(Gak Usah) Pacaran, Yuk!

Thursday, August 23, 2007

Why don't you give me some time
Tell me, cuz I can't get you out of my mind
But up until now, we been doing just fine
So, tell me what's changed*

Suara nyaring nan merdu yang terdengar melalui speaker si hitam, seketika membuat saya tersenyum. Sekalipun saya sendiri mungkin tidak menyadarinya kalau saja tidak merasa kedua ujung bibir ini tertarik melebar ke samping.

Mengingatkan saya akan percakapan dini hari yang baru beberapa hari lalu terjadi.

Saya tidak ingat bagaimana persisnya perbincangan dengan BJ ini bermula. Tidak seperti obrolan biasanya seputar kegiatan sehari-hari atau hal-hal menarik yang ditemui di tempat baru, saya yakin betul bahwa pertanyaan yang saya ajukan itu telah menohok di tempat yang tepat. Walaupun saya sama sekali tidak bermaksud demikian.

“Lo punya pacar?” begitu sela saya tiba-tiba.

BJ terdiam selama beberapa saat. Entah karena terkejut dengan begitu mendadaknya saya bertanya, entah karena kaget dengan pertanyaan yang melenceng dari pembahasan sebelumnya, atau juga mungkin sebal atas kekurang-ajaran saya mengajukan pertanyaan yang mengganggu private territory-nya. Yang dilontarkan padanya dengan seenaknya tanpa ba-bi-bu pula.

Kalau saja bisa menatap wajahnya kala itu, saya pasti merasa bersalah karena telah membuatnya merasa risih dan terganggu. Tapi… (maapkeun, J) jika diberikan kesempatan pun, tampaknya saya tidak akan menarik kembali apa yang sudah diucapkan itu. Karena sudah terlanjut terlontar, yang bisa dilakukan hanyalah menunggu jawaban darinya. Atau reaksi apapun yang akan diberikannya atas pertanyaan itu.

“Hhmmm… Putus tapi gak ada yang berubah, gimana tuh?!”

Nyaris saja saya terbahak-bahak mendengar apa yang dikatakannya. Membuat saya harus menahan diri setengah mati bahkan untuk tidak memperlihatkan sedikit pun bagian dari gigi saya.

Rasanya kok tidak sopan.

Tapi sungguh… saya benar-benar ingin tertawa dibuatnya.

Bukan.

Bukan bermaksud mentertawakan lawan bicara saya itu, ataupun apa yang diceritakannya.

Hanya saja tiba-tiba teringat pada apa yang pernah saya alami sendiri.

Yeah, I’ve been there. At the same place as him right now.

Bermula dari kandasnya hubungan cinta yang sempat terjalin sekian lama.

Seorang pria yang (semula) adalah kekasih saya tiba-tiba saja bermaksud mengakhiri hubungan kami. Dengan berbagai alasan yang diajukannya atas tidak adanya lagi kecocokan di antara kami berdua, saya pun hanya bisa mengiyakan apa yang telah diputuskannya.

Semula saya pikir, kehilangan seorang kekasih akan menjadi demikian menyakitkan.

Namun, menjalani hari-hari berikutnya setelah menyandang status single itu kembali ternyata jauh lebih berat untuk dilakukan.

Pergi ke sebuah rumah makan bersama seorang teman, saya kembali teringat saat terakhir kalinya makan siang bersama sang kekasih di tempat yang sama. Berjalan menyusuri selasar sebuah pusat perbelanjaan, mengingatkan saya akan sebuah kemeja yang terakhir kali saya belikan untuknya dari salah satu sudut yang memajang pakaian pria. Duduk bersandar dengan tenang dan mengendarai si hitam, membuat bayangan akan kehadiran pria itu di samping saya dan mengajak berbincang terus saja berkelebatan di dalam kepala.

Lalu saat malam menjelang, saya masih saja memandangi handphone sambil berharap mendengarnya berbunyi.

Everything just reminds me of him.

Dunia seakan runtuh menimpa saya. Sementara saya tidak memiliki kekuatan yang cukup besar untuk mengangkatnya, atau bahkan menahannya agar tidak semakin menenggelamkan saya jauh ke dasar.

Mencoba meraih apapun yang bisa membawa saya kembali ke permukaan untuk bernapas.

Dan di saat itulah sang (mantan) kekasih kembali menghubungi saya. Membuka percakapan yang tampak seperti sebuah basa-basi, mengusulkan pertemuan melalui makan siang dan menonton film. Di saat yang tampak sangat tepat buat saya.

Dari sanalah semuanya kemudian berawal.

Saya dan pria ini mulai menghabiskan lebih banyak waktu untuk membincangkan hal-hal yang semula kami hindari. Kami sudah tidak lagi terlalu khawatir akan penilaian satu sama lain sebagai akibat dari lawakan garing yang dilontarkan. Juga tidak lagi merasa terpaksa untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh yang lain jika memang tidak mau melakukannya.

And after all, saya merasa menemukan sosok lain dalam diri pria yang (pernah) menjadi kekasih saya itu. Menemukan sisi lain dari dirinya, yang tidak pernah saya ketahui bahwa ia memiliki semua itu.

Yang ternyata menyenangkan.

Entahlah… saya merasa bersalah untuk mengatakan hal ini, tapi… sepertinya pria itu memang lebih menyenangkan untuk dijadikan seorang teman saja. Banyak hal yang (ternyata!) lebih seru untuk bisa dibahas, dipercakapkan, bahkan dilakukan bersamanya justru setelah kami tidak lagi menjadi sepasang kekasih.

Yah, mengingat apa yang terjadi pada BJ dan lagu yang terus saja terngiang di telinga saya sekalipun sudah sedari tadi penyanyinya menggumamkan lagu lain, saya harus mengatakan bahwa mungkin saya tidak sependapat dengan keduanya.

Bentuk hubungan saya dengan pria ini mungkin berubah, tidak lagi memampangkan status sebagai kekasih bagi yang lain. Dan demikian pula adanya hubungan yang kami jalani, tidak lagi sama dan bahkan mengalami perubahan yang luar biasa dari yang sebelumnya pernah kami alami.

Saya selalu sebal ketika seorang sahabat terus mengulang sebuah ungkapan kebanggaannya untuk dikatakan kepada saya.

Hubungan antara satu orang dengan orang lain itu tergantung kesepakatan satu dengan lainnya. Orang lain gak perlu tau, juga gak perlu ngerti.

And he’s absolutely right (although I always hate myself for saying that I do agree with what he said).

Bukan status sebagai kekasih, mantan kekasih, teman, sahabat, saudara, atau apalah itu namanya ‘bentuk resmi’ yang seringkali terdengar dari suatu hubungan orang-perorang. Tetapi bagaimana hubungan itu akan dijalani, itu yang menjadi penting.

Syukur-syukur kalau orang lain bisa mengerti apa yang tengah dijalani. Tapi kalau tidak pun, mestinya bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Toh bukan orang lain yang menjalani hubungan itu, bukankah?!

So J… I know how do you feel about it. I really do…




*What's Changed by Craig David featuring…
a-woman-whom-I-never-know-her-name

website page counter

ADA 19 KOMENTAR:

» Anonymous Anonymous:

so? Lo punya pacar?

August 23, 2007 5:30 AM  
» Anonymous Anonymous:

yahh ngajaknya telat! aku dah dari dulu....

August 23, 2007 6:14 AM  
» Blogger mbakDos:

pakDok:
menurut lo? ;D

kw:
yaudah... yuk?! ;D
*halah tetep gitu!

August 23, 2007 10:17 PM  
» Anonymous Anonymous:

hmm.. .
garuk2 kepalaa...
but i want more.. *huehuehue...

August 24, 2007 6:29 PM  
» Anonymous Anonymous:

i've been there too. thousand years ago :D

August 25, 2007 8:03 PM  
» Anonymous Anonymous:

aku jg pernah gitu mbak... berjuta rasanya... hahahahaha... tapi kayaknya ga mo lagi deh kayak gitu... gantung berat..

August 25, 2007 10:43 PM  
» Blogger mbakDos:

memed:
yakin? ;-)

venus:
jadi sekarang usianya si mbok berapa tho?! ;D

bubun:
ya iyalah lo gak mau lagi, bun! wis kadung terjerat hatinya oleh si masmu itu, bukankah?! ;D

August 26, 2007 7:19 PM  
» Blogger Unknown:

Kayaknya aku tau tuh mbak kisah ini..hehehe..

August 26, 2007 8:56 PM  
» Anonymous Anonymous:

bener-bener penganut Delicious Ambiguity deh si mbak ini... :))

btw udah bayar royalti belum sama pemilik quotes "Hubungan antara satu orang dengan orang lain itu tergantung kesepakatan satu dengan lainnya. Orang lain gak perlu tau, juga gak perlu ngerti" ... ;-)

August 26, 2007 9:48 PM  
» Anonymous Anonymous:

Jalani saja, Nak. :)
Aku juga pernah muda kok. :D

August 27, 2007 12:56 AM  
» Blogger mbakDos:

myblack:
ohya?! sampe ngasih komen aja pake anonimus lho, biar gak dikejar2 oleh saya ya?! ;D

japro:
rasanya sih udah, tapi gak tau juga yang dibayar merasa udah nerima bayaran belum :P

pakdhe:
lho, sekarang udah yuswa tho, pakdhe?!
*nyuwun ngapura ;D

August 27, 2007 4:20 PM  
» Anonymous Anonymous:

Eh BJ siapa? Bejah? Ada gitu mantanmu yg inisialnya BJ? Kok aku ga tau sih?
Ah...saya juga pernah.
Sakitnya cuma "sak-nyuk-an" (kl kata org2 dr kampung Mak gw).
Kan saya penganut keyakinan: There's always the one before the one...
...
mau ikt aliran saya? Gratis biaya keanggotaan...

August 30, 2007 8:47 PM  
» Blogger Unknown:

hmm.. bingung mau komen apa mbak.
kalo bilang setuju nanti diledekin
kalo bilang "nggak gitu ah" nggak sesuai sama jeritan hati, lalu?
hehehe

September 01, 2007 8:33 PM  
» Blogger mbakDos:

si kriwil:
hahaha yang bilang BJ mantan pacar sayah itu siapaa?? bisa pingsan kege-eran dia! *halah! ;D

nining:
jadi... hatinya eh hatimu menjerit tho?! ;-)

September 02, 2007 12:44 AM  
» Blogger Archangela:

duh.. duh.. duh.. tak kukira meski berbeda pendekatan, ternyata dalam hati dan pikiran kita punya kesamaan dalam memandang suatu hubungan. hehe..
masalahnya kemudian adalah karena deep down inside gue mengharapkan suatu bentuk hubungan yang wajar layaknya orang lain. It's fun and really comforting to keep in touch with him, but sometimes my expectations killed the fun of it! What the hell am I supposed to do?!?!

October 12, 2007 3:03 PM  
» Anonymous Anonymous:

ehem ehem..., mulai dari menulis blog, lalu menulis di milis boendelkata, lalu tinggal gue tunggu traktirannya...

orang bijak berkata : "tak ada lele yang akan terpatil patilnya sendiri, namun tak demikian bagi manusia..."

October 15, 2007 12:51 AM  
» Blogger mbakDos:

regina:
if you ask me this question, i'd like to give you the answer, "nikmati aja apa yang ada." ;-)

anton:
selamat dataaanggg!!! senangnya dikunjungi lagi! :D
jadi, mau ditraktir makan lele?

October 15, 2007 1:07 AM  
» Anonymous Anonymous:

Bukan status sebagai kekasih, mantan kekasih, teman, sahabat, saudara, atau apalah itu namanya ‘bentuk resmi’ yang seringkali terdengar dari suatu hubungan orang-perorang. Tetapi bagaimana hubungan itu akan dijalani, itu yang menjadi penting.

paragraf favorit gw nih! :)
haha. lg cari pembenaran nih kayanya saya..

March 09, 2008 6:42 PM  
» Blogger mbakDos:

marisol:
hahaha iya iya, dipahami kok ;D
eh, makasih lho sudah dikunjungi...

March 11, 2008 10:45 PM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS