Friday, September 15, 2006
For awhile to love was all we could do
We were young and we knew
And our eyes were alive
Deep inside we knew our love was true
If only I ever thought that it was...
Ah!
Kenapa jadi hal itu yang dibahas?
‘Kan bukan itu yang sebenarnya ingin saya bicarakan denganmu?!
Saya hanya tiba-tiba teringat bahwa ada suatu saat di mana saya seringkali mendengarkan lagu itu.
Tepatnya, saya baru ingat bahwa saya pernah sangat-sangat menyukai lagu itu.
Di saat teman-teman seusia saya demikian menggemari N’SYNC, BACKSTREET BOYS, atau apapun yang sedang happening kala itu, saya malahan sibuk memutar berulang kali album DAVID FOSTER yang berjudul A Touch of David Foster milik kakak.
Karena mendengarkan album itulah, saya menemukan lagu yang saya maksud tadi.
Saat pertama kali mendengarkan, tidak ada yang istimewa dengan lagu itu.
Sebagaimana pada lagu-lagu lain dari album yang sama, saya hanya tahu bahwa lagu itu enak terdengar di telinga saya. Memberikan saya kesempatan untuk ikut bersenandung dan bernyanyi. Membuat saya tidak harus merasa bosan walaupun harus mendengarkannya berulang kali.
Tidak ada bedanya dengan lagu lain.
Yang membuatnya seketika terasa lebih istimewa adalah ketika saya mendengar SAHABAT saya tersayang ini menyanyikan sepotong baitnya. Bertahun-tahun kemudian setelah saya mendengarkan untuk yang pertama kalinya. Saat itu saya masih menjalani masa-masa awal perkuliahan. Menghabiskan waktu sehari-hari dengan datang ke kampus untuk mengikuti kuliah, atau di rumah untuk mengerjakan tugas. Tentunya harus menyempatkan diri untuk menikmati kegiatan berhedon. Dan seperti pada kuliah lain yang saya ikuti, hal yang sama terjadi saat menjalani kuliah Statistik. Duduk di dalam kelas, mendengarkan materi yang dijelaskan oleh dosen, lalu mencatat hal-hal penting dari sana. Termasuk mencatat tugas apa yang harus saya kerjakan. Lalu kegiatan itu harus terhenti saat saya mendengar si dosen ini menyanyikan sepotong kecil dari lagu yang memang pernah saya sukai itu. Iya. Orang yang menyanyikan lagu ini, si dosen yang memberikan materi di depan kelas ini, memang orang yang sama dengan si SAHABAT yang saya maksudkan tadi. Lalu tiba-tiba saja saya lupa apa yang harus saya catat. Yang saya lakukan saat itu hanyalah mengangkat kepala, menatap si dosen, sambil berseru dalam hati, “Anj***!!” Saya terkejut. Karena menemukan bahwa ada orang lain yang juga mengetahui lagu itu. Setelah bertahun-tahun saya pikir tidak ada orang lain selain kakak saya, yang juga mengetahui lagu itu. Tapi ada hal lain yang lebih memicu saya untuk melontarkan makian tersebut. Pacar saya. Yah... lagu itu memang mengingatkan saya akan sang pacar yang sedang berada nun jauh di sana. Dan bait yang dinyanyikan oleh BAPAK INI menyadarkan saya akan apa yang tengah terjadi pada hubungan saya dengan sang kekasih. Saya bahkan masih bisa mengingat secara detil bagaimana terjadinya proses pemutusan itu. Saya berada di Jakarta, dia di luar kota. Saat itu adalah hari Sabtu. Saya menghubunginya lewat telepon dan memutuskan untuk menyudahi hubungan kami melalui percakapan di telepon itu. Telepon ditutup kemudian. Lalu dia menelpon saya kembali, beberapa kali. Sampai keesokan harinya. Saya tahu. Tidak adil baginya untuk mendengar keputusan sepenting itu melalui telepon. Saya tahu bahwa seharusnya saya menunggu kepulangannya kembali ke Jakarta untuk menyampaikan keputusan itu. Mungkin lima bulan ke depan semenjak terakhir kalinya kami berjumpa. Sementara saya juga tahu, bahwa saya sudah merasa sangat sakit hati atas apa yang telah dilakukannya pada saya. Karena saya merasa telah dinomor-sekiankan di belakang pendidikan yang tengah dijalaninya maupun keberadaan teman-temannya?! Karena saya merasa ia seringkali sengaja berpura-pura tidak ada di tempat saat saya menelpon ke rumah kosnya?! Karena saya merasakan kebosanan yang dialaminya dalam menjalani hubungan kami, sekalipun ia masih terus berusaha untuk mempertahankannya?! Karena saya merasa ia malah dengan sengaja berusaha menjodohkan saya dengan salah seorang sahabatnya?! Lalu saya masih harus menunggu sekitar setengah tahun lagi untuk menyampaikan keputusan pengakhiran hubungan kami? Apa yang sekiranya akan saya lakukan ketika tengah berjalan menyandang backpack di kedua bahu, tiba-tiba saja backpack itu terjatuh karena penyangganya putus? Tali itu sudah diperbaiki dan dijahit untuk yang kesekian kalinya. Dan kali ini sudah benar-benar dol, tidak ada lagi jarum dan benang yang sanggup membenahi kerusakannya. Tidak ada lagi tukang jahit atau tukang vermak yang bisa membantu saya memperbaikinya. Mereka sempat menawarkan saya untuk menambah tali baru, yang akan memungkinkan saya tetap membawa backpack itu walaupun dengan cara diselempangkan. Tetap saja. Namanya juga tali tambahan, bukan tali yang memang berasal dari backpack saya, bukan tali yang pas, justru sangat mungkin untuk putus lagi. Entah karena perbedaan bahan, entah karena kondisi jahitan. Terlebih lagi mengingat beban dalam backpack, yang rasanya tidak akan mungkin jika hanya disangga dengan sebuah tali. Pilihannya memang hanya satu. Saya tidak akan lagi menggunakan backpack itu. Paling tidak, saya tidak akan menggunakannya untuk membawa barang bawaan sehari-hari saya. Tapi ‘kan bukan berarti saya harus membuangnya. Hanya karena ia telah membuat saya kesulitan ketika harus berjalan di antara rak-rak di dalam toko buku. Hanya karena saya harus ekstra hati-hati karena dompet yang saya letakkan di kantong bagian depan. Hanya karena ia telah membuat bagian samping notebook saya cowel sedikit akibat terjatuh. Hanya karena ia sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi, lalu saya harus segera membuangnya jauh-jauh? Apa berarti saya harus melupakan bahwa backpack inilah yang sudah selama satu tahun terakhir setia menemani ke manapun saya pergi? Apa saya harus melupakan bahwa ia yang selalu menyediakan berbagai kebutuhan saya? Atau mungkin saya harus melupakan bahwa ia yang telah membantu mengurangi kemungkinan sakit pada bahu akibat menyandang dua tas yang berbeda pada masing-masing bahu? Apakah saya harus melupakan bahwa kekasih saya itu seringkali membuat saya tertawa terbahak-bahak? Apakah saya harus menghapus ingatan tentang dirinya yang seringkali memicu saya untuk kembali bangkit berdiri setelah tersandung dan jatuh? Apakah saya juga harus melupakan bahwa dialah yang membuat saya menjadi seperti sekarang ini? Apakah saya harus menyangkal semua keindahan yang pernah kami alami itu dan menggantikannya dengan rasa sakit yang muncul kemudian? Saya terus menceritakan kepada sahabat-sahabat saya tentang perbuatannya yang menyakiti saya. Saya terus bercerita kepada mereka bagaimana ia telah membuat saya hancur. Sambil berusaha menekan perasaan sayang saya padanya. Namun yang ada... apa yang saya lakukan justru membuat rasa sakit itu tetap di sana. Karena saya harus mengakui bahwa rasa sayang itu telah hilang. Di saat saya sadar bahwa saya masih mencintainya. Maaf... Saya tidak bermaksud mengungkit apa yang terjadi padamu. Mungkin kita hanya tersengat rasa perih yang sama. Rasa sakit yang sekaligus menyodorkan kita pada pilihan itu: menutup dan membiarkannya tetap ada di sana, atau menyembuhkannya? Saya? Yah... saya akhirnya berhasil menyembuhkan luka itu. Setelah mengakui bahwa rasa sayang itu memang masih tersimpan di sini. August 16Something happened along the way
And yesterday was all that we had
Di kala mendengar bait itu dinyanyikan di depan kelas, saya baru saja putus dari kekasih saya.After the love has gone
How could you lead me on
And not let me stay around
After the love has gone
What used to be right is wrong
Can love thats lost be found
It’s suppose to be your 24th, isn’t it Dear?
