Tertiban Barang Bawaan Sendiri

Friday, August 25, 2006

Sudah empat hari belakangan ini saya selalu meninggalkan backpack tercinta di rumah.

Beserta seluruh isinya tentu saja.

Semenjak leher sebelah kanan saya menjadi sakit.

Baru kemudian saya sadar.

Saya memang seringkali malas menyandang backpack itu di kedua pundak. Yang ada, saya hanya menggantungkannya di pundak sebelah kanan saja.

Menjadi sangat wajar kemudian jika otot leher sebelah kanan itu harus bekerja lebih keras untuk menahan beban yang tergantung di sana. Terlebih ketika saya harus mengangkat backpack setelah diletakkan di suatu tempat, dan berniat membawanya pergi.

Saya sempat berpikir, kok ya bisa begitu?!

Toh isinya masih sama saja seperti sebelumnya.

Kantong bagian dalam diisi oleh notebook hitam. Juga benda-benda pelengkapnya tentu saja: power cable dan adaptor, optical mouse kecil, dan saya baru saja memutuskan untuk mengeluarkan port replicator dari sana, karena external hard-disk tampaknya lebih penting untuk dibawa.

Lalu kantong coklat kecil berisi berbagai macam gadget printil. Ada handphone charger, kabel data, kabel modem, earphone, flash disk, dan SD card.

Masih di bagian dalam, ada buku jurnal berwarna hijau, tempat saya menuliskan segala sesuatunya. Berfungsi sebagai agenda, menuangkan ide, atau bahkan sekedar iseng menggambar atau mencoret-coret. Saya juga biasanya membawa satu buku lain yang [mungkin] bisa saya baca. Belakangan, komik serial RAMAYANA atau MAHABHARATA atau PERANG BHARATAYUDHA-lah yang ada di sana, menemani jurnal hijau itu.

Oh iya. Di antara notebook dan buku, saya seringkali menyelipkan beberapa lembar kertas. Biasanya merupakan fotokopian atau kertas hasil print atas sesuatu yang telah saya kerjakan.

Sementara, kantong bagian luar merupakan tempat penyimpanan benda-benda berukuran lebih kecil.

Ada kantong Doraemon [saya memang menyebutnya demikian]. Kantong warna-warni dengan ukuran sedikit lebih besar dari kantong coklat penyimpan gadget tadi. Di dalamnya berisi segala macam ’senjata cantik’ saya. Dari sisir, bedak, lip balm, kertas minyak, sampai sabun pembersih muka dan pelembab berukuran mini. Pembalut dan panty liner juga ada di sana. Dan masih ada sejumlah obat-obatan untuk penyakit-penyakit rutin.

Dompet juga ada di bagian depan backpack itu pastinya.

Lalu... benda-benda kecil lainnya: stabilo, pensil mekanik, beberapa buah pulpen, dan sebungkus tissue. Tempat kacamata beserta isinya juga ada di sana, sekalipun sebenarnya saya sangat jarang mengenakan kacamata itu.

Terakhir, di dalam kantong paling kecil, yang letaknya di bagian dalam kantong depan, saya menyimpan beberapa jepit dan ikat rambut. Oh, kadang-kadang saya memasukkan beberapa bungkus permen juga ke dalamnya.

Sebenarnya masih ada satu lagi yang semestinya juga menghuni backpack saya. Penghuni baru bernama Sony digital camera.

Eh, siapa bilang saya membelinya?

SI KRIWIL, fotografer yang sedang sangat berbaik hati, telah menghibahkan kamera – yang semula miliknya – itu kepada saya.

Dan saat saya menambahkannya ke dalam daftar muatan backpack saya, saya mengalami kesulitan.

Bukan. Bukan kesulitan.

Tepatnya, keberatan dan kepenuhan.

Karena kalau saya berniat memasukkan digital camera itu, artinya saya harus membawa juga charger dan kabel datanya. Adik saya itu memang sudah memasukkan ketiganya ke dalam sebuah kantong berbentuk kotak dan transparan. Kantong seisinya inilah yang semestinya juga ada di dalam backpack saya.

Lalu seorang teman tertawa melihat saya menyandang backpack ini.

Saya seperti seorang sedang berangkat ke medan perang saja. Saya bahkan harus membawa seisi kamar, begitu katanya.

Hampir. Hampir semuanya sih memang.

Untunglah backpack ini terbuat dari bahan yang memang sudah teruji kualitasnya. Sehingga tidak perlu khawatir bahwa tiba-tiba penyangganya akan putus saat disandang di pundak, atau resleting yang lepas karena tidak bisa menutup dengan rapat, atau alas yang robek karena terlalu banyak muatan di dalamnya.

Membawa dua tas?

Saya memang pernah mencobanya.

Dengan satu tote-bag berukuran besar untuk barang-barang bawaan saya, dan satu lagi tas notebook yang memang saya peroleh saat saya membeli notebook itu.

Repot.

Saya harus menyandang mereka di masing-masing satu pundak saya. Lalu karena kedua tas itu memiliki tali yang cukup panjang, jadinya gondal-gandul ke mana-mana. Yang ada, pundak saya pun sakit karena kedua tas itu bergoyang ke sana-kemari saat saya bawa.

Sekarang...

Saya menyandang backpack itu hanya di pundak sebelah kanan. Yang akhirnya mengakibatkan otot-otot leher saya tertarik dan kemudian membengkak. Juga pundak yang seringkali snut-snut.

Tampaknya mungkin memang tidak ada bedanya.

Entahlah...

Memang kebiasaan buruk saya barangkali.

Ingin membawa semua barang sekaligus.

Yah, saya memang tidak mau repot. Saya tidak mau dipusingkan dengan urusan harus membuat jadual barang mana saja yang harus saya bawa hari ini, atau besok, atau lusa. Saya terlalu malas untuk berganti-ganti tas dan selalu memindahkan barang-barang di dalamnya ke dalam tas lain yang akan saya gunakan. Lalu kalau ada yang tertinggal, saya harus kembali ke rumah untuk mengambilnya lagi.

Uhm... nope.

Saya lebih memilih untuk membawa barang-barang saya sekaligus, tanpa perlu berganti-ganti tas. Jadi kalaupun malam hari setibanya di rumah, saya tidak berniat melanjutkan pekerjaan dan membuka isi tas, keesokan harinya saat akan berangkat pun saya hanya tinggal mengangkat backpack itu lagi, dan pergi.

Tetapi permasalahannya sekarang, backpack itu [sudah menjadi] terlalu berat.

Membuat pundak dan leher saya sakit.

Iya... Saya tahu...

Tidak seharusnya saya sok kuat untuk memanggul semua masalah itu seorang diri. Sementara saya sendiri tahu akibatnya.

Yang ada saya bisa ambruk tiba-tiba.

Saya toh bisa menceritakan apa yang tengah saya hadapi.

Ada BAPAK JAPRO dan MASGEDE. Masih ada juga BANG OMAR [baca: O-M-A-R bukan R-(H-)O-M-A].

Mereka masih memiliki telinga yang akan dengan senang hati mendengar apapun yang keluar dari mulut saya. Mereka masih punya bibir untuk tersenyum atau tertawa lebar saat mendengar setiap kebodohan yang sudah saya lakukan, dan [tentunya!] saya sesali kemudian. Mereka masih punya cukup waktu untuk diberikan kepada saya.

Dan mereka masih menyediakan diri untuk saya.

Saya masih memiliki mereka.

Saya masih memiliki sahabat-sahabat saya.

Mereka masih berdiri di samping saya.

Menunggu sampai saya menceritakan beban yang sedang memberati pundak saya. Dan kemudian akan menawarkan bahu jika saya ingin bersandar.

Saya juga masih berhak untuk tidak membawa semua bawaan itu di dalam backpack. Saya masih boleh memutuskan untuk tidak meninggalkan [sedikit saja] dari barang itu di dalam jok belakang si hitam.

Kalau kemudian pundak saya sakit dan leher saya kaku-membengkak, semestinya saya tidak protes kan?!

Kalau pada akhirnya saya malah harus meninggalkan semuanya di rumah, saya pun semestinya tidak protes.

Dan saya pun seharusnya tidak protes kan ketika saya keburu kehabisan tenaga, putus asa, dan tidak lagi sanggup memanggul... karena merasa beban yang saya tanggung ini terlalu berat?!

Alih-alih membawa semua masalah seorang diri, yang ada saya malah ambruk tidak keruan.

Alih-alih membawa semua barang bawaan itu sendiri, yang ada malah membuat leher dan pundak saya sakit begini.

website page counter

ADA 12 KOMENTAR:

» Blogger -ndutyke:

yang namanya backpack ya mestinya kan bisa membagi rata beban barang bawaan di kedua pundak.

piye toh... :p eh jeng, mau dipijitin? *wink*

mestinya postingan ini ada fotonya donk, biar lebih yahud :p

by the way, my bday wishlist this year adalah backpack unt laptop...kau mau menghibahkan milikmu untku? hihihi...

August 25, 2006 10:30 AM  
» Blogger iin:

aku juga punya backpack kesayangan.. karena emang cuma satu2nya..eastpak item yg aku bela2in beli langsung di athlete's foot.. hehehe terobsesi punya backpack.. tapi kayaknya backpack ku kalah gendut ama backpacknya mbak agatha... heheh..
mbak agatha, aku juga mau kok mijitin klo masi pegel.. dan
mau doong gabung dgn klub curhat bersama 2 temen mbak agatha yg kayak miami vice ituhh.. wakakakak.. kali ini gak mau ama mas japro tapinya.. xp
btw : obsesiku punya backpack itu gara2 dulu suka ngliat masgede memanggul eastpack biru klo kuliyah.. aku jd ingiinn.. tapi gak ktm warna biru... heheh

August 25, 2006 5:30 PM  
» Blogger thornandes james:

gila yee!
doraemon kalah kli. .
hyahahaha. .

gw jg gitu sih tasnya always full, tapi lama2 males juga dan mulai mengurangi. . tapi gw gak pernah bawa lap top klo gak penting. . BERAT. .

August 27, 2006 12:44 AM  
» Anonymous Anonymous:

ini nih yang namanya shrivas, KEPALA BATU !!!. Susah banget dibilangin :) Semuanya coba dipanggul sendiri... terus sok kuat manggul di pundak kanan thok...

Kalo udah begini baru deh minta dipijetin. Mbok yao minta dipijetin sama P!#&* (blogger.com - maaf kesalahan bukan pada mata Anda). Jangan diumpetin terus dalam backpack .... *ha ha ha peace tha... peace...

glad you still trust me to hear your 'bed time' stories nduk >:D<

August 27, 2006 1:56 AM  
» Blogger konnyaku:

pake koper yg ditarik2 aja :p

August 28, 2006 5:08 PM  
» Blogger mbakDos:

tyka:
mestinya sih memang bisa dibagi rata... MESTINYA... berhubung yang punya itu suka gak ngerti istilah mestinya, jadi yaaa... demikianlah ;D
waduh... melungsurkeun backpack saya untukmu? kalok sebelumnya kamu membelikan dulu backpack untukku pegimana?!

iin:
iya... bentar lagi juga masgede tau kok in ;-)

james:
mulai memikirkan apa yang sudah engkau perbuat...
meninggalkan notebook sementara kaya'nya ide bagus...

japro:
P!#&* -- masih bagus kalok masih ada yang bisa diumpetin ;-|
anyway, thank you for giving your ear at my bed time ;-)

stella:
yang merknya president?!
*berasa jaman SD ;D

August 28, 2006 5:32 PM  
» Anonymous Anonymous:

Eh Mbakyu, bergurulah pada adekmu yg notabene-nya sebagai alumni Sanur. Bukankah alumni Sanur itu terkenal sebagai pasukan kura2 ninja *karena bawaan di punggung yg melebihi berat normal yg seharusnya disandang seorang siswa* ?

Lagian punya tas yg enak *janSport coklat* malah dikasihin ke aku. eh, itu udh jadi hak milikku blm sih? Ya pokoknya gitu lah.

O iya, waktu dl aku mau brangkat ke Nias, Papa nyuruh aku pake tas camping yg...bwahahahahha...
Aduh, itu ndak sekali.
Ada di kamar depan. Coba dilihat. Waktu kucoba, kok tasnya ga etis yah? Masak dari kepala sampe betis?! Lah, kyk kurcaci sayah jadinya.
Tapi dijamin bs memuat segalanya. Ogy & Ose *dua ponakan ajaib itu* juga bisa ikutan masuk.

Pertanyaan mendasar: emg laptop harus selalu dibawa yah?! Selain bisa membahayakan diri sendiri karena mengundang nafsu para bandit, itu kan berat.

Bwahahahaha, jadi inget film Oshin.

Ah ya sudahlah, saya mau makan dulu. *Lagi dimasakin sama tmn kos yg baik hati*

Dengan hormat,
Si Kriwil

August 28, 2006 7:02 PM  
» Blogger L. Pralangga:

Waduh, si cantik jangan sampe miring-miring gitu dong lehernya.. :) - gak papalah dipake keduanya si ransel itu, seperti anak sekolahan..

Masa' cantik-cantik pundaknya miring :p
-------------
Hope this shout finds you well, salam buat ayah-nya yah! jadi mau nemenin belanja :D ?

August 29, 2006 7:55 PM  
» Blogger Anang:

panggil tukang pijet aja hehehehehehe.........

August 29, 2006 11:35 PM  
» Blogger thornandes james:

tapi kok tas gw tetep aja berat ya? ?

August 30, 2006 1:30 AM  
» Blogger -ndutyke:

apdet jeng..
eh masih sibuk mengajar ya? *blush*

http://tyka82.blogspot.com/

August 30, 2006 9:35 AM  
» Blogger mbakDos:

si kriwil:
baiklah... nantikan diriku yang hendak berguru padamu, nak...

luigi:
iya nih mas... berasa balik lagi jadi anak SD...
ayah saya tampaknya masih sibuk tuh. mau diwakilkan saja?! ;D

anang:
ini memang lagi nunggu tukang pijetnya dateng kok ;D

james:
sini dibagikeun sebagian padaku aja gimana?! ;-)

tyka:
udah ada tuh apdetannya ;-)

August 31, 2006 8:59 AM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS