Leo Bukan Seorang Singa

Wednesday, December 13, 2006

Saya hanya tersenyum saat melihat ROMEO + JULIET masuk ke dalam daftar The Most Romantic Movies Ever versi salah satu stasiun televisi internasional.

Buat saya, tidak ada yang demikian istimewa dari film itu sampai pantas dianggap sebagai salah satu film paling romantis. Alur cerita sudah bisa ditebak, karena jelas tidak jauh berbeda dari karya Shakespeare yang berjudul sama. Adegan-adegan khas Hollywood pun belum berhasil menggugah perasaan. Malah cenderung membosankan.

Yah... sekarang sih saya bisa bilang begitu.

Kalau dulu...?

Jangan tertawa, jangan berkomentar, atau bahkan tersenyum sedikit pun. Saya memang sempat menggilai film yang satu itu.

Secara tokoh Romeo diperankan oleh Leonardo DiCaprio.

Mungkin memang bukan karena kisah percintaan yang (kelihatannya) romantis, bukan karena lagu soundtrack milik Des’ree yang demikian menyayat hati, juga bukan karena adegan yang disajikan dengan indah. Bukan karena film itu sendiri.

Tapi karena seorang Leo DiCaprio.

Kalau dipikir-pikir, I don’t know what the hell was I thinking about at that time, sampai saya bisa demikian tergila-gila padanya.

Saya rela menabung uang jajan demi membeli majalah-majalah remaja lokal maupun import yang menampilkan Leo pada cover-nya. Yang menyajikan artikel tentangnya. Atau biografi dan wawancara singkat. Yang memberikan bonus poster atau sekedar pin-ups (poster kecil berukuran A4).

Saya juga memiliki binder khusus yang di dalamnya hanya berisi pin-ups Leo yang saya ambil dari berbagai majalah. Bahkan ada pin-ups yang sebenarnya sama, menampilkan Leo dalam pose yang benar-benar persis satu dengan lainnya, hanya saja dari sumber majalah yang berbeda.

Bagian dalam lemari pakaian saya, sudah penuh dengan gambar-gambar pria idola saya itu. Dari yang seukuran pasfoto tiga-kali-empat, sampai yang sebesar kertas A4, semuanya saya tempelkan di sana. Sampai tidak ada lagi warna putih pintu lemari yang terlihat.

Saya tahu persis film apa saja yang pernah diperankannya. Saya juga tahu bahwa ia sempat menjadi bintang tamu dalam serial televisi Growing Pains. Saya tahu di mana tempat tinggalnya, alamat rumahnya, sekolahnya, makanan kesukaannya, sampai benda apa yang ditakutinya. Hanya satu hal yang kurang.

Saya belum pernah bertemu dengannya.

Buat saya, seseorang bernama Leonardo DiCaprio itu benar-benar gambaran pria yang sempurna. Tatapan mata yang tajam, kulit putih, bentuk tubuh atletis dan proporsional, wajah tampan, he looks really cool! Tidak ada satu pun hal yang membuatnya tidak layak untuk dikagumi.

Lalu tiba-tiba saja semuanya runtuh saat saya mendapati kabar bahwa Leo memutuskan hubungannya dengan sang kekasih. Wanita yang sudah menjalin cinta selama beberapa tahun dengannya. Dan sejak kejadian itu, ia kemudian sering sekali dikabarkan bergonta-ganti pasangan.

So, he’s a player?!

Hati saya hancur berkeping-keping.

Leo telah membuat saya benar-benar patah hati. Membuat saya kecewa setengah mati.

Mengapa ia dengan gampangnya berpindah dari satu wanita ke wanita lain?

Mengapa ia ternyata tidak bisa setia dengan satu kekasih?

Mengapa ia tega melakukan semua ini?

Yang benar-benar membuat sakit hati, Leo ternyata tidak ada bedanya dengan orang lain.

Ia bisa dengan mudah menunjuk wanita yang diinginkan untuk diajak bersenang-senang setelah kandasnya hubungan dengan sang kekasih. Ia bisa merangkul, menggandeng, memeluk wanita manapun tanpa harus menjadi kekasih mereka.

Benar-benar tidak ada bedanya dengan pria yang mendadak oleng setelah patah hati.

Yaahh... dia pria juga ‘kan ya?!

Dan kalau tidak ada bedanya, bukankah seharusnya memang demikian?!

Bukankah menjadi wajar kalau Leo kemudian mencoba mengalihkan kesedihannya dengan bersenang-senang?! Mungkin kebetulan saja cara yang dipilihnya adalah dengan menghabiskan waktu bersama wanita-wanita itu. Atau dengan mengkonsumsi rokok dan minuman beralkohol sampai mabuk.

Jadi, kenapa saya harus kecewa?

