Tuesday, October 03, 2006
My silly admirer
How come you never send me bouquet of flowers?
It's whole lot better than disturbing my slumber
If you keep knocking at my door *
Bersembunyi di balik semak, jangan sampai terlihat saat sang pujaan hati melintas.
Melihat atau menatap dari jauh dan memperhatikan apapun yang tengah dikerjakannya.
Mengirimkan pesan tanpa perlu memberikan petunjuk siapa pengirimnya.
Sambil berharap agar suatu saat sang pujaan hati akan mengajak mengobrol. Atau paling tidak, menyapa saat berpapasan.
Lalu kemudian berdoa agar ia akhirnya sadar bahwa orang yang disapanya itulah yang selama ini terus menunggu kehadirannya.
Sudahlah, tidak usah malu.
Bukan hanya kamu kok yang pernah mengalaminya.
Saya juga pernah. Saya pernah mendadak menjadi begitu bodoh hanya karena kepincut pada seorang pria. Yang tak lain adalah teman kakak saya sendiri. Kakak saya yang satu itu punya demikian banyak koleksi teman-teman pria yang yahud. Saya bahkan bisa menghitung teman-teman dekatnya yang tidak tampan. Dan buat saya, kakak dan teman-temannya itu memang sudah selayaknya masuk ke dalam daftar most-wanted man di sekolah kami. Termasuk pria pujaan saya ini. Lantaran begitu banyaknya saingan, saya pun tidak berani ‘menampakkan’ diri. Terutama jika mengingat bahwa saya bersaing dengan kakak-kakak kelas, yang notabene lebih dekat dengannya, lebih sering mengobrol, lebih populer pula. Saya hanya berani memandang dari sisi lain kantin saat sedang istirahat siang, dan menemukannya tengah makan dengan teman-temannya. Melihatnya bercanda dan tertawa-tawa dengan mereka sudah cukup membuat saya senang. Lalu ketika suatu hari kami berpapasan dan ia menyapa saya, tiba-tiba saja dada saya berdegup dengan cepat sekali. Saya tiba-tiba kehilangan suara hanya untuk membalas sapaannya. Yang saya lakukan adalah memegang erat tangan sahabat saya. Sahabat saya itu tertawa melihat saya. Ia tahu betul bagaimana saya begitu memuja pria kakak kelas kami ini. Ia juga mengerti mengapa saya memutuskan untuk tetap invisible. Saya tidak tahu apa yang ada di dalam kepalanya, apa yang sebenarnya dipikirkannya, sampai akhirnya ia memulai pembicaraan tentang hal itu dengan teman-teman kami yang lain. Sehingga mulailah tersebar kabar mengenai bagaimana saya demikian memuja pria itu. Dan saya merasa akhirnya seisi sekolah sudah mengetahuinya. Bagian terburuknya baru dimulai. Seorang teman memberitahukan saya bahwa sebentar lagi pujaan hati saya itu akan berulang tahun. Maka saya merasa harus memberikan sesuatu kepadanya. Saya jelas tidak bisa memberikan hadiah yang besar dan mencolok. Saya masih ingat siapa saingan-saingan saya. Jika saya memberikan hadiah semacam itu, akan sangat mudah buat mereka untuk menemukan siapa pengirimnya. Dan saya jelas akan dimusuhi oleh kakak kelas. Sekedar mengirimkan SMS pun tidak mungkin. Teknologi belum secanggih itu. Dan kalaupun sudah, rasanya saya belum diijinkan untuk memiliki handphone, secara seragam yang saya kenakan masih putih-biru. Kartu ucapan pun akhirnya menjadi pilihan yang paling memungkinkan. Yang harus saya lakukan adalah menyediakan waktu yang cukup banyak untuk memilih kartu seperti apa yang akan saya berikan. Gambarnya tidak boleh terlalu ramai dan mencolok, karena akan terkesan ‘biasa saja’, mungkin akan sama dengan kartu-kartu lain yang diterimanya. Kata-katanya pun tidak boleh cheesy dan menye-menye. Semuanya harus ‘tampak’ biasa saja dari luar, namun bisa menyampaikan ‘sesuatu yang lebih mendalam’. Selesai memilih kartu ucapan yang paling tepat, saya mulai kebingungan untuk menuliskan pesan di dalamnya. Menyampaikan selamat ulang tahun? Jelas biasa saja. Everybody would do that. Menyampaikan harapan-harapan seperti ‘semoga panjang umur,’ ‘tambah banyak rejeki,’ ‘tambah sukses,’ atau ‘tambah-tambah’ yang lain? Siapa sih yang tidak akan menuliskan hal-hal semacam itu di kartu ucapan ulang tahunnya? Pusing karena tidak kunjung menemukan apa yang harus saya tuliskan, saya memutuskan untuk sekedar menuliskan nama saya di sudut kanan bawah. Toh pesan yang tercetak di kartu tersebut sudah mengungkapkan apa yang memang ingin saya sampaikan kepadanya. Dan mungkin memang inilah saatnya saya ‘menampakkan diri’. Di hari yang ditunggu, saya menitipkan kartu ucapan tersebut kepada salah seorang teman yang memang cukup mengenal pria pujaan saya itu. Saya memintanya untuk memberikan kartu tersebut kepadanya. Tanpa perlu menyebutkan siapa pengirim kartu tersebut. Toh ada nama saya di dalamnya. Kartu ucapannya? Tiba dengan selamat. Diterima dengan baik di tangan yang bersangkutan. Tapi di hari yang salah. Ternyata... hari ulang tahunnya bukanlah hari di mana saya memberikan kartu tersebut! Informasi yang saya terima tidak tepat! Bagian terburuknya? Teman-teman saya, teman-temannya dan juga teman-teman kakak saya, mengetahui tragedi kartu ulang tahun yang nyasar tersebut. Yang lebih buruknya? Saingan-saingan saya tertawa terbahak-bahak. Pria ini pun ikut tertawa sambil mencoba memaklumi. Saya? Mana bisa saya memaklumi kejadian itu? Yang ada, saya hanya ingin membenamkan kepala ke dalam tanah. Menyembunyikan saja di sana sampai semua orang pergi dan tidak akan ada lagi yang mengenali saya karena wajah sudah berlumur tanah. Kejadian yang benar-benar memalukan. Apalagi karena semua orang seakan-akan tahu bahwa perasaan saya ternyata bertepuk sebelah tangan. Saya menyukai pria yang ternyata tidak menyukai saya. Ia hanya menganggap saya sebagai adiknya, atau memang adik dari temannya. Coba kalau saya tidak main sembunyi-sembunyi begitu?! Coba kalau saya secara terang-terangan memproklamirkan diri sebagai salah satu pesaing kakak-kakak kelas saya? Mungkin saya tidak akan merasa jadi sepecundang ini ‘kan?! Paling tidak, saya masih merasa lebih berani dengan mengungkapkan isi hati saya kepadanya. Saya sudah membiarkannya mengetahui apa yang saya rasakan kepadanya. Saya membiarkannya mengetahui bahwa saya memang menyukainya. Tapi, kalau toh pada akhirnya ia tetap akan mengetahui hal itu juga, buat apa saya bermain petak umpet? Buat apa saya susah-susah bersembunyi ke sana-kemari, hanya melihatnya dari jauh, kalau sebenarnya saya bisa duduk di kantin dan ikut mengobrol dengannya? Buat apa kamu terus mondar-mandir di depan ruang kerja saya dan hanya memandangi saya berbincang-bincang dengan teman-teman saya? Iya... kamu. Mengapa kamu tidak bergabung saja? Siapa tahu kita justru bisa mengobrolkan hal-hal yang sama-sama kita sukai? Siapa tahu kita bisa saling bercerita tentang hal-hal yang mungkin tidak kita ceritakan kepada teman-teman kita? Kamu toh tidak akan tahu apa yang saya sukai kalau kamu tidak bertanya ‘kan?! Dan saya juga tidak akan tahu apa yang kamu senangi kalau kita tidak mulai mengobrol. Jadi, singgahlah... Duduklah di sini dan kita bisa mulai berbincang. Mungkin kita memang akan menikmati perbincangan ini. Siapa tahu...?! Kita tidak akan pernah tahu kalau tidak mencobanya ‘kan?! * taken from Secret Admirer by MOCCA Updated! Yesterday and this morning one of this (secret) admirer’s been visiting me again! Hey! Iya… Memang maksud saya adalah kamu… Kamu yang seringkali mengunjungi blog saya ini, membaca-baca, tapi tidak pernah meninggalkan jejak sedikit pun. Eh maaf... Ralat. Kalau kamu tidak meninggalkan jejak, saya pastinya tidak akan tahu kapan kamu mengunjungi saya ’kan?! ;-) Anyway, selamat datang kembali... Enjoy yourself here then... More Updates! Ternyata my dearest (secret) admirers memang sudah berkunjung (lagi) semuanya… ;-)
ADA 14 KOMENTAR:
berasa kek lagunya mocca
sweet banget deh
hwahaahahaha..
