Sunday, February 25, 2007
Apa kabarnya ya dia?
Sudah lama sekali.
Sejak terakhir kali menemukan namanya terpampang di layar handphone, lalu juga di antara deretan inbox e-mail saya. Dan lebih lama lagi sejak bertemu untuk yang terakhir kalinya.
Sedang sangat sibuk mengejar deadline yang sudah memburunya sejak beberapa bulan sebelumnya, begitulah kira-kira kabar terakhir yang diterima darinya. Pekerjaan yang membuatnya tidak tidur selama berhari-hari, membuatnya harus merelakan keinginannya untuk duduk di depan komputer dan bersenang-senang di sana, bahkan membuatnya harus melupakan sejenak orang-orang yang tidak ditemuinya kala bekerja.
Sayalah salah satunya.
Dan saya hanya bisa tersenyum maklum.
Saya tahu betul seperti apa rasanya bak dikejar hantu seperti itu.
Jadi ya mungkin memang sayalah yang mestinya terlebih dahulu mengangkat handphone untuk menghubunginya. Toh saya juga yang tiba-tiba merasa kangen dan begitu ingin mengetahui kabarnya. Gara-gara berulang kali mendengar suaranya dari audio speaker si hitam, maupun hi-fi di dalam kamar. Belum lagi melihat wajahnya yang selama beberapa hari belakangan mondar-mandir saja di layar televisi. Yang secara tidak langsung memberitahukan bahwa deadline yang dimaksudkannya baru saja terlewati. Sebelum kemudian ia akan memasuki babak baru kesibukannya. Dan membuat pertimbangan untuk menghubunginya menjadi semakin sulit. Langsung menekan nomor handphone dan menunggu jawaban dari ujung sana, jelas tidak mungkin. Istilah sibuk baginya sama dengan sangat sulit untuk diganggu, dalam arti yang sebenar-benarnya. Terlibat dalam kegiatan ini dan itu, bertemu dengan si ini dan si itu, ke tempat yang satu lalu berpindah ke tempat lain, sampai ia sendiri tidak bisa menentukan kapan persisnya waktu untuk beristirahat. Hal ini pulalah yang mungkin menyebabkannya tidak pernah bisa memberitahukan pada saya kapan pastinya ia bisa dihubungi. Jika mengirimkan SMS pun rasanya akan bernasib sama. Selain karena ia lebih suka berkomunikasi secara verbal dan bukan melalui tulisan, kesibukannya yang teramat sangat akan menyebabkan ketidak-jelasan nasib SMS yang saya kirimkan. Pesan saya mungkin diterimanya, namun ketika hendak membalas pesan tersebut, kegiatan lain sudah menunggu untuk dikerjakan. Penundaan untuk membalas ini akan sangat mudah diartikan sebagai terlupakannya pesan itu di antara aktivitasnya yang seolah tidak pernah berhenti. Mengirimkan e-mail? Sudahlah… Untuk yang satu itu, lupakan saja. Tapi paling tidak, mengirimkan SMS memang yang paling mungkin dilakukan untuk menghubunginya. Saya bisa memastikan bahwa pesan akan diterima dengan baik olehnya. Masalah nanti akan dibalas atau tidak, itu urusan lain. Mmm… memang ada tanda tanya di sana sih, tapi bukan berupa kalimat yang membutuhkan jawaban, ‘kan?! Jadi tidak akan membuatnya merasa bertanggung jawab untuk membalas, dan lebih penting lagi, saya pun tidak perlu menunggunya sampai… Tunggu… tunggu… Kenapa fotonya terpampang di sana? Tidak mungkin ‘kan layar putih berukuran raksasa itu memajangnya tanpa maksud?! Diletakkan di bagian atrium yang tentunya akan terlihat oleh setiap orang yang lalu-lalang pula. Okay… don’t tell me. Is it what you call as coinsidence or what?! Nah, benar ‘kan?! Baiklah… Jam delapan masih termasuk dalam jangkauan jam malam untuk menempuh perjalanan pulang. Jadi tidak ada salahnya saya menunggu saja. Lagipula, kalau tidak begini caranya, mungkin mungkin saya tidak akan pernah mendapat kabar lagi darinya. Mungkin harus menunggu lebih lama lagi untuk bisa bertemu dengannya. Dan lebih lama lagi menunggu SMS saya terbalas. Sekalipun karena menemukan fotonya yang berukuran sangat besar terpajang di sana itu tampak agak… janggal. Secangkir kopi dan notebook pun rasanya tidak akan merasa berkeberatan untuk menemani saat menunggu ini. Bisa browsing ke sana kemari, mengobrol dan mengganggu teman-teman melalui instant messenger, atau memainkan Fowlwords dan Cannon Blast. Kalau rasa bosan mulai ikut serta, cukup menutup kembali notebook lalu menyeruput kopi dan melihat saja orang yang mondar-mandir di luar sana. Yang… memang terlihat mulai ramai. Gadis-gadis ABG dengan dandanan semarak, yang laki-laki pun tak mau kalah, semuanya berdiri di sana membentuk gerombolan-gerombolan kecil. Sebenarnya lebih tepat disebut sebagai kumpulan remaja yang sedang berdesakan di sisi panggung menunggu munculnya si penampil. Kelihatannya sedang menunggu orang yang sama dengan saya. Bedanya, saya agak malu jika harus ikut berdiri di sisi panggung seperti itu. Maklumlah, secara usia saya sudah sedikit agak bergeser untuk disebut sebagai abegeh. Kalau begitu dalam waktu beberapa saat lagi, jeritan histeris akan mulai memenuhi ruangan, dan kilat blitz beserta suara jeprat-jepret pasti akan sangat mudah mengalihkan perhatian saya dari notebook hitam ini. Dan di saat itu pula saya akan tahu bahwa orang yang sedang ditunggu sudah muncul. Nah, itu dia! Tiba-tiba saja sudah berdiri di tengah panggung, tanpa saya tahu dari mana datangnya. Diiringi sorakan yang semakin membahana. Lalu saat intro sebuah lagu mulai dimainkan, disusul dengan lantunan indah suaranya, saya belum bisa berhenti mempertanyakan mengapa gadis-gadis itu tidak juga berhenti berteriak. Gilak! Saya tidak pernah habis pikir bahwa teman saya itulah yang tengah dielu-elukan dan dipuja-puja. Orang yang sering mengganggu waktu tidur saya hanya demi mendengarnya berkeluh kesah. Orang yang tiba-tiba menelpon, bermaksud menjemput saya, dan mengajak pergi ke Bandung saat itu juga. Orang yang malas memikirkan apa yang harus dikerjakannya keesokan hari. Dulu. Then, look at him now! Masih dengan wujud yang sama, namun dengan kemampuan vokal yang lebih baik dari sebelumnya, dan jauh lebih baik lagi dari pria lain yang saya kenal. Wajah yang juga masih tidak ada istimewanya, walaupun penampilannya memang cihui sekali untuk dipandang. Ditambah lagu-lagu cinta nan romantis yang dibawakannya, he’s completely irresistable! Jadi rasanya memang tidak mungkin lagi buat saya untuk bisa jalan-jalan dan menonton live music dengannya tanpa dirubung oleh khalayak remaja. Tidak mudah juga untuk bisa makan berdua dengan tenang tanpa ada segerombolan ABG yang tiba-tiba muncul untuk meminta tanda tangan dan mengajaknya berfoto bersama. Dan tentunya menjadi sangat sulit untuk bisa berbincang-bincang dengannya tanpa terganggu oleh suara dering dari handphone-nya. Yah… what can I do? Memang sudah tidak akan ada lagi acara berhedon-hedon nan impulsif yang tenang tanpa terganggu. Sekalipun sedang sangat merindukan saat-saat bersama sahabat saya yang satu itu.“Just thinking about you suddenly and want to hear from you so bad. It’s been so long, isn’t it?! ;-)”
Sent.
ADA 14 KOMENTAR:
horee pertamaa..itu bukan saya ya mbakDos?
iya, saya lagi sibuk banget :(
mungkin memang harus pake kalung yang lain dulu kali mbak....
nggak akan kemana-mana kok si ungu, paling ntar nongol lagi... :)
YA AMPLOP. Sapa tuuh jeeng?! Uncover the identity, doongs! :P
tito:
memangnya pakDok gak ngerasa tho?! ;D
sir mbilung:
kirim SMS dong sir... biyar sayanya gak bingung juga...
japro:
lha iya, ini memang sedang mengenakan kalung yang lain kok ;-)
droo:
waaahhh adikku tersayang sudah kembali dari pertapaan di gunung sana!!! bukannya udah dapet wangsit hasil dari bertapa tentang sapa itu ya?! ;D
hihi, seru banget yah ceritanya.
jadi udah gak pernah akan bisa ketemuan lagi seperti dulu ya mbak? haduh menyedihkannya...
laen kali pas nonton, timpuk aja dia pake sendal jepit. kan verbal dan tulisan udah gak mempan tuh! sendal jepit I think will do... :)
ta..my cognition works twice as hard to figure out siapakah sosok yang dirimu maksud di tulisan ini nih.. sepertinya harus dibaca berulang2 sambil dgn sok taunya menebak sana sini..hehe. hmmm.. ayo ta! reveal his identity! penasaaaraaannn.....!!!!!!atau kalau boleh, berkenalan dong dengan sang selebriti.... ;-) (*kalau boleh loohh taaaa)
tuh kannn bener.. temen2 nya mbak agatha ganteng2 rupawan nan menawan semua deyhhh..
sapa nih mbak? Nicholas Saputra, atau pria gimbal bersuara Nugie??
*taelah, secara aku taunya (dan sukanya) itu doang*
salamkedip
rama:
jangan ah, kasiyan dia kalo pake sendal jepit. udah ditimpuk, tapi gak berasa pula. bakiak? ;D
ocen marocen:
oh oh oh sapa sapa ya cyeeenn??? ;D
iin:
pria (yang dulunya) gimbal, bersuara nugie, berpenampilan rio febrian maksud lo? ;D
naahh..naahh..muncul lagi niy cerita tentang`nya`..........
tha, tapa tih??
masa iya mesti tau dari infotainment pas aku pulang nanti?? (yah klo gak dari infotainment paling udah kduluan tau dari ocen, hehe..piss cen!!)
duh duuhh...si mba agatha niiy!
cari ah...layar putih berukuran raksasa yang ada di atrium yang majang muka cowo...pasti itu orangnya...
hihihihihihihi...
tadi gue kirain rio febrian...haehuaeheuhaeu...kurang nyimak mbacanya...hihihihihi...
susu:
heh heh kaliyan berdua!! jangan mbikin acara infotainment sendiri!
timo:
hahaha not that obvious dong mo ;D
waduhhhhhhhh..........kenapa setiap blog punya cewek yang saya kunjungi selalu puitis and romantis" jadi merasa seperti seorang don juan neh"
toto:
jadi sebenernya situh don juan atau don toto? ;-)
*anyway, thanks for visiting me here...