Apa yang dilakukannya toh dilakukan juga oleh banyak pria lain yang saya kenal. Dan saat teman-teman pria saya melakukan hal yang sama, tidak membuat saya sampai patah hati.

Apa karena ia adalah seorang Leonardo DiCaprio, maka ia tidak boleh melakukan hal yang sama?

Apa karena ia adalah orang yang tersohor dan saya kagumi, maka ia tidak boleh memiliki cela sedikit pun?

Maka ia tidak boleh menampilkan acting yang mengecewakan dalam setiap filmnya?

Padahal saya tahu dan sangat sadar bahwa sebenarnya baru THE AVIATOR-lah yang benar-benar layak untuk dikategorikan bagus untuk film yang diperankannya.

Saya juga tahu bahwa sebenarnya prestasi Leo dalam hal acting tidak segemerlap aktor-aktor lain. Pemberitaan tentangnya di media massa lebih banyak menyoroti kehidupan percintaannya dari satu wanita ke wanita lain, dan bukan tentang karirnya.

Saya juga merasa bahwa penampilannya dengan menggunakan bando di kepala benar-benar buruk, culun, jauh dari kesan cool.

Yah... pada akhirnya saya tahu bahwa Leo ya hanya seorang Leo.

Leo yang bisa menjadi seorang berandalan dan tidak tahu aturan. Yang bisa demikian urakan dan tidak pedulian. Yang bisa berlaku kasar pada paparazzi yang mengejarnya. Yang bisa sedih, bisa marah, bisa menjadi sangat menyebalkan.

Benar-benar tidak ada bedanya dengan orang-orang lain yang saya kenal.

Jadi mestinya yaaa saya memperlakukannya seperti orang-orang lain. Harusnya saya menganggapnya sama seperti orang lain juga, ‘kan?!

website page counter

ADA 10 KOMENTAR:

» Blogger iin:

hmmm aku dulu juga suka leonardo diCaprio.. gara2 nonton Titanic..
meski sekarang menggemuk (dan tidak suka lagi)..*dan beralih ke bintang pelem lain, yg tadinya mau ke Jakarta, tapi batal itu.. hehehe capede*

dan baca blog yg ini jadi membuatku berharap kembali untuk menemukan my own JACK DAWSON..
sampe sekarang.. =)

December 13, 2006 7:51 AM  
» Anonymous Anonymous:

hmm...bagaimana dengan Catch Me If You Can ?

Sebelum aku kecelakaan, wajah kami mirip lho..:p

December 13, 2006 7:56 AM  
» Blogger konnyaku:

catch me if you can dan the departed
leo killed me in those movies.

December 13, 2006 12:10 PM  
» Blogger L. Pralangga:

He was already a successful, cheeky, sweet-faced TV actor when Leonardo DiCaprio saw the first two film performances that really turned his head. One was James Dean’s in East of Eden. The other, in Taxi Driver, was by Robert De Niro (whom the teenage DiCaprio had just been cast opposite in This Boy’s Life).
------------------
Soal being a player - hm.. sepertinya most Hollywood studs must have gone through the ups & downs of a relationships.., but Leo is still Leo, and you are right!

Keep walking, I am sure you;d find your own Leo that just fits to your heart. :) - Nice entry indeed!

December 13, 2006 10:18 PM  
» Anonymous Anonymous:

lah sampean kok seperti ibu-ibu yang menangis karena aa gym menikah lagi ya? jadi judulnya "tertipu" gitu ... :D

December 14, 2006 12:29 AM  
» Blogger iin:

oya tambahan lagi mbak,
ada persamaan antara leonardo dicaprio dengan si gimbalito.
salah satunya adalah : bobot tubuhnya yang membuat bagian perut semakin melebar,
salah duanya : tapi wajahnya masih tetep imut2 dan menunjukkan sisa2 ketampanan di masa mudanya.. hehe

salam ya buat gimbalito. he should read my comment.. wakakaka

December 14, 2006 6:53 AM  
» Anonymous Anonymous:

leo.. leo.. *mencoba mengingat2..*
yang mana yah..
yg paranormal ituh bukan??.. :))
*gubrak*..

December 15, 2006 10:22 AM  
» Anonymous Anonymous:

wooo ngomongi leo yang temen saya sesama seleb itu to? dia memang suka begitu, ndak apik bocah nya.

December 18, 2006 4:57 PM  
» Anonymous Anonymous:

cieeeeeeeeeeeeeeeh... hehehhe...

December 21, 2006 7:29 PM  
» Anonymous Anonymous:

What's Eating Gilbert Grape dulu kayaknya keren banget...actingnya Leo keren banget. Tapiiii...itu dulu sih, ga tau deh klo nonton sekarang. Hehe...anyway, saya juga salah satu penggemarnya loh....dulu.

December 21, 2006 10:29 PM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS