Sunday, November 12, 2006
Bukan. Bukannya saya sombong atau congkak. Bukannya saya sudah tidak lagi ingin bertemu denganmu.
Kalau saja wajah saya tidak begini rupanya, jangankan sekedar bertemu, menonton Open Season pun saya tentu tidak berkeberatan. Atau menonton band kegemaranmu yang sedang manggung. Atau sekedar window shopping. Just name it!
Tapi masalahnya, wajah saya ini benar-benar sedang tidak bersahabat.
Warnanya memerah (baca: menjadi merah, bukan memencet yang berwarna merah). Lalu kalau dilihat lebih seksama, kulitnya tampak pecah-pecah di beberapa bagian, yang akibatnya meninggalkan bekas kerutan di sana-sini.
Dan bagian yang paling tidak menyenangkan, rasanya kaku dan perih sekali! Seperti sedang mengenakan masker bengkoang (atau masker apalah itu) sepanjang hari.
Ide untuk mencuci muka sesering mungkin pun menjadi tidak berlaku kemudian. Karena saat baru mengguyur wajah dengan air, rasa perihnya kembali menggigit. Belum lagi saat seluruh wajah ditutupi busa sabun, diguyur kembali dengan air, dan setelah kering dibubuhkan face cream.
Bukannya meredakan, yang ada justru membuat rasa perihnya semakin menjadi-jadi.
Mungkin ini memang salah satu fase yang harus dilalui dalam rangka perawatan wajah yang tengah saya ikuti.
Sshhh!!! Jangan tertawa!
Saya serius. Saya memang sedang melakukan perawatan. Akhirnya. Setelah berulang kali SI KRIWIL merekomendasikan rangkaian perawatan yang berhasil memusnahkan jerawat-jerawat dari wajahnya. Setelah Ibu berulang kali membujuk saya untuk memeriksakan diri ke dokter kulit. Setelah Ayah, yang tidak pernah mau mengurusi hal kecil sekecil jerawat, mengandai-andai kalau saya pasti akan jauh lebih cantik tanpa bubuhan jerawat di wajah. Dan semua hanya saya tanggapi dengan senyuman. Rasanya mereka tidak mungkin segemas itu kalau sumber masalahnya memang hanya sejumput jerawat. Yang lebih menyebalkan, si pemilik jerawat inilah yang terlihat tidak peduli dengan apa yang ada di wajahnya. Bukannya tidak mengenali wajah sendiri, tapi saya memang malas berurusan dengan hal semacam itu. Saya tahu persis kapan jerawat-jerawat itu akan bertandang. Stres melanda, terlalu menyibukkan diri dengan pekerjaan, kurang beristirahat, tidur terlalu malam (atau terlalu pagi?!), belum lagi menjelang masa PMS. Bahkan mungkin jerawat-jerawat itu pun sudah kehabisan tempat untuk hinggap di wajah saya (terlalu mengada-ada, ya?!). Saya juga tahu bahwa kulit wajah saya ini cenderung sensitif. Satu kali saja lupa mencuci wajah, keesokan harinya pasti si jerawat datang. Salah mengenakan sabun pencuci muka, mengenakan pelembab yang berbeda dari yang biasa digunakan, atau mengenakan riasan yang terlalu tebal, setelahnya tidak perlu menunggu terlalu lama lagi sampai si gerombolan itu menampakkan diri. Tapi ‘kan tetap saja namanya jerawat. Apa susahnya mengatasi hal kecil seperti itu? Tinggal dipencet, dan dalam waktu singkat, akan hilang dengan sendirinya. Lalu bekasnya? Nah... kalau untuk yang satu itu, saya memang sudah putus asa. Berbagai cara akhirnya saya coba untuk mengatasinya. Menggunakan pembersih wajah ini, menggunakan pelembab itu, yang katanya bisa mengurangi noda hitam di wajah, tetap tidak mempan. Menggunakan obat yang itu, yang katanya juga bisa menghilangkan bekas jerawat, toh tetap tidak berkurang juga nodanya. Bisa saja sih saya mengoleskan concealer di atas noda-noda itu, sebelum menggunakan bedak. Dan dalam waktu singkat, wajah saya pun tampak mulus. Tidak akan ada sedikit pun bekas jerawat yang tampak. Tapi ‘kan bedak dan concealer itu hanya bisa bertahan paling lama sampai delapan jam saja sebelum kemudian memudar. Setelahnya...? Tetap saja noda itu ada di sana. Seperti