ADA 17 KOMENTAR:
Nice...
still hard for me too. . but I won't let it hurt me again. . :)
ohh btw, gw benci glen. . hahaha. . cowok kok menye2. . :p
this comment will be very long. jadi siap2 obat tetes mata aja biar napas tetep seger *loh?*
1. Aku punya kasetnya DF yg itu, kubeli tahun 94 klo g salah. Dan aku SUKA semua lagunya.
2. Dan waktu aku putus ama pacarku yg anak Bali (he's HOT), aku sering dengerin lagu ini dan menangis dlm hati supaya g ketauan ama pacarku yg baru.
"Tidak adil baginya untuk mendengar keputusan sepenting itu melalui telepon."
3. Ah, aku bbrp kali mutusin cowok lewat telpon. Ga masalah, hehehe. Perhaps someday, I get my karma ya?
"Saya tidak akan lagi menggunakan backpack itu"
4. Kesiniin backpack-mu, kan dulu aku udah bilang: kalo uah bosen ama backpack-mu berikan saja ke saya :p
Have a nice weekend mbakDos!
yahh..secara akyu melankolishiperbolisselektifmutism,
hal2 yg akan akyu lakukan klo membayangkan apa yg di blog ini terjadi padyaku :
1. dengerin lagi kasetnya sambil tidur2an dikamar
2. buka-buka lagi fotonya (kalo masi ada) yahh pokoknya memorabilia yg berbau dia deh..
3. nangis..
(oh tidak! jgn pernah menangis lagi gara2 COWOK!) Hehe ini peringatan colongan doang kok mbak agatha ;)
yang pasti aku sih :
mengingat yg baik2 saja.. setidaknya dia pernah hadir dalam hidup kita (hidup akyu maksutnya)..
heheh *including temennya yg gimbal*
brw, sekalian tanya, lagu david foster yg OST.St.Elmo's Fire itu judulnya apa ya, mbak? tau tak? bukan yg instrumentalnya, yg dinyanyiin duet gt.. (bukan the best of me lhoh).. apa yaa..
akyu jd teringet.. lumayan deh buat di burn di CD..
blognya bagus ;)
anonymous:
thank you...
btw, why don't you leave a name over here?! ;-)
james:
becareful with your heart, then ;-)
tyka:
3. ...Perhaps someday, I get my karma ya? -- ehm, i have no further comment about this ;p
4. saya belum bosen kok dengan backpack ituh hehehe
iin:
- ...Hehe ini peringatan colongan doang kok mbak agatha ;) -- peringatan colongan atau memang colongan in?! ;D
- ...blognya bagus ;) -- hihihi tengkyuh... jadi maluw ;p
hoi duk, lama tak singgah :p
jadi skarang reparasi backpack? hehehe..
yah time heals duk... katanya si gituh.
ga pa2..biasa itu dalam dunia persilatan ;)
btw 2 malam minggu yg lalu, di pim ada live music trus penyanyi trio nya menyanyikan lagu after d love has gone itu, semua yg nonton ampe speechless terkagum2, keren banget
biarlah mereka berperan dalam pentas dunia kita menurut skenario yang seharusnya, sapa tau kita bisa banyak belajar dari sana;)
hehehe
btw thx dah mampir ;)
alcohol is good
sometimes :p
yang pasti sekarang baik baik saja kan ?
trus kenapa mesti boyband...
aaarrhhhhhhhh
ancilla:
bukan direparasi bek, memang sudah dipensiunkeun ;-)
nice to have you here...
uli:
masalahnya ya, saya sedang ingin belajar aikido bukan silat. pegimana donk?!
rymnz:
belajar banyak?! definitely! ;-)
stella:
some baileys perhaps?! ;-)
mata:
sudah baik2 saja kok... seperti yang dibilang ancilla, time heals...
btw, masa situ tak suka boyband?!
coke would be great.
wah... sudah lama puasa minum soda nih ;p
mba agatha... bagaimana kelanjutan starbucksmu? berhasil ndak??
(loh sie..kok komennya malah kaya gitu siy..?) hehe, (aku beneran penasaran tha..dijawab ya!) kan siapa tau klo datang lagi 'rasa' kaya gitu, bisa jadi obatnya pergi kesana.. hehe, tha.. waht a great story, great lesson too!!
aku suka sekali dengan analogi 'baclpack'nya.. =)
Sesama penyuka "After the Love Has Gone". Iya, aku juga jarang ketemu orang yg tahu lagu itu. Dengar pertama kali yg nyanyi Earth Wind & Fire, David Foster jadi produsernya...
kok jadi inget mantan...
sisidi jepang:
tampaknya sayah belum berhasil su... mungkin masih harus cukup puas dengan menjadi loyal customer kali ya?! ;-)
terima kasih ya...
tito:
mantannya sampeyan bukan saya tho, pakDok?! ;D