aku gak kebayang..
mbak agatha klo pake rok biru gmn ya??
sekali lagi.. terimakasi utk menceritakan sesuatu yg komen awalku : "ternyata aku gak sendirian.."
dulu waktu SMA aku pernah naksir temen seangkatan, yg aku sendiri gak gt kenal ama anaknya.. cuma tau nama. trus pas Valentine aku kasih bunga mawar putih ama coklat (putih juga) tanpa nama.. kasinya jg sama lewat temen..
pualngnay aku liat dia pamerin tu bunga dan coklat ke temen2nya, bunganya dimasukkin tas, kliatan ujungnya doang.. trus coklatnya gakmau dibagi2 ke temen2nya.. (ini info dr temenku)..
tahun berlalu.. akyu dah kuliyah..
trus tiba2 temenku (yg ternyata sodaranya si oknum tsb), titipin salam dari dia buat aku!!!!
hwaaaaaaa....dia kenal aku toh rupanya?
sama mbak agatha.. tau gitu.. aku kasih anam tuh bunga.. aku ukir namaku di coklat putih yang aku kasih..
damn!
sampe skrg gak ada kabarnya..
cuma memandangi dr FS ajah..
wah aku jd nebeng curhat..
gpp kan? heheh cuapeyhh deyhh..
mbak agatha, mau liat doong foto2 smp nya? nyimpen juga gak foto si kakak kelas?? wahhhh.. pokoknya blog yg ini bersambung!! awas klo gak cerita lanjutannya...;p
jeng2. . lg ada secret admirer nih? ?
jadi ingat masa-masa dulu. begitu indah dan sederhana, tanpa konflik dan prasangka.
fiuh.. semoga masa itu kembali...
ada sesuatu yg berubah di layoutmu :D
agag susah menejlaskan satu eprsatu, tp yg paling nampak pada font title0nyah :D
omong2 soal secret admirer... rasanya sih saya sering begitu, walo tipikal saya adalah brusaha mwujudkan ke secret-an itu jadi sesuatu yg nyata :)
trutama kalo di ganteng yg saya puja, kira2 available untuk digaet :))
mata:
sapa yang sweet? saya? duh jadi malu
*lho lho...?!
iin:
dulu sih nyimpen in, poto satu2nya pulak! tapi tak tau ke mana sekarang.
lagiyan kalok mau liyat lagi, kan udah ada teknologi bernama prenster ;D
sapa yang bilang blog ini ada lanjutannya? ;D
james:
rasanya sih gitu, darl... ;-)
bangsari:
daripada memutar waktu, mending yang sekarang aja dinikmati bukankah?! ;-)
tyka:
iya nih, abis dekor ulang...
nah masalahnya saya tak tahu sapa pula si admirer ini. bener2 tak tahu ;p
rasa2nya semua orang pernah mengalami masa jahiliyah seperti ini..
dulu waktu mengalaminya.. klu saja operasi plastik murah harganya pasti jalan itu kan ditempuh tuk sekedar menghilangkan jejak :D..
btw tegur ajah duluan.. , biar dia melayang terbang jauh keawang2 sanah:D.
rymnz:
operasi? betuuulllssss ;D
udah tuh... barusan ditegur ;-)
lebih baik telanjang daripada tidak memakai hipster!!!
hahaha.. engga deh :p lom ckp pd ^^"
yg dimaksud bkn saya khan??
Hahahahaha GR :p:p...
jadiii...
sebenarnya kamu ini punya secret admirer(s) yg sering kunjungi blog kamu, gitu tah?
waw :X
*membayangkan hal2 romantis*
stella:
belum cukup pede untuk berpakaian maksutnya?! ;D
rymnz:
wah... situh admirer saya juga tho?! hahahaha
tyka:
iya nih... kepingin juga membayangkan hal2 romantis... masalahnya, yang dibayangin kan tak ada... wong tak tahu sapa pula si admirer ini ;D
Ia tahu betul bagaimana saya begitu memuja pria kakak kelas kami ini.
Hahaha...
Waktu jama SMA, aku bisa ngeFans ama 5 kakak kelas, pada waktu yg bersamaan. Cuma jaman dulu (ampe skrg), sering gag PD ama penampilan. Jadi ya cuma brani mandangin dr jauh aja.
Gag berani ngapa2in.
Lucu bangged kalo diinget2 jaman dulu itu...ketemu di kantin pas istirahat aja, bisa senyam-senyum ampe jam pulang...
tyka:
masa iya model jeng tyk begitu gak pede tho?! *wink wink ;D