semula. Itulah sebabnya mengapa akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi dokter kulit yang direkomendasikan oleh Ibu dan SI KRIWIL. Rasanya tidak ada lagi cara lain yang bisa saya lakukan untuk mengatasi jerawat-jerawat beserta noda yang diakibatkannya. Saya memang harus mengobati kulit wajah saya ini. Sekalipun prosesnya tidak menyenangkan. Setiap harinya saya harus mengkonsumsi kapsul untuk diminum setelah makan siang. Obat ini akan habis dalam waktu dua minggu, dan kemudian saya harus memeriksakan diri kembali kepada ibu dokter. Selama dua minggu ini pula saya harus mencuci wajah paling tidak dua kali dalam sehari. Pagi dan malam. Karena setelahnya ada krim yang harus dioleskan di wajah saya. Dan tidak boleh ada ‘benda lain’ yang dibubuhkan di wajah, entah pelembab atau bedak. Sebagai akibatnya, seperti inilah rupa saya sekarang. Tampak kering luar biasa, sampai seolah-olah kulitnya akan berguguran. Belum lagi rasa perih yang menyertainya. Mau bagaimana lagi? Tidak menyenangkan sih memang, tapi mungkin inilah yang harus dilalui. Mungkin memang harus menanggalkan rasa malu karena semua orang menatap kulit wajah yang rontok. Mungkin memang harus melupakan saja rasa sebal akibat belas kasihan orang-orang karena melihat wajah saya yang memprihatinkan. Mungkin memang harus menahan kejengkelan akibat pertanyaan “What’s going on with your face?” yang diajukan oleh setiap orang. Mungkin memang harus membiarkan saja setiap hal yang terjadi sebagai akibat dari usaha untuk merawat wajah ini. Lagipula, siapa bilang kalau usaha ekstra tidak dibutuhkan untuk bisa memperoleh apa yang diinginkan? Updated! Sekarang rasa perihnya sudah menghilang. Tapi tetap saja kulit wajah saya kering, bertambah kering malah. Sampai bagian-bagian yang mulai mengelupas tampak seperti habis terbakar sinar matahari. Jadi saya sekarang sudah punya jawaban atas pertanyaan semua orang, ”What’s going on with your face?” “I’ve got my face sunburned in Bali yesterday.” Hahaha… ngarep dot com! More Updates! Untuk seorang teman yang sempat berkunjung ke sini dan ke rumah Jaune pada hari Selasa, 14 November 2006 jam 11.30... glad to have you here ;-)
ADA 12 KOMENTAR:
memerah? kupikir seperti, "Shriva sedang memerah sapi"
no pain no gain. .
hati2 nanti ga kuat kena sinar matahari.. walapun dah perawatannya dah selese..
nah looohh...
sudah coba masker bengkoang? tomat? timun? mangga? semangka? jambu? blewah? duren? lah kok malah jualan buah ... :-D
wah. Nih tak kasih duit, pokoknya gimana caranya jadi ayu lagi!*kere sok sugih mode on*
oooo...sedang mlungsungi toh.
bersakit2 dahulu bersenang2 kemudian hehehe
tapi kata temen2 ku yg ikut perawatan nanti nya jadi ketergantungan loh
korban facial yo? wes, ngkok lak suwi2 yo biasa...
*sambil ngambil amplas kayu*
buat ngamplas meja loh Mbak..bukan buat wajah sampeyan :D
bex punya temen yang bangga punya banyak jerawat..
gmn ga bangga,,,wong jerawatnya ngebentuk lope gitu,,,wakakak!!!
pakDok:
jadi ayu... tapi sambil memerah susu sapi gimana?! :D
james:
definitely! ;-)
memed:
lho ini juga disebabkan oleh sinar matahari *halah teteup ngeles!
om pecas:
udah semua... dicoba di tukang buah ;D
sir mbilung:
mlungsungi itu opo tho sir?
uli:
tenang... kalo yang ini sudah dipastikan dapat perawatan nomor wahid kok! yang gak bikin ketergantungan ;-)
tyka:
matur nuwun lho mbak... tapi masalahnya, kemaren2 pake amplas juga gak mempan. piye jal?!
bebex:
mau dong... jerawat berbentuk wajah saya :D
Cyeegh perawataan ni yeee...
Mengkinclongkan diri ya buuDos hwekekeke...
Semoga berhasil dan sukses perawatannya...
arma:
he eh nih... mengkinclongkan diri dan mengkinclongkan pemandangan orang lain hahahaha :D