Rindu Membawa Nikmat

Thursday, October 18, 2007

Just finished ‘The Good Shepherd’.

Jam di dinding masih menunjukkan jam delapan malam lebih sedikit. Masih sangat jauh dari yang saya sebut sebagai malam hari. Menggantikan si mbak membereskan dapur, sudah. Menutup dan mengunci semua pintu rumah, sudah. Makan malam, sudah. Ngemil juga sudah.

Menonton?! Apa lagi yang bisa ditonton?!

Yang tersisa di layar televisi hanyalah tinggal sinetron atau sejenis lawakan yang kurang saya minati. Film seri berbahasa Inggris yang sedang ditayangkan di stasiun asing pun bukanlah yang saya gemari. Berita?! Entahlah... rasanya saya tidak sedang ingin terlibat terlalu dalam dengan kenyataan pahit yang dipertunjukkan di sana.

Memang sih, masih ada beberapa keping DVD lagi yang masih tersisa.

Tapi masalahnya... saya (ternyata) melakukan kesalahan besar. Saya membeli film dengan genre yang sama semua!

Siyal!

Padahal saya sedang benar-benar membutuhkan sesuatu yang menghibur, bukan yang membuat saya harus terus memakukan pandangan ke layar televisi dan bahkan membuat saya enggan beranjak untuk mengambil minum. Bukan sejenis film yang secara tidak sadar mengundang decak kagum karena berhasil membodohi saya dengan alur cerita yang penuh dengan kejutan. Seperti yang baru saja selesai saya tonton itu.

Hhh... saya bosan.

Bukan sih, bukan bosan sebenarnya.

Tapi rindu...

Itulah alasan utama kenapa kemarin siang saat berbelanja (baca: memborong) baju bersama Ibu di ITC dan secara kebetulan melintasi jajaran etalase yang menjual DVD, kontan saya langsung meminta Ibu untuk berhenti sejenak (*sudahlah, bukan saatnya untuk membahas betapa kriminalnya saya ini!). Saya memang sudah kehabisan film untuk menemani malam hari saya.

Kehabisan kegiatan yang bisa mengalihkan pikiran saya dari perasaan yang terus saja mengusik dan tidak juga mau beranjak ini.

Kalau harus mengakui, saya memang ingin meminta maaf pada Ayah dan Ibu, dan juga SI KRIWIL. Bukannya karena semalaman habis begadang mengerjakan sesuatu yang akhirnya membuat saya selalu baru beranjak dari tempat tidur menjelang siang keesokan harinya. Tapi saya memang dengan sengaja melakukannya. Saya memang dengan amat sadar baru turun dari tempat tidur dan keluar kamar menjelang siang hari itu.

Saat mata saya sudah terbuka pada jam enam pagi, atau bahkan jam tujuh, pertanyaan pertama yang kemudian muncul di kepala saya adalah, “Mau ngapain ya jam segini?!” Lalu karena merasa belum ada yang bisa dikerjakan, alhasil saya kembali memejamkan mata dan melanjutkan tidur. Dan jika Ibu bisa mendengar apa isi kepala saya barusan, bisa ditebak seperti apa wajah murkanya. Apalagi adik saya yang kriwil itu.

Yah, karena kami semua tahu bahwa begitu banyak pekerjaan rumah yang menunggu untuk dituntaskan semenjak si mbak meninggalkan kami pulang mudik ke kampung halamannya. Bukannya saya tidak tahu itu, dan bukan juga bermaksud melarikan diri dari tanggung jawab. Toh jam berapapun saya bangun, tugas yang harus saya lakukan tidak juga berkurang. Apa yang semestinya menjadi bagian saya, ya pasti harus diselesaikan juga oleh saya. Karena memang bukan itu tujuannya.

Saya hanya ingin mengurangi waktu di mana saya terjaga tanpa melakukan apa-apa.

Agar tidak terus-menerus membiarkan rasa rindu ini menggerogoti saya, dan (ironisnya) saya menyadari hal itu.

Membersihkan kamar mandi, membereskan dapur dan segala perlengkapannya, membereskan kamar tidur sendiri, dan melakukan semua pekerjaan yang mungkin dilakukan hingga siang menjelang. Lalu mencari kesibukan lain dengan bepergian, atau bahkan tidur siang. Saat sore hari tiba, kembali melakukan pekerjaan lain seperti menyapu dan menyiram taman, (lagi-lagi) membereskan dapur, atau sekedar memberi makan ikan di kolam.

Dan malam pun datang.

Bersamaan dengan siksaannya.

Mungkin kamu akan menyebut saya bodoh.

Toh sudah tersedia teknologi terkini bernama handphone, yang tentunya secara langsung dapat mengobati, atau paling tidak, mengurangi perasaan itu. Dan pastinya sih saya tidak terlalu gagap untuk bisa memahami itu.

Tapi yaa... mungkin kelihatannya saya ini memang setolol itu.

Punya handphone canggih, kok ya cuma sekedar untuk dipegang-pegang, dilihat-lihat layarnya, sambil terus berharap bahwa sebuah nama yang terus menari di kepala saya ini muncul di sana. Bukannya menekan saja sebuah nomor yang dengan otomatis akan langsung menyambungkan saya dengan si pemilik handphone yang saya tuju.

Masalahnya, saya hanya bisa menunggu...

Dengan amat tidak sabar.

Hhh... Maaf ya, kalau saya tidak bisa berhenti mengoceh sedari tadi.

Saya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan sekarang, karena saya tidak ingin malam ini kembali diakhiri dengan kelelahan luar biasa akibat menahan rindu.

Dan sakit.

Oh geezz... why should I miss you this much???

So please... help me finding another movies for accompanying me tonight.

I’m desperately needing it.

Saya sedang tidak ingin membuat film saya sendiri.

Karena pasti akan berisikan tentang seorang perempuan yang hanyut terbawa air matanya sendiri akibat tidak bisa berenang dan menahan dahsyatnya hisapan gelombang kerinduan yang terus membawanya jauh ke dasar samudera terdalam (*aaarrrggghhhh!!!).



*teruntuk seorang sahabat yang katanya sedang rindu pada pujaan hatinya,
tapi malahan menelpon saya, dari luar kota pula!
Salah pencet? Atau...?!

website page counter

ADA 11 KOMENTAR:

» Anonymous Anonymous:

rindu itu nikmat, setuju :D

October 19, 2007 8:22 AM  
» Blogger mbakDos:

anima:
rasanya luar biasa, bukankah?! ;-)

October 20, 2007 11:42 PM  
» Anonymous Anonymous:

wah... dikau belum terupdate yah ceritanya.. udah THE.END, tamat, selesai alias finish lagi:P .. btw kmrn koq ga ada kabar lagi?.. :> ..

October 21, 2007 5:15 PM  
» Blogger Anton:

agathzz, seperti lagu jadul bilang : "kau datang dan pergi sesuka hatimuuuu....".
begitu juga rindu..., datang dan pergi kapan aja dia mau....

October 23, 2007 12:38 PM  
» Blogger mbakDos:

memed:
maapkeun... tampaknya tertinggal update-an ya sayanya :P

anton:
kalo dirimu...? apakah juga datang dan pergi sesuka hatimu? *hahaha perang gosip lagi, kita?!* ;D

October 25, 2007 10:20 PM  
» Anonymous Anonymous:

aku ngerti kok...
aku juga rindu.. (keRI keri nDUtnduan)

November 06, 2007 10:52 PM  
» Blogger mbakDos:

yang lagi nari-nari:
senangnya dimengerti *halah!* ;D

November 07, 2007 6:47 PM  
» Blogger iin:

aku juga lagi rindu mbak.. (sambil tunjuk tangann..) ;D

November 07, 2007 11:15 PM  
» Blogger Archangela:

gatho... gatho... yang mana lagi nih yang kau rindukan? yang sudah kau kirimi sms-kah?? kalo emang kembali menggelitik hati, ya disambut aja gimana? haha... kecuali emang masih ada yang mengganjal dan tak terselesaikan. Like you said, "fight for it..", but I would like to stressed out, "BEWARE!!!"... so that you could retreat and give up while you can... at least not to cost you your heart, Honey:)

November 29, 2007 8:56 PM  
» Blogger mbakDos:

iin:
gak usah disebut juga gue tau kok ;D

archangela aka. regina:
call me sadomasochist, but i do enjoy what my heart does ;-)

November 29, 2007 11:50 PM  
» Blogger Archangela:

mengingat kata Bang HD, well.. mungkin memang kalo beneran rindu harus terasa nikmat sekaligus nyeri2 gimana gitu ya?!? soalnya kalo ga terasa di hati berarti ga segitunya bermakna, bukan?!?

November 30, 2007 8:30 PM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS