Sapi Polkadot Tiup Lilin

Thursday, June 21, 2007

Mungkin memang sudah saatnya bagi si hitam untuk berlibur sejenak.

Sudah beberapa hari belakangan ia harus menemani saya berkeliling kota. Hanya sempat dimandikan beberapa hari sekali, padahal biasanya setiap pagi ditemukan dalam keadaan segar bugar. Selain itu, harus diakui, pecahnya pegangan pintu bagasi juga cukup mengganggu. Bukan hanya tampilan si hitam yang menjadi kurang ciamik, tetapi untuk meletakkan atau mengambil barang di bagasi pun saya harus menjulurkan badan dari tengah kabin.

Memberikannya istirahat di rumah memang berarti memberikannya kesempatan untuk leyeh-leyeh setelah mandi, tanpa harus bersiap siaga menerjang teriknya matahari. Tapi memang bukan berarti pegangan pintu akan diperbaiki.

Pegangan itu memang sudah dipesan ke ke bengkel langganan kami. Namun lantaran pihak bengkel pun masih harus memesan barang yang dimaksud kepada dealer, maka kami harus menunggu. Belum tahu untuk berapa lama.

Biarlah si hitam beristirahat sejenak, agar tidak sampai harus melakukan self-sabotage hanya agar memperoleh waktu rehat.

Maka saya dan si Kriwil pun memutuskan untuk bepergian dengan menggunakan taksi.

The guilty pleasure is… perjalanan memang menjadi lebih menyenangkan daripada biasanya ketika bersama si hitam. Kami membuka plastik pembungkus dan mengeluarkan roti yang tadi sengaja diambil dari atas meja makan. Mencuil-nya sedikit demi sedikit sambil terus mengobrol dan saling meledek.

Hal yang tidak mungkin dilakukan jika saya duduk di belakang kemudi. Mencuil dan memasukkan makanan ke dalam mulut masih mungkin dilakukan. Sama halnya dengan mengobrol. Meledek pun juga tidak mungkin terhenti. Hanya saja, ketiganya tidak mungkin dilakukan secara bersamaan. Saya masih harus membagi perhatian dengan jalanan di depan sana, memastikan bahwa si hitam melaju sesuai dengan harapan.

Lebih tidak mungkin lagi jika si Kriwil yang bertugas di belakang kemudi. Ia akan terus bertanya (atau memastikan, lebih tepatnya) jalanan mana yang seharusnya dilalui untuk tiba di tempat tujuan: membelokkan si hitam ke kanan, kiri, atau lurus, di manakah letak pintu masuk, atau jika hendak memarkirkan si hitam, apakah jarak sebelah kanan dan kiri sudah cukup. Sesi mengobrol pun akan berubah menjadi sesi tanya-jawab.

Dengan taksi, kami hanya tinggal menunggu kendaraan ini mengantar sampai ke tempat tujuan. Tentunya tanpa perlu memusingkan tetek-bengek yang biasa dipikirkan jika si hitam turut serta.

Setelah petugas berseragam orange membukakan pintu kabin, saya dan si Kriwil pun menyerahkan sejumlah uang kepada bapak supir. Mengucapkan terima kasih lalu melangkahkan kaki turun dari taksi.

Baru beberapa saat meninggalkan taksi dan berjalan menyusuri selasar sebuah pusat perbelanjaan, tiba-tiba si Kriwil menghentikan langkahnya. Ia sibuk mengaduk-aduk isi tasnya, seperti sedang mencari sesuatu.

“Mbak, hapeku kok gak ada ya?!” tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari isi tas yang tengah dibongkar.

“Lho tadi kamu taro di mana?”

“Aku lupa…”

Tiba-tiba saja sebuah adegan terlintas di dalam kepala saya. Si Kriwil baru saja ber-sms-an lalu meletakkan handphone yang dimaksud di atas jok, persis di samping pahanya. Setelah itu ia kembali mencuil roti dan bercakap-cakap dengan saya.

“Jangan-jangan masih di taksi?!” tanya saya tiba-tiba.

Seketika itu, ia menghentikan kegiatannya, membelalakkan matanya ke arah saya, “Oh iyaaaa…”

Tanpa berpikir panjang, saya pun meraih handphone dari saku celana. Mencoba menghubungi nomor handphone si Kriwil sambil berharap bahwa si bapak supir akan meraih hanpdhone di belakang, paling tidak untuk menjawab panggilan saya.

Suara Tasya yang menyanyikan “Libur Telah Tiba” terdengar dari seberang sana.

Tak lama kemudian terdengarlah suara seorang pria. Suara bapak supir yang tadi mengendarai taksi dan mengantarkan kami. Paling tidak, seharusnya sih memang suaranya yang terdengar.

“Pak, maaf ya… Handphone-nya ketinggalan di situ ya?!”

“Iya nih, Mbak…”

“Bisa tolong dianter lagi ke tempat tadi saya turun, Pak? Nanti saya tunggu di sana…”

“Oh, iya iya, Mbak… Ditunggu dulu ya, lagi kena macet nih, Mbak… Soalnya saya lewat belakang mal.”

“Oke, Pak. Gak pa-pa kok… Saya tunggu ya…”

Si Kriwil diam saja. Entah resah, khawatir, takut, atau apalah namanya itu.

Berdiri di satu tempat, lalu melangkahkan kaki ke kiri, sebentar kemudian ke kanan. Kemudian mengetuk-ngetukkan tumit ke lantai. Sambil sesekali melongokkan kepalanya, hendak melihat apakah taksi yang kami tunggu ikut dalam antrian mobil di depan lobby.

Lima menit.

Si Kriwil melihat arloji pada pergelangan tangannya.

“Kok lama, ya?” tanyanya pada saya.

“Yaa… namanya juga kena macet. Ditunggu aja.”

Kelihatannya bukan jawaban yang diharapkan akan didengarnya dari saya. Tapi bagaimana lagi?! Saya juga tidak bisa memastikan kapan taksi itu akan tiba di hadapan kami. Kalau saya mengajukan pertanyaan yang sama padanya, pasti akan membuatnya semakin panik.

Lima menit berikutnya berlalu.

Saya masih duduk di pembatas anak tangga. Sementara si Kriwil baru saja beranjak dari samping saya, setelah selama beberapa detik meletakkan pantatnya di sana. Kembali melakukan hal yang sama, menghentakkan tumit, bergerak ke kanan-kiri, melongokkan kepala, yang tidak disangkal, membuat saya ikutan pusing.

Baru hendak meraih handphone dari saku celana lagi, tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna hijau dengan lampu penanda di bagian atas muncul di balik antrian mobil.

“Tuh, dateng!” seru saya kepada si Kriwil.

Bukannya menghampiri taksi yang dimaksud, ia malahan menghampiri saya, “Bilang apa ya, Mbak?”

Saya nyengir, jelas membuatnya sebal, “Ya bilang makasih. Emang mau bilang apa lagi?”

Lalu merogoh saku yang satu lagi, menyerahkan selembar uang padanya, “Terserah mau kamu tambahin berapa.”

Ia pun segera mengerti maksud saya.

Mengeluarkan lembaran dari saku celananya dan langsung menghambur menuju antrian mobil.

Si Kriwil kembali dengan wajah sumringah. Tertawa senang sambil menggenggam erat handphone yang baru saja diterima dari bapak supir.

Saya mengerti mengapa ini membuatnya sangat gembira.

Kalau sekedar handphone yang tertinggal (atau malah hilang), jelas tidak seberapa. Saya cukup yakin bahwa ia masih memiliki sejumlah uang untuk membeli handphone dengan model yang persis sama dengan yang digunakannya sekarang. Atau kalaupun tabungannya sudah terkuras untuk membeli lensa, tas kamera, atau tripod baru, Ayah dan Ibu pasti lebih tidak keberatan untuk membelikannya.

Masalahnya, handphone bukan sekedar handphone seperti apa yang terlihat.

Berapa ratus nomor yang sudah dikumpulkan dan tersimpan di dalam phonebook-nya. Berapa password, account number, atau informasi penting lain yang tersimpan di dalam sana. Berapa ratus SMS ‘indah’ yang sudah dikirimkan padanya, lengkap dengan tanggal dan jam pengiriman.

Namun itu semua pun tampaknya masih bisa tergantikan.

Nomor-nomor telepon di phonebook masih bisa dikumpulkan kembali, walau mungkin tidak lengkap dan membutuhkan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Password, account number, dan informasi lain pun masih mungkin untuk didapatkan kembali. Termasuk mungkin meminta si pengirim SMS indah untuk mengirimkan kembali kepadanya.

Lalu, bagaimana dengan hari-hari yang sudah terlewati bersama dengan handphone itu?

Sounds cheesy isn’t it?

But I do know very well bahwa handphone terbungkus casing bergambar sapi polkadot itu sudah melalui sekian tahun bersama si Kriwil. Belum terlalu lama, memang. Tapi sudah cukup membuktikan bahwa terjatuh, terbanting, terselip di mana pun, akhirnya tetap kembali ke tangan si empunya.

Pantas saja ia menjadi demikian menyayangi sapi polkadot itu.

“Untuuuuunnggg aja balik lagi, Mbak…”

“Lagian, si bapak juga gak minat kali ngambil hapemu.”

Dan si Kriwil pun menoyor bahu saya dengan sebal.




Happy Birthday, Wil

website page counter

ADA 10 KOMENTAR:

» Anonymous Anonymous:

wah kok bisa ya adiknya kriwil... :D

btw sampaikan SELAMAT ULANG TAHUN buat si kriwil....

June 22, 2007 2:15 AM  
» Anonymous Anonymous:

selamat ulang tahun buat kriwil.
seklasik nokia 3330 saya kah itu hp?

June 22, 2007 3:33 AM  
» Blogger iin:

wah jarang-jarang tuh ketemu cowok kayak gitu.. (sopir taksinya maksutnya) ;p

June 22, 2007 8:10 AM  
» Anonymous Anonymous:

ah, si kriwil rupanya menyukai kenang-kenangan ya, mbak? padahal sapi polkadot itu mestinya harus masuk museum ya?

June 22, 2007 8:41 AM  
» Anonymous Anonymous:

met ultah Wil. Banyak yang ultah Juni ini ya?
Kok, jadi teringat, waktu keluarga sir Mbilung main ke Jogja saya pernah ninggalin gameboy anaknya di taksi :(. Saya sama cerobohnya sama si kriwil

June 22, 2007 1:42 PM  
» Anonymous Anonymous:

Kembali lagi bersama gw...
Si Kriwil !
Makasih ya bwt mas2 sama mbak2 tmnnya mbakyu gw ini.
Saya udh 20 taun lohhhh...Tapi ntah knp tmnnya mama sama papa msh suka nanya, "Maria sekarang kls brp?"...
...Padal kan gw rajin minum susu, kok ya ga gede2 ya badannya...
Apa gara2 penampilan gw yg emg masih menyiratkan penampilan anak di bwh umur?
...
Oh idja, itu hape gw balik. Seneng deh. Jangan2 itu ketinggalannya gara2 disumpahin tmn2 gw.
Tmn2 gw udh pada gatel liat hape gw, dah pada nyuruh ganti.
Gw bilang aja, "Gw ga akan ganti hape sbelum ada yg ngasih hape di dpn muka gw. Gw ogah beli ah..."
...
Sekarang udh bukan sapi lg. Abis bungkus sapinya lecet2 gara2 sering jatoh en cedera. Keypadnya juga berisik.
Kan malu kalo lagi sms tiba2 dosen gw brenti ngajar gara2 suara cetak-cetik dari hape gw.
...
Supir taksinya baiiikkkkk yah.
*Gw si ga tau antara dia emg baik, apa udh ga napsu liat hape gw*
...

June 22, 2007 10:55 PM  
» Anonymous Anonymous:

semuanyah:
tuh... si kriwil udah muncul sendiri :D *ya iya lah... masa harus dibopong?!

japro:
iya ya... kok bisa?! ;D

mbilung:
masih sedikit lebih muda kok, sir ;D

iin:
ooohhh kirain jarang2 ketemu hape kaya gitu... yang bisa balik lagi maksudnya ;-)

ndoro kakung:
iya sih, ndoro... emang gitu dia. sok bilang nunggu mau dikasih aja, padahal mah emang sayang bener sama tuh hape ;D
*piss wil...

pakDok:
jadi pertanyaannya, ada apa ya dengan taksi? *lho...?! ;D

kriwil:
lhaaa... dia curhat di sini!

June 24, 2007 10:36 AM  
» Blogger Anang:

met ulang tahun

June 25, 2007 11:58 PM  
» Anonymous Anonymous:

halo jeeeeeng :D apakabar lama saya ga maen kemari.. waduuuhh.. adeknya lagi hepi belsdeyh yak?

met ultah yaa, jgn ninggalin HP sembarangan lagi :p

btw, saya pindah alamat kemari loh jeng:
http://noniku-momiku.blogspot.com/

July 04, 2007 4:23 AM  
» Blogger mbakDos:

anang:
makasih mbak kris...
*lho?! ;D

tyka:
makasih jeng...
sip!! udah di-update kok...

July 12, 2007 10:36 PM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS