Wednesday, November 21, 2007
Tapi saya masih tahu betul bahwa masih tidak ada orang lain yang hadir di ruangan itu selain si Mbak dan saya. Massage table di samping saya juga masih belum ada yang menempati, dan rasanya memang tidak akan ada yang berbaring di situ, karena hari ini si Mbak terpaksa bekerja seorang diri tanpa rekannya. Ruang tunggu yang hanya dipisahkan oleh selembar kain gordijn dari tempat saya tengah berbaring tengkurap ini pun sepertinya masih sepi saja.
Lalu ke mana si Mbak?
Kok benar-benar sepi begini?
Sesaat setelah saya menginjakkan kaki ke dalam sini tadi, si Mbak sudah mulai mengaduk-aduk adonan kental berwarna coklat tua di dalam mangkuk stainless yang diletakkan di atas kompor elektrik. Perlengkapan lain seperti bedak bayi beserta puff-nya pun tidak perlu dipersiapkan lagi, karena memang baru saja selesai digunakan oleh pelanggan sebelumnya. Kain putih dan handuk bersih yang sama-sama berukuran kecil pun masih tersedia di sana.
Bahkan sudah sedari tadi saya mengganti pakaian dengan hanya menggunakan kain berjahit melingkar mirip sarung dengan karet di salah satu sisinya, yang saya sebut sebagai baju creambath.
“Kita mulai ya, Mbak...” kata si Mbak tiba-tiba. “He-eh,” dan saya yakin bahwa si Mbak mungkin tidak mendengar suara saya. Please give me the strength, O Lord... Si Mbak mulai menaburkan bedak bayi dan meratakannya ke seluruh permukaan kaki bagian belakang saya dengan puff. Lalu dengan menggunakan pisau selai yang dipakai untuk mengaduk adonan tadi, si Mbak perlahan mulai mengoleskan adonan itu ke atas betis. Rasanya hangat. Dan beraroma harum. Hanya dalam hitungan detik, ia kemudian meletakkan kain putih ke atasnya. Okay... here we go! On three! 1... 2... Krek!!! Aaawww!!! What the hell was that?? It was just 2!! We’re not even get two-and-a-ha... Krek!!! Aarrgghh!!! Oh, God!! Krek!! Ya ampuunnn!! Haduuhh... harus begini ya?? Kalau dulu saya seringkali bertanya-tanya kenapa wanita-wanita itu memiliki kaki mulus yang bebas dari bulu, kini saya tahu jawabannya. Tapi saya tidak pernah mengerti, sampai sekarang, dan saat ini, di mana saya tengah berada dalam siksaan teramat berat, adalah... kenapa mereka mau melakukannya?? Indah sih, kakinya... Tapi prosesnya??? Membuat saya mulai menyesal karena memiliki rasa penasaran yang terlalu besar. Kalau saja saya tahu bahwa kaki yang mulus hanya bisa diperoleh dengan penyiksaan semacam ini, saya pasti tidak akan pernah sekalipun berniat mencari informasi tentang tempat di mana saya tengah berada. Bahkan tidak sekalipun mencoba memikirkan kemungkinan untuk bisa melakukan pencarian informasi itu. Ah, tapi belum tentu juga. Wong sudah sering mendengar cerita bagaimana ngerinya bungee-jumping sajaaa, belum menghentikan keinginan saya untuk mencoba olahraga (*olahraga?!) yang satu itu. “Yak, sekarang balik badan, Mbak.” Hah? Balik badan? Haduh... di kaki bagian depan ‘kan malah lebih banyak yang harus dicabut! Seperti sebelumnya, si Mbak kembali menaburkan bedak dan mengoleskan adonan. Saya pun hanya bisa menggenggam baju creambath kuat-kuat dan memejamkan mata. Tidak lagi berhitung, karena takut kecewa. Krek!!! Aww!! - Benar ‘kan?! Krek!!! Krek!! Eerrrggghhh... sudah mulai mati rasa tampaknya kaki saya ini! Mestinya sih yang tercabut lebih banyak dibandingkan yang ada di belakang tadi, tapi kok... rasanya tidak jauh berbeda ya?! Malah... sepertinya... sama saja. Tak lama, suara krek itu pun menghilang. Rasa panas dan sakit berganti dengan dingin dan sedikit ngilu akibat handuk basah yang digunakan untuk membasuh bagian yang telah dicabuti. Kemudian dikeringkan dengan menggunakan handuk yang lain. Dan seketika itu, rasa perih pun menghilang. “Sudah, Mbak...” Lho, sudah?! Ooohhh... mungkin ini yang membuat para model dan wanita-wanita berkaki mulus itu terus kembali ke tempat seperti ini?! Yaa... sakit sih memang saat si Mbak menarik kain putih itu. Tapi setelah dikompres dengan handuk dingin tadi, rasa menggigitnya sih mulai berkurang perlahan. Tapi kalau buat saya... sepertinya saya mungkin akan berpikir dua kali sebelum melakukannya lagi. Sumpah deh! Iya sih... saya juga setuju bahwa setelah keluar dari ruangan ini, tidak akan ada lagi sakit di kaki yang akan saya bawa pulang. Seperti sekarang ini. Tapi masalahnya, saya ragu bahwa hilangnya rasa perih di kaki itu adalah akibat dari kompresan handuk dingin yang diberikan si Mbak. Saya lebih percaya bahwa sakitnya tidak terasa karena yang lebih menyakitkan sudah dirasakan sebelumnya. Yang jauh lebih menyakitkan. Tepat sebelum penyiksaan terhadap kaki saya ini dilakukan. Gini... gini... tahu yang namanya brazilian waxing? Naaahhh!!! That’s what am I talking about! Yang satu itu masih membuat saya merasakan snut-snut-nya, bahkan sampai saat saya sudah menempuh perjalanan kembali pulang ke rumah bersama si hitam. Yang di kaki...? Lewaaatttt!! Padahal justru pada kaki itulah proses yang terakhir kali dilakukan. Yaa... pada akhirnya, sakit dan perih yang dirasakan sekarang jelas tidak ada apa-apanya kalau sebelumnya sudah pernah merasakan yang lebih menyakitkan, bukankah?!
ADA 17 KOMENTAR:
asiiik komen pertama...
waduhhhh pergi ke brazil atau ke Holywood... atawa malah mengunjungi Sphynx di mesir
wah membayangkan sampeyan jalan-jalan ke negara2 tersebut bikin deg-degan dan kemringet
:))
lho, saya kira jadinya pake spiritus trus pake korek api
Susah jadi wanita yah mbak :|
"cantik itu menyakitkan"..kata temen saya...dan disinilah buktinya..hehehe
Sampe meringis-ringis bacanya.. :-) Sekarang saya baru ngerti kenapa si Olga Kokorobetski itu (kawan serumah - si cantik dari Romania itu) selalu tereak-tereak di kebanyakan hari Minggu siang..
Ternyata dia sedang punya "appointment" dengan si terminator bulu-kaki itu. Memang sih smooth-legs, entah pake sticker apa atau mungkin duct-tape kali yah --> Brazilian Waxing ala Monrovia..
Saya? Brazilian Waxing? Wong blom di wax aja si rambut di kepala ini udah rontok sendiri :D
SIYAL!! kenapa yang komen di sini laki semua begini??? :-|
japro:
hahaha... makanya tho oom, gak usah dibayangin! atau mau diajak aja ke sana?? ;D
mbilung:
ya sir... kalo pake yang begituan, tambah kriting nanti!
anima:
he eh... apalagi kalo banyak yang ngejar *halah!* ;D
pitik:
eh lho, ini kok ada ayam?! berminat membagi kisah pencabutan bulu juga mungkin, ya?! ;-)
kang-pret:
lho ada rambutnya tho kang, kok bisa rontok?! ;D
ada apa dengan dirimu? kayanya ngejar target akhir taon neh hehehehe... heee.. kemana ajah nong ga pernah ada kabar :>
di ajak kemana?
masa lalu atau masa sekarang ?
:D
aku suka tulisan ini dan paling suka pas bagian terakhir..
[...] pada akhirnya, sakit dan perih yang dirasakan sekarang jelas tidak ada apa-apanya kalau sebelumnya sudah pernah merasakan yang lebih menyakitkan, bukankah?!
I agree with it.. (^^,)
memed:
hhh... i wish! :-|
japro:
masa depan aja gimana? ;D
irdix:
...bukankah?! ;D
waaah...coba tanya ikan paus atau lumba-lumba. Mereka sukses menghilangkan rambut selama jutaan tahun. Sebentar saya telepon mereka.
tadinya mau minta foto resultnya, tp setelah baca di wiki, lha kok areanya di situ.
pakDok:
coba minta potonya aja sama si paus atau lumba2 ;D
jadi udah Brazilian waxing?!
kalo kaki sih mendingan pake hair-removal aja... tinggal diolesin, diemin 10-15menit, trus tinggal dilap pake anduk anget... cuci pake sabun... mulus deh kaki-nya...
kalo brazilian waxing masih blom brani... hihiiii
setiap cabut bulu alis ajah masih selalu nangis2, jadi sepertinya teori "sakit dan perih yang dirasakan sekarang jelas tidak ada apa-apanya kalau sebelumnya sudah pernah merasakan yang lebih menyakitkan" tidak berlaku buat saya, karena meski jatuh berkalikali, setiap jatuh rasanya tetap saja menyakitkan. ;)
btw, klo Brazilian wax dicabut satu2 apa di kreks seh? hehe, saya masih penasaran, meski yah itu.. penasaran saya ga sebanding dengan nyali.
nna:
tantangan yang patut dicoba kok ;D
dewi:
karena meski jatuh berkalikali, setiap jatuh rasanya tetap saja menyakitkan
-- masih stuju sama yang ini kok... karena memang sakit, bukankah?!
cuma ya tinggal dipilih aja, mau dirasain atau enggak ;D
cantik emang butuh pengorbanan mbaa.. hehee
ghea:
dikejar2, termasuk gak?!
*halah, ngarep! ;D