang baru mencukur rambutnya sampai botak, perkelahian saya dengan seorang teman pria, percakapan pertama dengan seorang murid pindahan dari sekolah lain, dan seterusnya. Setiap hari.

Sampai kemudian merasa bosan, dan tersadar, bahwa sebenarnya saya sama sekali tidak menikmati kegiatan itu. Maka usailah riwayat si buku diari.

Yang kemudian justru menandai dimulainya karir menulis yang sesungguhnya.

Pada sebuah buku tulis tebal bersampul batik, saya menuliskan cerita yang pertama. Hanya sepanjang tiga lembar saja. Tentang remaja perempuan yang jatuh cinta pada seorang anak band. Akibat terobsesi pada Joe McIntyre, si bungsu dari grup vokal New Kids On The Block, saya sungguh tidak bisa menahan dorongan untuk membuat cerita itu.

Dan jangan pernah bertanya kenapa!

Ketidak-mampuan untuk menghentikan berloncatannya isi kepala, kemudian membuat saya menghabiskan berlembar-lembar kertas, hingga akhirnya harus berganti dari buku tulis yang satu ke buku yang lain.

Tapi untunglah saya kemudian diperjodohkan dengan sebuah teknologi bernama komputer.

Sejak hari di mana ia menjadi penghuni rumah baru kami, saya tidak bisa lagi memisahkan diri darinya. Bahkan Ibu seringkali harus melakukan penyapihan paksa antara saya dengannya.

“Kamu nanti kuliah masuk LPK Tarki aja,” begitu kata Ibu, mungkin setengah jengkel karena anaknya ini tidak juga ingin dipisahkan.

Saya melongo.

Dari mana Ibu bisa segila itu untuk mengusulkan agar saya menjadi seorang sekretaris? Yang akan duduk di balik meja, tidak bepergian dari sana, mengurus ini-itu keperluan si bos, dan mengenakan setelan blazer dan rok mini?? She must be kidding! Karena demikian menyenangi kegiatan mengetik, bukan berarti harus menjadi sekretaris ‘kan?!

Ayah malah lebih aneh lagi.

Beliau mengusulkan saya untuk mendaftarkan diri ke Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Iya, ABRI yang itu! Karena bentuk badan saya bagus, menurut beliau. Lha, lalu kenapa tidak diusulkan menjadi model majalah atau model apalah gitu? Apa kaitannya bentuk tubuh dengan ABRI?

Belakangan, saya baru tahu bahwa ternyata keanehan mereka itu memang disengaja. *Darn you! Both of you!!*

Mereka sengaja memberikan usul yang... jelas sangat tidak masuk akal mengenai profesi yang akan saya tekuni nantinya, supaya pada akhirnya saya menemukan sendiri mana yang sesungguhnya saya inginkan. Kalaupun nantinya (garis bawahi: kalaupun!) saya menjadi anggota ABRI, saya tahu dengan pasti bahwa alasannya sama sekali bukan karena bentuk tubuh.

Siyal!

Tapi kalau waktu itu mereka bertanya pun, saya juga belum tahu mau jadi apa.

Termasuk penulis.

Sama sekali tidak pernah terbersit di dalam kepala bahwa saya akan menjadikan profesi penulis itu sebagai suatu cita-cita. Rasanya sih, saya hanya melakukan apa yang memang saya sukai. Mengkhayal. Dan kemudian sekedar menuliskannya.

Yaaa... jika dibandingkan dengan dokter, pilot, atau insinyur, jelas ‘penulis’ tidak ada apa-apanya di telinga seorang anak SD seperti saya. Mana ada teman-teman yang menyebutkan penulis sebagai profesi idaman untuk dicapai di masa depan? Jangankan menyebutkan profesi itu, tahu saja tidak.

Saya sendiri baru menyadari bahwa memang itulah yang saya inginkan, saat sudah beranjak dewasa. Sudah terlalu tua bahkan, untuk membahas sebuah cita-cita. Setelah melalui sekian belas tahun di mana saya menulis ini-itu, tanpa pernah menyadari bahwa memang kegiatan itulah yang ternyata demikian ingin saya geluti.

Sempat menyesal sih, kenapa tidak dari dulu-dulu saja?!

Tapi masalahnya, kalau sudah dari dulu saya merencanakan akan menjadi seorang penulis, apa iya di tengah jalan tidak akan berubah?

Toh waktu di mana sebuah cita-cita itu dicanangkan, yaitu di kala teman-teman sesama pengguna putih-merah mulai bertanya, belum cukup menyadarkan saya tentang apa yang saya inginkan. Dokter, pilot, atau insinyur, itu pun karena sering mendengarnya dari sesama teman ataupun orangtua teman.

Dan kemudian membuat saya balik bertanya, memangnya tidak ada yang lain ya selain ketiga profesi itu? Kok dari sekian banyak teman yang saya punya, masa cita-citanya ya cuma tiga itu saja?

Tapi yaa namanya juga cita-cita. Namanya juga anak kecil.

Boleh dong berangan-angan.

Wong Ayah dan Ibu saja cuma mesam-mesem waktu tahu kalau anaknya yang satu ini malahan menyebutkan ‘biarawati’ sebagai cita-citanya.

Sudah tidak ada kaitannya dengan menulis, makin aneh pula kalau dibayangkan bahwa seorang Agatha akan mengucapkan kaul untuk selibat seumur hidup

website page counter

ADA 18 KOMENTAR:

» Anonymous Anonymous:

Kalo bisa dibilang, mbak ini memang born to be a writer (and blogger too)

Nah, lanjutin dong Petualangan Jaune-nya :D

* kalau mbakDos selibat, berapa banyak lelaki yang menangis darah yah :p

January 26, 2008 8:24 AM  
» Anonymous Anonymous:

mbak, mbak...
mau jadi suster biar bisa pacaran sama 'si ganteng' yang jadi pujaan suster-suster lain juga ya..... :)

repot mbak harus 'share' sama suster-suster lain.. gimana kalo ditanyakan apakah 'si ganteng' itu punya sodara kembar... =))

January 26, 2008 11:36 AM  
» Anonymous Anonymous:

lho . . lha saya kemaren dah komen di
http://mbakdos.multiply.com/journal/item/104
tapi cari komen beda ah . . .
klo pengen punya minat baca buku gitu
prosesnya gimana ya . . .
padahal dulu nonton film india 3 jam betah, sekarang diam nonton, baca 1 jam aja kok sudah bosan . . . ;)

January 26, 2008 4:13 PM  
» Blogger Desperate Houseboy:

Aiih. Lama tak bersua! Saya 'sedikit' kangen juga.. *ga mau ngaku*

Heheheh.. Duh, fotonya makin kayak model saja. --; Foto di mana bu?

Eniwei, just read Shit Happens. Udah baca? Not a fave book of mine sih--tapi ada satu karakter di sana y ang tiba-tiba teringat begitu baca blog dirimu lagi.

Hm. Entah kenapa.

January 26, 2008 4:38 PM  
» Anonymous Anonymous:

waaa.. masih untung bapak mbak nggak ngarahin cita cita jadi atlet tinju wanita gara gara bodi. tetapi cita cita memang harus ada, buat memotivasi diri, mungkin orang bilang cita cita itu mimpi. tapi ingat ada apa dengan mimpi..
mimpi adalah pijakan pertama kita untuk menikmati masa depan.
mimpi mungkin akan menjadi suatu konsep apabila kita memiliki alasan yang tepat untuk menggapainya.
mimpi bisa dianggap konsep bila kita memiliki coretan skema akan masa depan.. suatu bayangan yang acak namun terpola..
mimpi adalah suatu konsep ketika sarah memiliki dan membangun secara terpola dan jelas, tentang apa, siapa, kenapa, kapan dan bagaimana masa depan kamu. sebuah motivasi.
mimpi mungkin menjadi kenyataan kalau kita mencoba deal dengan Tuhan
mimpi akan menjadi kenyataan ketika setelah deal kita mencoba menjadwalnya, mengkoreksinya seiring putaran roda jaman
mimpi akan terintip ketika kita mulai membangunnya, pondasinya, dindingnya, terakhir atapnya
mimpi akan terlihat ketika kita mengisinya, menatanya, membersihkanya, menjaganya, merawatnya.
mimpi akan menjadi masa lalu ketika kita tengah menikmatinya
tapi mimpi akan tetap menjadi mimpi ketika kita tak beranjak juga mengejarnya.
ketika kita jatuh dari tempat tidur, mimpi akan hilang begitu saja dan ketika itu terjadi mimpi akan menjadi sia sia
sekarang mimpi kamu sudah sampai dimana non..?
ah kamu kan anak psikologi. kok malah saya yang kasih ceramah.. :(

January 26, 2008 11:38 PM  
» Anonymous Anonymous:

sampai sekarang kita juga tidak pernah tahu, mau jadi apa dan kemana hidup ini..
Percaya nggak, waktu kecil cita cita saya jadi astronot ?

January 28, 2008 1:18 AM  
» Blogger Ancilla:

oalah, baru tau loh duki... hehehe...
jadi berpeluh-peluh keringat untuk sekolah entu pegmana duki? termasuk cita-cita tak? :)

January 28, 2008 8:55 PM  
» Anonymous Anonymous:

namanya juga anak kecil.....
wah bentuk badan bagus nih...
tapi kok naymbungnya ke abri ya?
:D

January 29, 2008 12:45 AM  
» Anonymous Anonymous:

Ga tau diri, disuruh masuk ABRI malah ga mau.
Aku mau masuk Akpol aja ga dikasih si Mamah...
Ayo lah, kita berdua jadi bu polisi aja!!!
Jadi nanti kl salah satu ada yg married, kan seru, ada pedang poranya!
ahahaha....

*sikriwil-yg-lagi-rajin-berenang-biar-
badannya-gede-trus-bisa-masuk- akpol*

January 29, 2008 10:06 AM  
» Blogger RonaldSam:

hai, salam kenal

saya tadi googling gambar album love rocks yang ada "honestly"nya harem scarem tapi malah nyasar ke blog ini

btw, kalo bicara cita-cita, saya dulu malah bercita-cita jadi penerbang AU sayangnya karena tinggi badan tidak mendukung akhirnya terdamparlah saya di rimba kalimantan bekerja di sebuah operator telekomunikasi

salam blogger

January 29, 2008 11:29 AM  
» Anonymous Anonymous:

btw, NKOTB reuni lo, mereka akan memberitahukan reuni mereka lewat pers bulan feb 2008 ini,,hueheheheh

January 30, 2008 1:41 PM  
» Blogger mbakDos:

anima:
gak kok... cuma nangis air mata aja *hahahahahahaha*
terima kasih lho untuk pujiannya. petualangan jaune udah bisa dinikmati kembali kok ;-)

japro:
sudah pernah bertanya kok ;D
*hush! sudahlah jangan dibuka2 rahasia itu di sini, oom!*

ebess:
yaa perbanyak menonton pilem india, mungkin ya... itu pasti latian yang sangat bagus untuk ketahanan fisik dan mental!

droo:
kangen? dikit apa dikiittt? ntar nyesel lho kalo gak mau ngaku! ;D

kawoela alit:
yaa itu fungsinya mimpi bukankah?! ;-)

iman brotoseno:
percaya! emang sekarang bukan astronot, mas?! ;D

ancilla:
ah kau, bek! layaknya para dosenku saja! bertanya apa ada hubungannya antara cita2 itu dengan sekolaan yang sekarang...
ya jelas enggak lah! kecuali saya mau jadi biarawati bergelar psikolog.. *hehehe ditanya apaaa, jawabnya apaa*

mas slamet:
namanya juga ABRI ;D

si kriwil:
ooohhh kirain biar kalo married ada kolam renangnya! ;D

ronaldsam:
salam blogger!
lha ya sama2 terbang juga bukankah?! ;-)

ika:
aaarrrggggghhhhh kau berikan kabar yang salah!!! gawat! kan malu saya nanti kalok ketauan sama para mahasiswa menonton NKOTB! :P

January 30, 2008 2:06 PM  
» Anonymous Anonymous:

hmmm..
kadang hidup tak sejalan dnegan cita-cita (dulu)...:)

January 30, 2008 6:03 PM  
» Anonymous Anonymous:

Wah ta, pandangan dan gambaran yang totally wrong tentang seorang sekre. Untuk catatan, ga semua sekre pake rok mini dan cuma punya kerjaan di belakang meja. Bahkan, kerjaan sekre itu lebih variatif dibandingkan dengan beberapa jenis pekerjaan tertentu ;)

January 31, 2008 10:27 AM  
» Blogger timo:

wah, ada hubungannya sama (hampir) jadi penulis sinetron waktu dulu yah?? hoho...ditunggu launching bukunya...;p

January 31, 2008 10:58 AM  
» Blogger mbakDos:

parcendol:
kadang...? kalo buat saya sih, sering! ;-)

hannyta:
yah... sayangnya kala itu saya tidak bertemu denganmu, jadi tak bisa bertanya bagaimana rasanya menjadi sekretaris ;-)
anyway, terima kasih udah dikunjungi lho...

timothy:
hahaha... yaaa kurang lebih gitu deehhh ;D

January 31, 2008 9:31 PM  
» Anonymous Anonymous:

salam kenal mbakdos, artikelnya maknyios

February 01, 2008 10:44 AM  
» Blogger mbakDos:

pututik:
terima kasih... salam kenal juga :-)

February 02, 2008 12:03 AM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS