Tisu Toilet Seharga Dua Ribu

Sunday, November 26, 2006

Ruangan berukuran besar, suasana tenang, cahaya tidak terlalu terang, dan tempat duduk empuk. Menghadapi, menemui, dan berbincang-bincang dengan siapapun di sana. Itulah yang saya sebut dengan pekerjaan. Apa yang kurang, coba?!

Ada, satu.

Suhunya terlalu dingin!

Jangan mengernyitkan dahi begitu. Ini memang terlalu dingin buat saya.

Sekalipun blazer yang tengah saya kenakan ini belum pernah terlepas sejak pagi tadi. Celana panjang juga belum sekalipun tergulung ke atas. Sepatu? Belum sempat dilepas-lepas juga.

Masa’ iya lubang hidung dan telinga, juga mulut memberikan jalan masuk sedemikian luasnya bagi udara dingin ini untuk masuk ke dalam tubuh saya? Tidak selebar itu juga, ‘kan mereka?!

Untunglah toilet letaknya tidak terlalu jauh. Jadi saya bisa mondar-mandir ke sana kapanpun saya mau (baca: kapanpun saya butuh!). Dan lagipula, tidak akan terlalu mengganggu orang lain yang sedang bekerja karena bunyi ctok-ctok yang ditimbulkan oleh high-heels yang saya kenakan.

Semula saya pikir, bekerja di ruangan seperti ini akan menuntut saya untuk banyak mengkonsumsi air. Saya tidak mau dipusingkan dengan kekeringan yang tiba-tiba menyerang, sementara pekerjaan masih harus diselesaikan. Maka saya pun membawa sebotol plastik air mineral, dan masih ditambah lagi dengan air putih yang memang sudah tersedia di atas meja.

Namun ternyata, dugaan itu keliru.

Yah, mungkin memang bisa mencegah dehidrasi. Tapi yang jelas, tidak bisa menahan keinginan untuk terus pipis.

Siang itu saya mencoba menahan hasrat untuk mengunjungi toilet tersebut. Karena tak lama lagi jam kerja akan berakhir, saya bisa segera pulang dan tentunya bisa menyalurkan hasrat tersebut setibanya kembali di penginapan nanti.

Namun tampaknya kemampuan untuk menahan diri itu masih terus bertahan sampai saya sudah kembali ke penginapan. Sudah berganti pakaian, menonton televisi, ngemil, bahkan sampai tertidur dan terbangun lagi karena teman saya mengajak berjalan-jalan di sebuah mal.

Bagaimana dengan keinginan yang amat sangat untuk pipis?

Saya juga tidak tahu.

Benar-benar tidak tahu mengapa keinginan pipis bisa hilang begitu saja. Padahal sebelum pulang tadi saya demikian inginnya segera kembali ke penginapan agar bisa menyalurkan hasrat.

Dan barulah pertanyaan itu terjawab setibanya kami di sebuah pusat perbelanjaan.

Setelah ikut sibuk mencari, teman-teman saya akhirnya menunjukkan sebuah toilet yang letaknya di dalam gang di antara dua dinding pembatas toko. Seperti toilet yang umumnya tersedia di pusat keramaian.

Baik toilet untuk pria maupun wanita, berada di sisi dinding yang sama. Keduanya dipisahkan oleh gang kecil dan pendek, dengan pintu untuk masing-masing toilet saling berhadapan.

Di dekatnya ada sebuah meja kerja. Di atas kursi yang terletak di balik meja itulah mbak penjaga duduk mengawasi orang-orang yang keluar-masuk toilet.

Yang menarik, di atas meja diletakkan sebuah kertas bertuliskan Toilet VIP dalam ukuran besar. Di bawahnya, dengan ukuran yang lebih kecil, tertera Rp 1000,-

Wah... toilet VIP?! Pilihan yang tepat!

Segera saja saya mengeluarkan selembar ribuan dari dalam kantong celana. Yah, apalah artinya seribu rupiah buat saya yang sedang di ujung tanduk?! Daripada menahan malu akibat tatapan orang lain yang melihat basahnya bagian celana saya?! Seribu rupiah jelas tidak seberapa.

Dan benar saja.

Toiletnya bersih dan harum. Interiornya pun tampak menarik.

Kalau saja tidak sedang terburu-buru, tentu saya tidak keberatan untuk berlama-lama di sana. Hanya sekedar meneliti satu-persatu bagian dari toilet tersebut.

Ya sudahlah, toh saya bisa melakukannya setelah pipis nanti.

Dan masuklah saya ke dalam salah satu biliknya.

Membuang cairan yang sedari tadi ingin dikeluarkan (hush! Sudah dibilang dilarang jorok!). Lalu menarik napas panjang. Lega.

Tapi lho... ke mana tisunya?

Kenapa gantungan tisu ini kosong? Dan tidak ada tanda-tanda bahwa ada tempat lain untuk meletakkan tisu.

Semprotan air pun tidak ada!

Waduh... bagaimana ini?

Bagaimana cara saya membersihkan uhm... itu saya?!

Damn it!

Eh tunggu... rasanya saya masih punya...

Nah, ini dia!

Tisu yang sudah digunakan untuk menyeka keringat dan saya masukkan ke saku celana.

Bekas keringatnya?!

Ah, biarlah!

Gilak!

Toilet macam apa ini kok tidak menyediakan tisu?!

Maaf, ralat. Toilet VIP macam apa?!

Tidak perlu menambahkan embel-embel VIP ‘kan, kalau begitu?! Lalu apa bedanya dengan yang bukan VIP?! Bahkan yang bukan VIP pun ada yang tetap menyediakan tisu, ‘kan?! Jadi untuk apa saya membayar seribu rupiah kalau toh harus membawa tisu sendiri?!

Interior boleh bagus, menarik, dan indah. Boleh saja menyediakan washtafel dan cermin dalam jumlah yang banyak. Aroma pun boleh harum.

Tapi tidak menyediakan tisu...?

Saat menerima karcis tanda masuk toilet dari si mbak tadi, saya sudah memikirkan segala kemungkinan yang ada tentang sebuah toilet VIP. Yang bahkan mendengar judul Toilet VIP semacam itu pun baru pertama kalinya.

Namanya saja VIP, singkatan dari Very Important Person. Yang artinya adalah orang ‘penting’ yang memperoleh keistimewaan tersendiri dalam hal pelayanan, fasilitas, atau apapun itu.

Jadi ya... seharusnya istilah VIP di belakang kata toilet pun bermakna sama. Bahwa toilet itu berbeda dengan toilet biasa (baca: tanpa akhiran VIP). Bahwa toilet itu akan menyediakan fasilitas yang lebih dibandingkan dengan toilet biasa. Bahwa toilet itu memang disediakan khusus untuk orang-orang ‘istimewa’ karena di dalamnya ada sesuatu yang istimewa, yang membedakan dari toilet biasa.

Maka jelaslah... ketiadaan tisu tidak terhitung di sana.

Lalu kalau toilet itu memang ternyata tidak menyediakan tisu, bagaimana?! Apa iya sebelum sempat mengancingkan kembali celana, saya langsung keluar dari toilet untuk protes kepada si mbak penjaga?! Atau segera menelpon teman saya untuk meminta dibawakan tisu ke dalam toilet?!

Kalau ternyata si teman ini tidak mendengar handphone-nya berbunyi?! Atau kalau ternyata handphone-nya tertinggal di penginapan?! Atau kalau si mbak ternyata sedang makan malam dan tidak berada di tempatnya?!

Yah... toh masih ada tisu yang tersisa pada saya. Masih bisa digunakan pula.

Buat apa saya meributkan hal-hal seperti itu, sementara sebenarnya masih bisa saya atasi?!

Kalau ternyata tisu bekas menyeka keringat itu tidak ada di kantong saya, yaa... we’ll see what’s going to happen then :>

website page counter

ADA 13 KOMENTAR:

» Anonymous Anonymous:

Mungkin tiketnya memang berfungsi ganda buat tissue kali mbak.... =)) =))

btw, hati-hati kalo pake karcis sebagai tissue , jangan-jangan nanti luntur, dan di di 'anunya' si Mbak ada tulisan VIP Rp. 1000

good strory, lucu banget dan menyegarkan...

November 26, 2006 11:24 AM  
» Blogger konnyaku:

waduh... saya paling benci public toilet yang tidak kompeten xD

November 26, 2006 8:14 PM  
» Anonymous Anonymous:

Hmm..hmm...ini seperti mie instant merek superior itu. Di bungkus ada gambar telur ceplok tapi setelah dibuka kita tidak menemukan telur ceplok di dalamnya. Harusnya kan namanya inferior ya?

-ngomong apa sih? Nggak ada hubungannya mie sama tissue..

November 26, 2006 9:06 PM  
» Blogger Selftitled:

Lucu mba'e ..
Toilet didaerah mana tuh??
saya Demo ah 'tar

November 26, 2006 11:08 PM  
» Blogger -ndutyke:

to stella: publik toilet yg kompeten ituu..modelnya kayak apa yak? hehehe...

diskul saya ada namanya TNBI = Toilet Nasional Bertaraf Internasional.

mboh onok tissue-ne po gag...

November 27, 2006 12:43 PM  
» Anonymous Anonymous:

ndak ada tisu? bingung? mbok ya ndak usah bingung to Mbak, kan sedang pakai blazer

November 27, 2006 12:52 PM  
» Anonymous Anonymous:

mungkin kamu terlalu terburu2..
cuba klu mampir lagi perhatikan baik2.. pasti disituh tertera RP.1000++ ...
ato harga mulai dari 1000

nah ++ nya ituh khan buat nambah tisu dan pernak pernik lainnya,...

*eh oL makanya sudah ga sabar beradu mulut eh diskusi maksudnya :D..

November 28, 2006 6:42 PM  
» Anonymous Anonymous:

coba ke toiletnya ngajak saya ... pasti saya bawain tisu ... :p ... kalo nggak, lain kali bawa serbet aja, jeng.

November 29, 2006 12:42 AM  
» Anonymous Anonymous:

29 November 2006

Selamat ulang tahun ya non....

moga-moga banyak rizki dan enteng jodo :)

November 29, 2006 4:26 AM  
» Anonymous Anonymous:

waduh...
untung dirimu cuma pipsi...
kalau pupsi pegimane tuh? hehehe...

tapi gpp juga si duk, skali-kali merasakan pipsi yang vip....

November 29, 2006 7:31 AM  
» Anonymous Anonymous:

Ulang taun ya mbak? Wah, wah, wah... tanggalnya sama persis dengan ultah saya. Oke, selamat ulang tahun untuk kita deh...

Best wishes, and keep posting... :)

November 29, 2006 11:14 AM  
» Anonymous Anonymous:

wah ndak ada SB, ya sudah di sini saja.

Selamat Ulang Taooooooooon

biar telat sehari juga, yang penting mbengok.

November 30, 2006 4:39 PM  
» Anonymous Anonymous:

Hm... toilet VIP, dari judulnya sih kadang kita selalu "taken for granted" kalau dia bebas dari kendala :)

masih mending yah disana toiletnya wangi... hm.. coba disini, meski kita2 termasuk kampret VIP, tetep aja pas proses "downloading" berlangsung - tiba2 genset mati - otomatis lampu dan aliran listrik sa-gedung mampus dan mau gak mau "bersemdi" lah lama2 di wese sampai air nyala - khan gak ada air untuk "kukumbah" (Baca: bersih-bersih)

heheheheh...

Seneng bgt udh bisa mbaca updatenya, salam kangen dari negeri si bau kelek! :)

December 01, 2006 12:21 AM  

» Post a Comment

 

« Kembali ke TERAS