Sunday, May 14, 2006
Maaf... kalau untuk yang satu ini, seringkali saya memang kehilangan kendali. Karena itulah, saya tadi mengajakmu ke sana. Biar ada teman yang masih akan mengingatkan saya kalau saya sudah mulai ‘macam-macam’. Yah... walaupun ternyata kamu tetap tidak bisa menemani saya sih...
Memasuki ruang pameran, tiba-tiba saja saya merasakan mata saya berbinar-binar. Seperti seorang anak kecil yang memasuki ruangan penuh mainan, di mana dia boleh mengambil mainan apapun yang ia mau. The problem is... saya bukan anak kecil itu, dan tentunya kalau saya mau mengambil asesoris apapun yang saya mau, saya pun tetap harus membayarnya.
Saya masih punya waktu cukup lama sebelum pameran berakhir. Dua jam, cukuplah. Dan karena saya datang di saat menjelang berakhirnya pameran, saya pun mungkin bisa memperoleh potongan harga yang lumayan besar [seperti di pameran-pameran lain yang pernah saya kunjungi]. Apalagi hari itu memang hari terakhir.
Dengan tekun dan teliti [aka. Kunti] saya menyusuri gang satu-persatu. Di setiap counter saya menyempatkan diri untuk berhenti dan melihat-lihat asesoris yang dijual, atau paling tidak, sedikit melirik lah. Inilah bagian yang paling saya sukai. Browsing, cuci mata, window shopping! Saya sangat menikmati saat di mana saya mencermati satu-persatu asesoris yang tampak menarik buat saya. Warnanya matching atau tidak, modelnya bagus atau tidak, akan pantas jika dipadankan dengan pakaian seperti apa, dan seterusnya-dan seterusnya. Alhasil, tidak mengherankan jika dalam waktu dua jam berkeliling, saya hanya membeli sebuah gelang etnik besar berwarna emas dengan batu-batu putih kecil, yang memang India banget; dan sebuah kalung coklat dengan tali polos dan empat buah bola yang menjadi bandulnya. Dan saya hanya menghabiskan selembar uang untuk membeli keduanya, masih ada kembaliannya pula. Lumayan puas. Sampai di rumah, saya meletakkan gelang baru itu di tempat gelang, bersama gelang-gelang lain. Sementara kalungnya, saya tempatkan di sebuah kotak plastik bersama kalung-kalung lain, yang berukuran panjang. Sementara tempat penyimpanan kedua adalah sebuah kotak plastik yang agak besar, yang sebenarnya adalah kotak untuk menyimpan CD. Kotak ini berisi kalung-kalung yang lebih panjang dan ukurannya lebih besar. Saya menyimpannya di dalam laci, di bawah meja rias. Yang hijau, dengan batu-batunya yang besar. Sangat pas ketika saya mengenakannya dengan polo shirt warna shocking pink dan celana hijau khaki. Dan lalu seorang teman protes saat saya mengenakan kostum ini karena membuat semua orang menoleh [kagum! Hehehe]. Merah tua, dengan batu besar dan kecil, dan bandul-bandul kayu dengan warna senada. Semua tersusun secara acak dalam pita yang menjadi pengikatnya. Kalau yang ini cocok dipadankan dengan kaos peach berleher sabrina. Jatuhnya pas banget! Manik-manik dengan nuansa warna coklat dan merah tua. Kalung ini sangat panjang. Untuk mengenakannya, saya pun harus melilitkannya dua kali, sehingga tersusun seperti kalung panjang dan pendek yang dikenakan bersamaan. Saya baru saja mengenakannya saat wawancara di sebuah kantor di Jakarta Barat itu beberapa hari yang lalu, bersama dengan kemeja coklat. Seperti biasa, pujian pun datang kepada saya. Yang coklat dengan bandul kayu yang besar; Mutiara hitam bersusun tiga, yang di susunan terakhir, mutiaranya dibungkus dengan kain brokat hitam; Rantai tembaga panjang, dengan dua bandul bulu berwarna merah dan dua susun mutiara berwarna tembaga dan kecoklatan... Lho... ke mana kalung yang ungu? Kok tidak ada? Kalung ungu itu, lho... Kalung panjang dengan manik-manik ungu, diselingi manik-manik yang lebih besar dengan warna senada; yang kata Putra pas banget kalau dipadankan dengan kaos The Beatles. Kok tidak ada ya?? Ini yang hitam satu lagi, batu hijau yang lain, hijau bersusun yang lain lagi, coklat... ke mana yang ungu ya? Masa iya tidak ada? Saya coba kembali meneliti satu-persatu. Saya keluarkan seisi kotak, memisahkan kalung yang satu dengan yang lain. Tidak ada. Mmm... mungkin di keranjang oval. Saya ambil keranjang oval kecil di atas meja rias, lalu menumpahkan semua isinya. Mungkin saja saya meletakkannya di sana. Yah... sekalipun menggunakan dua tempat penyimpanan kalung, yang namanya seorang Shrivas, pasti seringkali malas membuka laci-membuka kotak dan meletakkan kalung kembali ke dalam tempatnya. Karena keranjang kecil lebih mudah dijangkau, sangat mungkin jika saya meletakkan kalung-kalung panjang di sana. Kalung bertali dua, kalung manik-manik hijau-merah, mutiara plastik putih dan coklat, manik-manik bersusun warna peach... ke mana yang ungu? Tidak ada juga di situ. Ke mana ya? Di laci bawah meja rias? Tidak ada. Rak susun di mana saya meletakkan hi-fi dan sejumlah pajangan Ultraman dan Doraemon? Tidak ada juga. Saya mencari di penjuru kamar, tetap tidak ada. Kamar adik saya? Tidak ada! Duuuhhh di mana ya??? Iya sih... saya masih punya segitu banyaknya kalung. Dan bahkan kamu mungkin tidak akan menemukan saya mengenakan kalung yang sama dengan yang saya kenakan hari ini. Tapi nggak gitu juga 'kan?! Karena saya punya banyak kalung, terus kalau hilang satu, it will be okay? Ya enggak, lah! Karena saya baru saja beli kalung baru, maka tidak masalah jika kalung yang lama hilang? Ya jelas masalah! Memang, saya tidak segitu seringnya mengenakan kalung ungu itu. Seperti yang tadi saya bilang, secara saya ingin mengenakan semua kalung saya, maka untuk mendapatkan ‘giliran dipakai’ kembali pun akan memakan waktu yang lama. Haduuhhh... tapi ya nggak begini kan?! Tetep aja saya nggak rela kalau kalung itu hilang. Anyway, kalau nanti kamu melihatnya, tolong beritahu saya ya... FYI, saya memiliki dua tempat penyimpanan kalung [saking banyaknya koleksi kalung saya mungkin]. Tempat penyimpanan pertama adalah sebuah keranjang anyaman kecil sebesar kotak tissue, namun berbentuk oval. Di sini saya meletakkan kalung-kalung yang ukurannya lebih pendek, atau bisa dibilang, ketika dikenakan relatif pas ukurannya dengan leher saya. Keranjang ini saya letakkan di meja rias.
Di tempat penyimpanan kedua inilah saya meletakkan kalung saya yang baru. Saya kemudian melihat-lihat lagi koleksi kalung saya yang lama. Hanya melihat-lihat saja."Yah... udah lah, Mbak. Cuma satu ini, kan?! Wong kamu juga masih punya banyak tuh, liat?!"
ADA 21 KOMENTAR:
Mbak agatha,
terkadang kita baru bisa merasakan makna 'sesuatu' yang kita miliki justru saat kita kehilangan....
kita seringkali take for granted bahwa sesuatu yang kita miliki akan selalu ada di tempatnya saat dibutuhkan, dan berpikir bahwa kalau toh tidak ada bisa digantikan dengan yang baru...
moga-moga kalungnya bisa ditemukan kembali :-)
btw....
cerita ini bukan sekedar mengenai 'kalung' kan....? :-)
oh iya, next time kalo mo beli kalung coba disesuaikan dengan kebutuhan. Jangan cuman dijadikan koleksi doang.....
...you look beautiful when you wearing your necklace ;-)
t-one:
so, you think this story isn't just about the necklace, don't you? and i do either... ;-)
waduw... keliyatannya saya punya secret admirer nih... kok sudah tau nama alias saya?! sudah tau pula kalok saya tampak cantik saat memakai kalung?! have we ever met before? kalok sudah pun, pastinya saat itu saya tampak demikiyan menawannya yah?! ;D
*lagi kpingin sok tau nih saya..
maybe that purple thing is searching & looking for you too ag.. dan mungkin lain kali di simpan di *tempat* yg lebih aman, jadi kalau toh nanti dapat yg baru, you won't lose it again for the second time :)
wasauskiii:
i never use the term losing anyway, just moving somewhere or... hiding perhaps ;-)
nah... kalok yang ini sayah beneran tau nih [bukan sekedar sotoy]. si wasauskiii ini beneran kenal sama sayah! ;D
glad to have you back, wasauskiii...
dukiduk:
"kalok sudah pun, pastinya saat itu saya tampak demikiyan menawannya yah?! ;D"
yakin? hehehehe...
walau hanya satu dari sekian banyak... tetap ada memorinya tersendiri...
andaikan kita amnesia untuk satu tahun di usia kita, apa bisa kita berkata "ah sudahlah, cuma satu tahun ini"?
i dont think so...
mbak agatha,
mungkin wasauskiii bener...
mungkin si ungu justru sedang mencari-cari 'leher' untuk digantungi.....
sementara mbak mencari si ungu untuk digenggam dan dipandangi... :-)
pantesan kok gak ketemu-ketemu?
orang jawa bilangnya TLISIPAN....
huahahaha...
dukiduk... pegimane tu? :)
siapakah menurutmu yang tepat untuk si ungu?
ancilla:
definitely, bek! gak cuma si ungu, tapi setiap kalung memang punya artinya masing-masing.
jadi yaaa... kalo ditanya siapa yang paling tepat untuk si ungu, jawabannya: mungkin untuk sementara bukan saya kali, ya?! secara beliau memang tidak ada di 'tempatnya' semula. kalo toh dia memang punya saya, pasti akan ketemu lagi kok... ;-)
t-one:
justru itu yang hendak diusahakan. kalo nanti udah ketemu si ungu, saya mesti konfirmasi sama dia kali ya, maunya dia pegimana. mau tetep mencari 'leher' atau bersedia digenggam dan dipandangi ;-)
dukiduk...
kalaupun sudah kembali ke dirimu.... apakah dirimu masi mengingini si ungu? atau sudah ada si merah, hijau, atau bahkan si pelangi nan menawan? :)
lalu.. kalau "sekedar" digenggam dan dipandangi... apa tidak bosan? itu kan jadi secret admirer belaka... hehehe....
but it's true... if that purple necklace is yours, then it would be yours. no matter what...
bergembiralah wahai si ungu :P huhuuu
ancilla:
masih menginginkan kalung ungu itu? jelas! kalok enggak, buat apa sayah ribedh2 nyarinya? as i said before, memang ada yang lain sih: mau yang merah, hijau, atau pelangi... tapi tetep aja si ungu itu yang saya cari kan?!
lagipula, sangat mungkin pada akhirnya si ungu ini tidak hanya digenggam dan dipandangi. kan tergantung kesepakatan antara saya dengannya ;-)
wasauskiii:
oh yeah... oh yeah... oh yeah...
*ceritanya pantatnya sambil berlenggak-lenggok ke kanan-kiri, dan jari telunjuk teracung ke atas ke bawah ala mr. travolta ;D
ta..ta... siapa sihhh 'si ungu' itu? eh eh... apa atau SIAPA sih yang benar???? ;)
ochen & sisi:
lho, kok SIAPA? wong lagi ngomongin kalung bukankah? ;-)
Halaaah anak ini...
nanti kalo udah ketemu, berani gak sampeyan duluan yang mengkonfirmasikan ke si ungu apa yang diingini dari dirinyah
hobi kok TLISIPAN :-) :-D :-p
agatha banget....
huahahahaha...
tlisipan....
huahahahaha...
hope you'll find the purple... tapi gimana kalau si ungu uda berubah menjadi kusam, bocel disini atau disana....
how about that?
japro:
nah kan... ikut-ikutan komen deh!
salah satu alasan saya mencarinya ya memang dengan tujuan mengkonfirmasikan apa yang diinginkan darinya.
karena kalok ternyata si ungu inginnya digantung terus di leher, sementara buat saya dia justru lebih bermakna ketika saya tahu bahwa dia tetap ada di kotak plastik sambil sesekali digenggam dan dipandangi, jadinya tlisipan bukankah?!
lagiyan, bukan hobi mas... memang nature-nya begitu kali... ;D
ancilla:
si ungu mau berubah jadi bocel, kusam, rusak, dia toh tetap si ungu yang saya cari, bek.
asal gak berubah warna aja kan?! ;-)
jangan-jangan si ungu sejenis mimikri...
bisa berubah-rubah warna, kadang hijau, lain kali merah, kadang-kadang ungu.... sesuai dengan kondisi lingkungan (or i'd rather say 'sesuai dengan mood/hati..)
Coba deh sekarang dicari lagi aja, jangan-jangan sudah ada KEMBALI di tempatnya dengan penampilan yang sama... :-D :-D :-D
jangan lupa dipegang (sebelum berubah warna lagi) terus disampaikanlah niyatmu itu....
japro:
yah paling gak saya masih tetap bisa mengenali si ungu itu sekalipun ternyata dia sejenis mimikri...
*syip mas! ;D
oh ic... jadi sudah tak bisa pindah ke lain hati ya dukiduk ya? :)
tapi betul juga tu... jangan-jangan sudah kembali ke tempatnya, hanya saja dirimu masi "tak melihatnya"?
tidak berkomentar pada post, melainkan pada ini:
===
Mbak Dosen yang sedang menjadi mahasiswa (lagi!). Terlalu sering bertanya-tanya, sampai tidak sadar kalau sudah memenuhi kepalanya sendiri. Jadilah ia membuat blog ini sebagai tempat penampungan isi kepala biar tidak membludak.
===
Hihihi... daripada jadi autis
Mbak dosen mungkin terlalu sibuk ya, sehingga mogok menulis...