Monday, August 13, 2007
Pekerjaan part-time yang sebenarnya tengah saya lakukan sedang tiba pada masa rehat. Paling tidak sudah hampir satu pekan saya tinggal di rumah saja, sebelum nantinya memasuki pekan mendatang untuk kembali pada aktivitas bekerja itu.
Dan saat paling menyiksa adalah menjelang tengah malam seperti ini.
Mestinya sih yang dilakukan sekarang adalah masuk ke dalam kamar, mematikan lampu, membaringkan diri di atas tempat tidur, menarik selimut, lalu memejamkan mata. Dan tinggal menunggu sampai tiba-tiba Ibu mengetok pintu untuk mengingatkan bahwa hari sudah berganti.
Tapi toh sudah hampir setengah jam saya berdiam diri di kamar, kantuk tidak juga kunjung menghampiri. Yah, secara sudah terbiasa mulai bekerja pada tengah malam seperti ini.
Alhasil, notebook yang sudah ditutup pun saya buka lagi.
Belum tahu hendak melakukan apa sih, tapi paling tidak akan ada yang saya kerjakan sambil menunggu waktu tidur tiba.
Membereskan file di notebook, misalnya.
Kegiatan yang tidak perlu, sebenarnya. Tapi buat saya, melakukan ini sama halnya dengan membereskan isi kamar. Saya seringkali menyebut kegiatan ini sebagai penggalian harta karun. Di akhir acara beres-beres, biasanya akan ada saja hal-hal yang saya temukan. Maklum, secara saya ini slordeg, sering meletakkan sembarang file di sembarang tempat, dan memberikan nama yang tidak semestinya.
Sasaran utamanya jelas folder yang memuat foto. Semua foto yang dihasilkan baik oleh handphone maupun kamera digital biasanya langsung dipindahkan ke folder berjudul Photos. Tidak tahu foto itu dibuat kapan, di mana lokasi pengambilan gambar, sedang ada moment apa, tidak ada informasi mengenai hal itu. Selain melalui gambar yang terekam, tentunya. Semua file tersimpan dengan nama yang sama sejak pengambilan gambar dilakukan menggunakan kamera handphone ataupun kamera digital. Maka mulailah saya buka satu-persatu foto-foto itu. Foto yang diambil dalam sesi-sesi pemotretan. Bersama SI KRIWIL di awal karirnya sebagai (calon) fotografer. Bersama Aa’ Dim dalam rangka ulang tahun saya beberapa tahun lalu. Juga sesi bersama seorang fotografer pre-wedding bernama Renard, yang sudah entah ke mana menghilangnya. (*eh jangan berani-beraninya bikin gosip kalo saya melakukan sesi foto pre-wedding ya!!!) Semua dijadikan satu. Next… foto-foto yang fotografernya berperan sebagai objek sekaligus, aka. foto narsis. Digabungkan ke dalam satu folder juga. Satu folder lagi, sengaja disisakan agar mendapat giliran paling akhir untuk dibereskan. Karena memuat paling banyak foto. Yang gambarnya diambil saat resepsi-resepsi pernikahan yang saya hadiri, saat perayaan ulang tahun teman, dalam berbagai acara keluarga, ketika ditugaskan ke luar kota berkaitan dengan pekerjaan yang tengah dijalani, dan ini… Ya ampun! Ini ‘kan foto saat pembuatan film dulu itu! Aduh… ini ada Susu, Mba’deb, Anton, ya ampuuunnn Inul, astagaa… You’ll be (very!) surprised for finding me on the picture! Rambut sebahu yang digelung erat, berkaos putih, celana selutut, sepatu keds, menyandang tas ransel, warna kulit yang lebih gelap, dan… pipi yang lebih gembung, tentunya. Entahlah… kadang masih tidak percaya bahwa saya bisa begitu rupa kala shooting film itu. Karena film yang dibuat bukanlah film ‘serius’ macam AADC, BBB, atau yang sejenis, maka setiap orang yang terlibat di dalamnya akan menjalani multiperan. Asisten sutradara juga berperan sebagai pengatur cahaya. Yang bertugas sebagai director of photography juga sekaligus menjadi figuran. Sutradara sekaligus sebagai editor. Saya…? Yah, yang jelas nama saya terlalu banyak muncul saat main title di awal film, maupun pada credit title di bagian akhirnya. Menulis skenario, menyiapkan kru, menghubungi pihak-pihak yang bersedia memberikan tempat untuk lokasi pengambilan gambar, melakukan casting pemeran, memonitor jalannya shooting, sampai melakukan editing selama berjam-jam di dalam studio, jelas mengharuskan saya bergerak ke sana-kemari. Apalagi, saat itu si hitam masih menjadi pendamping Ayah. Tapi dasar Agatha… stimulasi semacam itu justru yang membuatnya sangat-sangat-sangat menyukai apa yang dikerjakan. Nagih, itu lebih tepat. Saat-saat di mana saya deg-degan luar biasa karena belum tibanya konsumsi bagi kru dan para pemain, atau karena harus segera menuntaskan proses pengambilan gambar sebelum lokasi akan digunakan untuk acara lain, atau juga karena ruangan kedap suara yang kami gunakan ternyata membuat suara yang terekam tidak sesuai yang diharapkan. Siang hari di tengah proses rehearsal para pemain, saya tiba-tiba menculik Inul untuk membeli es buah di pinggir jalan dan terkikik-kikik akibat membaca harian Lampu Merah milik si abang penjual. Duduk bersandar di sofa di dalam studio editing dan tanpa sadar beberapa saat kemudian ternyata kepala dan separuh badan saya sudah miring ke samping. Proses dua hari itu pun diakhiri dengan tidur panjang selama 12 jam. Geez… I miss that moment. A lot! Bukan pada proses pengambilan gambarnya. Bukan pada teman-teman kru dan para pemainnya. Bukan pada film yang sudah dihasilkan. Bukan pula pada sebel-gemes-girang atas semuanya. Saya merindukan masa-masa itu. Kalaupun diberi kesempatan untuk membuat sebuah film yang sama, dengan melibatkan teman-teman yang sama, di lokasi yang sama, semuanya tetap akan berbeda. Rasanya pasti sudah tidak akan sama lagi seperti yang saya rasakan kala itu. Yeah… that’s the reason why I used to keep the picture like this one. Ketika menyadari bahwa waktu tidak lagi bisa diputar kembali ke belakang untuk mengulangi apa yang pernah terjadi, masih ada sesuatu yang menyadarkan bahwa saya memiliki semua kenangan itu.
ADA 13 KOMENTAR:
ini film yg ada 'bob marley' nya ya mbak? yg katanya ada adegan ranjang itu bukan? wah mau dong ikutan kalo mau balik lagi ke masa itu. hahaha
rajin rupanya ngumpulin kenangan. ada ga yang lebih personal? :)
hayooo.... tebak mbakDOS yang mana coba?
Berhadiah, berhadiah....
Jika perempuan akan dijadikan saudara.
Jika laki-laki akan dijadikan ...... saudara laki-laki (tentunya)
btw NYEMPLUK TENAN PIPINE
pertanyaan tambahan:
apa yang tetap (besar) dari dulu sampai sekarang..... :D
Ketika menyadari bahwa waktu tidak lagi bisa diputar kembali ke belakang untuk mengulangi apa yang pernah terjadi, masih ada sesuatu yang menyadarkan bahwa saya memiliki semua kenangan itu.
*wah mbak, kata2 terakhir ini dalem lho..(sumpah, serius) aku sampe menitikkan air mata (halah! yg ini boong)hehehe
mbakdos? yang tunjuk tangan kalau dipanggil tuge bukan?
whoa! MOOKS TOKYO CITY 06! Di belakangnya tulisannya apa mbak?
iin:
sayangnya bukan. kenapa mau ikutan? pengen liyat adegan ranjangnya? ;D
kw:
apanya? potonya?
waahh kalo yang lebih personal jelas tidak untuk dipampang di sini doonnggg ;D
japro:
haduuhhh... sukanya membuka rahasia deh! rahasia umum, maksudnya :P
iin lagi:
kenapa in? berasa tertohok ya?! ;-)
pakDok:
berhubung yang manggil bukan guru, jadi gak pernah pake tunjuk tangan ;D
anima:
hahahaha siyal! baru inget tulisan di belakangnya!!! kenapa terpampang demikiyan ya?!
iya niiihhh belakangnya bertuliskan NOW OPEN!!! puaassss???
untuk sampe jadi seperti sekarang berevolusinya berapa lama tuh?:D..
memed:
mmm... belum lama kok sebelum kita berjumpa ;-)
Lha, bukannya itu kaos yg skarang
berdomisili di lemari pakaianku yah?
ehehehe...
Wuaahh mbak akhirnya aku liat juga tampilan mbak agatha jaman dulu hehehe
Pantes aku brasa gak pernah ketemu lha wong beda gitu tampilannya dulu dan sekarang hihihi
Iya nih mbak aku juga suka kangen (bukan kangen band loh) sama peristiwa lalu haaalaaahhh xp
si kriwil:
yak, betul skali! jadi hati2 akan menjadi seperti saya (dulu) jika mengenakannya! ;D
nining:
peristiwa lalu memang hanya untuk dikenang, bukankah?! ;-)
maknyussss tenannnn..... akhirnya gue paham juga siapa si kriwil itu... :D